CANTIKA.COM, Jakarta - Sleeping Beauty Syndrome atau Sindrom Kleine-Levin (KLS) merupakan gangguan langka yang menyebabkan kantuk berulang dan durasi tidur yang panjang. Dalam beberapa kasus, mereka bisa tidur selama 20 jam dalam sehari bak dongeng puteri tidur.
Melansir laman Healthline pada Senin, 20 Juli 2020, Sleeping Beauty Syndrome bisa menyerang siapa pun dan dapat menyebabkan perubahan perilaku serta kebingungan.
Baca Juga:
Lalu apa saja gejalanya? Orang yang hidup dengan Sleeping Beauty Syndrome biasanya tidak memiliki gejala di antara episode. Ketika gejala muncul, maka dapat berlangsung beberapa hari, minggu, atau bahkan berbulan-bulan.
Gejala umum termasuk kantuk yang ekstrem. Mungkin ada keinginan kuat untuk tidur dan kesulitan bangun di pagi hari. Selama waktu tertentu, tidak jarang tidur hingga 20 jam sehari. Saat terbangun, mereka makan, bersih-bersih diri di kamar mandi, lalu kembali tidur.
Gejala lainnya seperti halusinasi, disorientasi atau gagal fokus, sifat lekas marah, perilaku kekanak-kanakan, nafsu makan meningkat, dan dorongan seks yang berlebihan
Baca Juga:
Hal tersebut dapat terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke bagian otak. Sleeping Beauty Syndrome juga tak dapat diprediksi. Gejala dapat berulang tiba-tiba dan tanpa peringatan dalam hitungan minggu, bulan, atau tahun. Mereka juga hanya memiliki sedikit memori saat tak tidur.
Penyebab pasti Sleeping Beauty Syndrome belum diketahui, tetapi beberapa dokter percaya faktor-faktor tertentu. Misalnya timbul dari cedera di hipotalamus, bagian otak yang mengontrol tidur, nafsu makan, dan suhu tubuh. Ada pula kemungkinan cedera bisa jatuh dan mengenai kepala Anda.
Di kasus lain, beberapa orang mengalami Sleeping Beauty Syndrome setelah infeksi seperti flu. Kasus itu yang membuat beberapa peneliti percaya bahwa sindrom ini mungkin merupakan jenis gangguan autoimun. Penyakit autoimun adalah ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehatnya sendiri.
Beberapa kasus Sleeping Beauty Syndrome mungkin juga bersifat genetik. Ada kasus di mana gangguan tersebut mempengaruhi lebih dari satu orang dalam sebuah keluarga.
Saat menentukan apakah Anda mengalami Sleeping Beauty Syndrome dibutuhkan pemeriksaan dalam waktu panjang. Sebab beberapa orang salah didiagnosis dengan gangguan kejiwaan, mengingat sindrom ini memang disertai gejala kejiwaan. Maka dari itu dibutuhkan rata-rata empat tahun untuk menerima diagnosis yang akurat.
Dokter akan menggunakan tes lanjutan untuk memeriksa dan mengesampingkan kondisi seperti diabetes, hipotiroidisme, tumor, peradangan, infeksi, gangguan tidur lainnya, dan kondisi neurologis, seperti multiple sclerosis.
EKA WAHYU PRAMITA