CANTIKA.COM, Jakarta - Penyanyi Tasya Kamila membagikan perjalanannya mendampingi suami, Randi Bachtiar, melawan kanker kelenjar getah bening, lebih tepatnya limfoma hodgkin stadium 2. Dalam video bersama Randi, Tasya mengisahkan gejala yang dirasakan Randy sejak 2019 dan rangkaian pengobatan seperti, operasi lalu kemoterapi dan radiasi yang masih dijalani Randi hingga saat ini.
Menurut Randy, ia merasakan gejala yang tidak terlalu berat, hanya sesak dan pegal. "Pas 2019, pas gue lagi mau latihan buat maraton, setiap malam selalu ke belakang dan ngerasa sesak di dada," ujar Randi di kanal YouTube Tasya Kamila, Ahad, 9 Mei 2021.
Hal itu kerap terjadi pada Randi sekitar pukul 1 dini hari. Ia sampai harus duduk dulu selama 20 menit untuk mengambil napas, baru setelah itu tidur lagi.
Awalnya pasangan yang menikah pada 5 Agustus 2018 itu menduga pegal-pegalnya Randi berkaitan dengan persiapan maraton. "Kayak dia salah gerak, terlalu banyak atau kurang latihan, jadi kayak pegel-pegel. Makanya dipijit, fisioterapi. Cuma kita gak pernah curiga ini sesuatu yang berbahaya," tutur perempuan 28 tahun itu.
Kemudian di Oktober 2020, Randi mengalami batuk yang sangat lama, kurang lebih tiga minggu. Batuknya keras dan sesak. Karena di masa pandemi, mereka sempat menduga itu gejala Covid-19 sehingga sering jalani tes swab PCR. "Dalam satu menit itu, ada 2 kali gue batuk. Batuknya harus keras baru kerasa enak," ingatnya. Bahkan, setiap kali Randy batuk, buah hati mereka, Arrasya Wardhana Bachtiar, kerap terbangun.
Meski sudah menemui dokter THT dan sudah menghabiskan antibiotik, Randi masih batuk. Lalu, suatu hari Randi batuk dan mengeluarkan sedikit darah.
Akhirnya, mereka konsultasi ke dokter paru-paru dan hasil rontgen paru-paru Randi bersih. Tapi ditemukan ada massa di rongga dada Randi. Kemudian mereka disarankan untuk CT Scan lalu biopsi untuk mengetahui lebih lanjut massa itu tergolong jinak atau ganas.
(Paling kanan) Tasya Kamila dan suami, Randi Bachtiar. Instagram/@tasyakamila
"Ternyata hasil biopsinya itu thymoma, bukan limfoma. Thymoma itu tumor di kelenjar timus, timus juga salah satu bagian dari getah bening juga. Dan tindakan yang harus dilakukan untuk thymoma adalah operasi pengangkatan tumor. Dan prosedur tersebut dilakukan dengan open chest surgery atau dibuka ruang dada untuk mengambil tumornya," tukasnya.
Untuk menjalani operasi itu, mereka dirujuk ke spesialis bedah toraks kardiovaskular. Sebelum memutuskan operasi, mereka riset dan konsultasi ke beberapa dokter di Jakarta serta Singapura untuk menghimpun data sebanyak-banyaknya.
"Cuma semua dokter juga bilang setelah diambil massanya itu, nanti harus dibawa ke lab untuk diteliti lagi. Kira-kira bener gak sih itu thymoma atau mungkin sel kanker lain," tuturnya.
Pada Januari 2021, Randi menjalani operasi di Jakarta sesuai arahan dokter. Kondisi batuk dan sesak Randi saat itu semakin menganggu dan tumornya membesar 1,5 kali dari ukuran sebelumnya dalam waktu dua bulan.
Randi mengaku sempat deg-degan, meski tidak takut. Tasya dan Randi juga sempat menonton tutorial operasi itu di YouTube sebelum hari H. Selama menunggu Randi operasi, Tasya sempat khawatir karena operasi berlangsung lebih lama dari yang direncanakan.
"Rencananya 5-6 jam, tapi sampai 7 jam Randi belum keluar juga dari ruang operasi," kata Tasya.
Ternyata operasi butuh waktu lama karena tumornya sudah menempel di beberapa organ sekitarnya seperti paru-paru, saraf, dan pembuluh darah besar. Operasinya berlangsung selama 8 jam dan hanya bisa mengeluarkan massa mencapai 80 persen.
Baca juga: Tantangan Terbesar Tasya Kamila Mengasuh Putranya Usai Lahiran
Begitu dokter menjelaskan bahwa massa yang dikeluarkan sepertinya bukan thymoma dan tergolong ganas serta harus diteliti lebih lanjut di laboratorium, Tasya berusaha menguatkan keluarga yang hadir di sana termasuk ibu mertuanya.
"Ibu kamu langsung nangis, mama aku langsung nangis, bapak sama aku mencoba tegar," ucapnya.
Usai operasi, Randi dirawat di rumah sakit selama 5 hari. Ia juga sempat memakai ventilator dan dirawat di ruang ICU. Di masa pemulihannya, Randi menjalani fisioterapi. Selain itu, Randi dilarang melakukan sejumlah kegiatan yang berisiko untuk bagian dada beserta ototnya selama 6 minggu, termasuk menggendong anak, bersepeda, dan menyetir.
Selama menunggu hasil dari laboratorium, Tasya mengaku semakin banyak mencari tahu tentang pengobatan thymoma dan limfoma. Tak lupa, ia berdoa kepada Allah untuk diberikan yang terbaik untuk Randi.
Tasya Kamila bersama suami, Randi Bachtiar, dan anak, Arrasya Bachtiar. (Instagram/@tasyakamila)
"Doanya aku berikanlah yang teringan buat Randi apa pun itu dan kita mampu melewatinya. Yang kita bisa berikhtiar untuk Randi supaya sembuh dan melewati ini semua," ucapnya.
Setelah hampir 2 minggu pascaoperasi, hasil lab patologi anatomi keluar. "Akhirnya kita baru diinformasikan bahwa ternyata Randi mengidap limfoma hodgkin. Alhamdulillah, yang menurut aku, kamu mendapat yang paling ringan dari beberapa possibility yang ada. Dan itu bener-bener membuat aku sangat-sangat bersyukur," Tasya menjelaskan.
Dengan hasil itu, Randi kemudian fokus berobat ke dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medik. Sebelum memutuskan rangkaian pengobatan yang tepat untuknya, Randi terlebih dahulu jalani Positron Emission Tomography atau PET Scan untuk mendeteksi sel-sel kanker di seluruh tubuh. Usai jalani itu, Randi diketahui mengidap kanker getah bening stadium 2.
Tasya dan Randi kembali berkonsultasi ke beberapa dokter seperti sebelum operasi untuk memastikan perawatan kanker yang tepat. Kali ini, mereka melibatkan dua dokter di Jakarta dan satu dokter di Singapura.
Randi menjalani kemoterapi sebanyak 4 kali, dari rencana awal 6-8 kali kemoterapi karena respons tubuhnya baik. Dilanjutkan dengan radiasi sebanyak 25 kali. Tasya Kamila bersyukur bahwa Randi tak mengalami efek kemoterapi yang berat seperti yang ia bayangkan, contohnya muntah dan sariawan.
"Ternyata pulang kemo, baik-baik saja. Alhamdulillah, Randi masyaallah side effect kemo yang ringan, minor, alhamdulillah. Cuma cegukan. Dua kemo pertama belum rontok (rambut). Rontok baru di kemo ketiga," kata Tasya.
Menurut Tasya, rambutnya yang lebih banyak rontok ketimbang suaminya. "Karena aku stres atau waktu itu diet. Jadi, aku rontok (rambut) parah sih," lanjutnya.
Meski Randi mengalami efek samping yang ringan dari kemoterapi, Tasya mengaku menyiapkan menu makanan yang disarankan dokter. Karena selama proses itu Randi rentan terhadap infeksi.
Menu makanan yang dianjurkan dokter ialah jamur, protein hewani seperti daging merah, seafood, ikan yang tinggi albumin seperti ikan gabus, makanan harus matang, dan mengurangi makanan lemak serta manis.
"Randi itu selama menjalani kemoterapi justru harus makan daging-dagingan. Orang kan mikirnya kalau kena kanker gak boleh lagi makan daging-dagingan, justru kalau Randi karena setiap cancer beda-beda juga treatment-nya. Kalau Randi sangat dianjurkan makan protein hewani," pungkas Tasya Kamila.
Baca juga: Tasya Kamila Pakai Berlian Sejak SMP, Bermula dari Momentum Ini