CANTIKA.COM, Jakarta - Obesitas atau kegemukan salah satu ancaman kesehatan yang mengemuka pada masa ini. Oleh karena itu, penderita obesitas disarankan menurunkan berat badan untuk mengurangi risiko penyakit serius. Namun, jangan langsung melakukan diet secara ekstrem, melainkan cobalah membatasi konsumsi gula dan mengurangi porsi nasi. Hal itu diungkapkan Ketua Indonesia Sport Nutrisionis Association (ISNA) Rita Ramayulis.
"Obesitas harus kita atasi dan kendalikan. Ini adalah pertanda kita sedang sakit. Untuk memulainya, tidak perlu ekstrem karena tubuh tidak meminta kita melakukannya secara ekstrem. Tubuh butuh adaptasi. Sama halnya jika kita mau gemuk, itu banyak adaptasi," ucap Rita kepada ANTARA, dikutip Jumat, 5 Maret 2021.
Lebih lanjut, ia menyarankan untuk memangkas makanan yang tidak mengandung zat gizi lain, selain kalori atau gula.
"Coba eliminasi zat yang hanya mengandung kalori tanpa zat gizi lainnya. Misalnya makanan atau minuman manis dengan gula. Itu tidak ada kandungan gizi lain selain gula. Jadi, pangkas itu semua sudah mampu mendefisitkan energi 50-100 kalori per minuman manis, misalnya," kata Rita.
Selain menjauhi makanan manis, Rita juga menyarankan untuk mencoba memangkas makanan pokok seperti nasi. Hal ini perlu diakali dengan mengurangi porsi nasi dan menyeimbangkannya dengan lauk dan sayuran.
"Kalau nasi dipangkas setengah, kita pasti akan lapar karena porsinya sedikit. Namun, coba tambahkan sayur dan protein rendah lemak ke piring kita," ujar wanita yang juga merupakan Konsultan Gizi Royal Sport Performance Center Senayan City itu.
Contoh protein rendah lemak di antaranya putih telur, ayam tanpa kulit yang diolah tidak dengan cara digoreng.
"Setelah menambahkan sayuran dan protein rendah lemak, kenyangnya akan sama (seperti makan nasi satu porsi)," lanjutnya.
Kiat terakhir, adalah mengubah teknik memasak dari yang digoreng menjadi dikukus atau dipanggang, demi mengurangi asupan lemak dalam minyak.
"Ketiga kiat ini pasti berhasil, tapi memang harus konsisten melakukannya. Dampak ke depannya, kesehatannya akan bagus, efek emosinya juga jadi baik, saluran cernamnya juga menjadi bagus," pungkasnya.
Sementara itu, menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, 1 dari 3 orang dewasa Indonesia mengalami obesitas, dan 1 dari 5 anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Angka ini kian melonjak dengan mengkhawatirkan.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 juga menunjukkan bahwa tren masalah berat badan pada orang dewasa Indonesia telah mengalami peningkatan hampir dua kali lipat, dari 19,1 persen pada 2007 hingga 35,4 persen pada 2018.
Baca juga:
Dokter: Ibu Hamil yang Obesitas Lebih Berisiko Alami Preeklampsia