CANTIKA.COM, Jakarta - Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengatakan SARS-CoV-2 atau virus yang menyebabkan Covid-19, menyebar terutama melalui droplet yang dikeluarkan dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi, yang dengan cepat menyerap ke tanah. Tetapi dalam surat terbuka kepada PBB Senin malam, 6 Juli 2020 dan dimuat dalam jurnal Clinical Infectious Diseases, 239 ilmuwan di 32 negara menguraikan bukti ada partikel virus corona yang mengambang dan dapat menginfeksi orang yang menghirupnya.
WHO pun akhirnya mengakui hal tersebut pada Selasa, 7 Juli 2020. "Kami telah membicarakan tentang kemungkinan transmisi udara dan transmisi aerosol sebagai jenis transmisi untuk Covid-19," ujar Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis WHO dalam penanganan Covid-19, seperti dikutip Reuters.
Dengan adanya fakta terbaru ini, masyarakat harus lebih berhati-hati saat aktivitas di ruang tertutup agar terhindar dari infeksi SARS-CoV-2. Melalui wawancara dengan situs The New York Times, Linsey Marr, pakar aerosol di Universitas Virginia Tech di Amerika Serikat, mengimbau agar masyarakat membatasi waktu di ruang tertutup.
“Di era new normal pandemi Covid-19 ini, jika ingin berlibur, sebaiknya mempertimbangkan ruangan terbuka daripada tertutup. Misalnya pantai, terutama pada cuaca yang berangin merupakan tempat yang jauh lebih aman daripada ruang karaoke atau restoran,” ucapnya.
Jika hanya ingin terus berdiam di dalam rumah, maka memastikan seluruh pintu dan jendela dibuka setiap waktu sangat diwajibkan sebab membantu pertukaran udara dari luar ke dalam.
“Ini adalah bentuk pembersihan yang sangat efektif. Jadi usahakan selalu membuka jendela dan pintu rumah kapan pun,” imbaunya.
Membeli alat pembersih di rumah juga menjadi saran lain dari Marr. Menurutnya, kecanggihan teknologi itu mampu membunuh virus dan bakteri di sekitar.
“Usahakan mencari alat pembersih ruangan dengan kemampuan mematikan virus dengan partikel sekecil mungkin. Tujuannya agar seluruh virus terdeteksi dan terbunuh,” imbuhnya.
Terakhir, perjalanan jarak jauh juga tidak disarankan Marr. Ia menjelaskan perjalanan jauh dengan kendaraan apa pun memiliki sirkulasi udara yang buruk sehingga meningkatkan risiko terinfeksi.
“Berbagai penelitian menyebutkan perjalanan kurang dari tiga jam masih aman. Selebihnya, lebih baik tidak dilakukan untuk menurunkan risiko,” pungkasnya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | ADITYA NUGROHO | REUTERS | NEW YORK TIMES