CANTIKA.COM, Jakarta - Seorang remaja bernama Fabyan Devara, 16 tahun, meninggal karena Covid-19. Padahal sebelumnya tak ada gejala signifikan infeksi virus corona baru pada tubuh Fabyan. Tim dokter justru mendiagnosanya terkena stroke.
Orang tua Fabyan Devara berbagi cerita riwayat sakit putra mereka di media sosial Facebook. Selama pandemi Covid-19, keluarga Fabyan melakukan physical distancing dan karantina mandiri. Mereka mengikuti imbauan pemerintah untuk bekerja dan belajar dari rumah.
Hingga pada akhir Maret 2020, Fabyan Devara mengeluh tangan kanannya terasa kebas dan kesemutan. Kondisi itu kian memburuk hingga Fabyan sulit menulis dan makan sendiri. Fabyan kemudian menunjukkan pola tidur selama 20 sampai 23 jam sehari. Keadaannya kian memburuk, hingga muntah-muntah dan tak sanggup berdiri.
Orang tua berusaha mencari tahu penyakit apa yang diderita Fabyan Devara. Berbagai jenis pemeriksaan sudah dijalani, di antaranya tes darah hingga CT Scan. Tidak ada tanda-tanda penyakit di tubuhnya.
Ilustrasi stroke.saga.co.uk
Fabyan Devara akhirnya dirujuk ke sebuah rumah sakit di Jakarta. Di sana, dia didiagnosis mengalami stroke. Setelah lima hari dirawat, kondisinya kian parah dan terjadi kerusakan organ yang begitu cepat.
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan thorax atau rontgen dada. Hasilnya, Fabyan Devara terindikasi terpapar Covid-19. Dia langsung menjalani pemeriksaan swab untuk memastikan diagnosis. Belum sempat hasil tes keluar, Fabyan Devara meninggal.
Kendati hasil tes corona belum keluar, dokter meyakini Fabyan Devara meninggal karena Covid-19. Dasarnya, kerusakan organ yang begitu cepat. Sejumlah ahli menyatakan Covid-19 bisa memicu stroke pada anak muda. Meski begitu, perlu penelitian lebih mendalam untuk membuktikannya.
Dari kasus Covid-19 yang terjadi di berbagai negara, ini bukan kali pertama virus corona baru menyaru seperti stroke. Di Amerika Serikat, para dokter dan ahli yang menangani pasien positif Covid-19 menyebutkan ada hubungan antara stroke dan Covid-19.
Salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Amerika Serikat sudah menangani setidaknya lima orang pasien Covid-19 berusia di bawah 50 tahun yang mengalami stroke akibat penyumbatan di pembuluh darah besar. Lima orang tersebut bukan pasien Covid-19 yang tergolong parah. Mereka tidak sampai mengalami gejala yang parah, seperti sampai sesak napas, melainkan hanya merasakan gejala yang ringan.
Berdasarkan pengamatan terhadap lima pasien tersebut, diketahui virus corona baru dapat memicu penggumpalan di pembuluh darah. Jika gumpalan tersebut sampai ke otak, maka aliran darah di otak tersumbat dan akhirnya menyebabkan stroke.
Salah satu penyebab yang menjadi dugaan ahli ihwal hubungan stroke dengan Covid-19 adalah virus ini dapat memicu peradangan atau inflamasi hebat di tubuh. Akibatnya, terjadi perubahan bentuk sel darah merah yang pada akhirnya membuat darah menggumpal.
Risiko terbentuknya gumpalan darah berpotensi meningkat pada orang-orang yang memiliki riwayat diabetes dan penyakit jantung. Pasien Covid-19 yang memiliki penyakit penyerta juga umumnya menjalani rawat inap dalam jangka waktu yang lama dan sulit bergerak. Hal ini juga bisa meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah.