Selain Kemerahan, Ini 7 Tanda Kulit Tak Cocok Pakai Skincare Baru

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi perawatan kulit. Unsplash.com/Pressfoto

Ilustrasi perawatan kulit. Unsplash.com/Pressfoto

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Beberapa di antara kita kerap mencoba produk perawatan kulit atau skincare baru dengan beragam alasan. Di antaranya hasil yang lebih optimal, rekomendasi teman, atau diskon harga yang menggoda. Saat proses mencoba itu, sejumlah orang mengalami reaksi tidak cocok seperti kemerahan, gatal-gatal, hingga terasa menyengat.

Berikut delapan tanda kulit Anda tidak cocok memakai produk skincare baru

1. Kulit terasa panas terbakar atau menyengat

Krim wajah dan produk skincare apa pun seharusnya tidak menyebabkan rasa panas terbakar atau menyengat. Jika Anda mengalami kondisi itu, maka ini menjadi salah satu ciri-ciri kulit tidak cocok menggunakannya.

Kondisi ini dikenal pula dengan dermatitis kontak, yaitu iritasi kulit yang muncul akibat paparan alergen, termasuk bahan kimia atau alami tertentu, yang terdapat dalam krim wajah atau produk skincare.

2. Gatal-gatal

Kulit gatal berlebihan dapat terjadi akibat reaksi pelepasan histamin akibat penggunaan skincare yang kurang tepat. Untuk mengetahui krim wajah atau produk skincare mana yang mungkin menimbulkan rasa gatal, sebaiknya gunakan satu per satu, lalu lihat hasilnya.

Jadi, berilah jeda selama 2-3 minggu untuk melihat kecocokan krim wajah atau produk skincare sebelum memutuskan menggunakan yang baru.

3. Kulit kering dan mengelupas

Kulit kering dan mengelupas saat menggunakan skincare baru sebenarnya wajar terjadi karena kandungan retinoid atau benzoil peroksida. Retinoid bekerja lebih cepat dalam mengelupas sel-sel kulit mati secara ringan, mengatur pematangan sel kulit, dan menyebabkan iritasi ringan pada kulit sehingga mendorong pertumbuhan kolagen baru.

Namun, jika kulit Anda mengalami iritasi berlebihan hingga kulit terus-menerus mengelupas, maka ini bisa menjadi ciri-ciri tidak cocok menggunakan produk tersebut.

4. Kulit memerah dan iritasi

Reaksi ini mungkin dapat muncul akibat penggunaan produk skincare yang mengandung asam salisilat dan benzoil peroksida untuk perawatan jerawat. Jika kulit wajah Anda memerah, iritasi, kering, menjadi sensitif, bahkan memperburuk kondisi jerawat yang dialami, sebaiknya hentikan penggunaannya.

5. Ruam kulit

Ruam kulit biasanya muncul akibat paparan pengawet, pengharum, dan zat kimia lainnya yang mengiritasi kulit Anda. Maka dari itu, sebaiknya tes dulu krim wajah atau skincare baru di area kecil kulit Anda, seperti punggung tangan, sebelum mengoleskannya pada seluruh permukaan wajah.

Jika muncul ruam dan reaksi lainnya pada area kulit yang dites, artinya krim wajah atau produk skincare ini tidak cocok untuk Anda.

6. Kulit tampak kusam

Kulit kusam bisa terjadi akibat krim wajah atau skincare mengandung vitamin C yang tidak cocok di kulit Anda. Alih-alih membuat kulit tampak cerah, kulit wajah yang tidak cocok dengan penggunaan vitamin C bisa berubah kusam. Terlebih jika Anda memiliki kulit yang sensitif.

7. Kulit menjadi lebih gelap

Munculnya bintik-bintik atau noda cokelat di wajah serta area kulit yang menggelap bukan hanya tanda penuaan. Bisa jadi ini ciri-ciri kulit tidak cocok menggunakan produk skincare akibat reaksi alergi kandungan tertentu.

Efek samping ini dapat muncul akibat kandungan zat pencerah kulit, seperti asam kojic, arbutin, dan hidrokuinon. Jika kondisi tersebut terjadi, sebaiknya segera hentikan penggunaannya lalu konsultasikan ke dokter spesialis kulit.

8. Kulit jadi lebih berminyak

Kulit bekerja sebagai penghalang untuk mencegah kotoran dan radikal bebas. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan minyak alami dan kelembapan kulit Anda. Apabila kulit wajah Anda justru jadi lebih berminyak dari biasanya, maka kemungkinan krim wajah atau skincare yang baru digunakan mengandung zat-zat yang keras atau tidak cukup melembapkan kulit.

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."