CANTIKA.COM, Jakarta - Para pelaku mode dunia kian sadar akan pentingnya menciptakan koleksi busana yang ramah lingkungan. Salah satu caranya dengan memanfaatkan sampah plastik seperti yang dilakukan Ralph Lauren.
Rumah mode yang berpusat di New York, Amerika Serikat, ini meluncurkan lini busana terbarunya, Earth Polo, yang menggunakan bahan dasar botol plastik bekas dan diproses tanpa menggunakan air.
"Earth Polo adalah lambang dari transisi yang kami lakukan di semua lini busana, produk, dan bahan utama kami," tulis pihak rumah mode tersebut dalam sebuah pernyataan tertulis yang diunggah di laman akun media sosial Instagram dikutip pada Kamis, 23 April 2020.
Dalam keterangan tersebut, Ralph Lauren menjelaskan bahwa tujuan dari penggunaan botol plastik sebagai bahan dasar busana tidak lain untuk melestarikan alam. Rumah mode ini menyatakan ingin menciptakan benda-benda yang dimaksudkan untuk dipakai, dicintai, dan diteruskan ke generasi berikutnya.
"Itu berarti kami harus merancang produk dan pengalaman yang lebih berkelanjutan dengan mencari sumber daya secara bertanggung jawab, memproduksi secara efisien, dan berinvestasi dalam inovasi yang memajukan upaya ini menuju masa depan yang lebih berkelanjutan," jelasnya.
Baca Juga:
Setiap satu potong busana Earth Polo dibuat seluruhnya dari botol plastik, diwarnai menggunakan proses yang sepenuhnya tanpa air dan dirancang dengan mempertimbangkan kelestarian alam.
"Pada 2025, kami juga berjanji untuk menggunakan 170 juta botol plastik saat membuat produk dan kemasan kami. Dengan melakukan itu, kami berharap dapat mengurangi jumlah plastik yang berakhir di lautan dan tempat pembuangan sampah di seluruh dunia," tulisnya
Kendati demikian Ralph Lauren mengakui bahwa pihaknya belum 100 persen menjadi perusahaan yang berkelanjutan. "Karena keberlanjutan bukan sekadar tren, tapi itu adalah masa depan kita. Kami pun memiliki komitmen untuk keberlanjutan yang sederhana," ungkap pihak rumah mode yang terkenal dengan logo pria tengah olahraga polo.
"Kami meningkatkan bagaimana cara kami memproduksi barang, membayangkan kembali cara kami mencari bahan dan memikirkan kembali cara kami mengonsumsi energi," tandasnya.