CANTIKA.COM, Jakarta - Setiap orang menginginkan hubungan asmara yang memberikan rasa nyaman. Tapi sayangnya tidak ada resep sederhana untuk ini. Banyak kepercayaan tentang cinta dan hubungan, meskipun bermaksud baik, sepenuhnya salah arah. Buat kamu yang sedang mencari cara mempertahankan pernikahan berikut adalah beberapa saran yang justru bisa mengancam hubungan kalian berdua.
Selalu memiliki harapan yang tinggi
Memiliki ekspektasi yang tinggi soal hubungan yang tengah kamu jalani atau akan kamu jalani, bisa jadi pijakan yang kokoh. Tapi kamu juga perlu menurunkan ekspetasi dalam masa-masa sulit, misalnya saat harus menjalani hubungan jarak jauh, memiliki bayi, menerima pekerjaan baru, atau bahkan saat dalam posisi tak memiliki kerja.
Sebuah studi longitudinal McNulty (2016), dikutip dari Psychology Today, tentang pengantin baru menunjukkan bahwa individu dalam pernikahan stabil mendapat manfaat ketika mereka memiliki standar tinggi untuk hubungan mereka. Tetapi, ketika pasangan memiliki masalah yang parah atau biasa terlibat dalam perilaku yang merusak, standar yang tinggi memprediksi kepuasan yang lebih rendah.
Kamu mungkin sibuk menangani berbagai tanggung jawab dan mengejar tujuan sendiri, tetapi tetaplah ingat bahwa untuk memiliki hubungan yang sehat, kamu perlu memberikan perhatian.
Fokus pada diri sendiri, dia akan selalu ada untukmu
Kamu mungkin sibuk menangani berbagai tanggung jawab dan mengejar cita-cita, tetapi untuk memiliki hubungan yang sehat, kamu perlu memberikan perhatian. Isyarat kecil yang menunjukkan bahwa kamu peduli mungkin tampak baik, kecil. Bukan hanya itu, ini secara mengejutkan memiliki efek positif yang sangat kuat pada kebahagiaan hubungan. Gerakan bijaksana ini menghasilkan rasa syukur, dan rasa syukur meningkatkan perasaan koneksi dan kepuasan hubungan (Algoe, Gable, & Maisel, 2010).
Yang kamu butuhkan adalah cinta
Cinta memang jadi komponen penting dari hubungan romantis yang memuaskan, tetapi itu bukanlah segalanya. Hubungan tanpa komitmen tidak akan bertahan lama (Rusbult, 1980). Komitmen adalah keputusan, sementara cinta mungkin menjadi fakto yang membuatnya selaras, demikian juga investasi secara keseluruhan dan kebutuhan akan hubungan tersebut, serta ketersediaan alternatif untuk hubungan tersebut.
Misalnya, jika tujuan jangka panjang kamu tidak selaras dengan tujuan pasanganmu, dan pilihan yang lebih cocok mungkin ditemukan di tempat lain, perasaan kamu mungkin tidak membawa hasil. Dengan kata lain, penelitian menunjukkan bahwa "jatuh cinta" saja tidak cukup untuk memprediksi stabilitas hubungan. Komitmen adalah komponen penting.
Jangan biarkan pernikahan mengubahmu
Ketika seseorang jatuh cinta, sebenarnya sehat bagi mereka untuk mengalami perubahan di bawah pengaruh pasangan baru mereka. Sering disebut pengembangan diri, pertumbuhan ini merupakan bagian penting dari menciptakan saling ketergantungan; kamu mengintegrasikan orang lain ke dalam konsep diri sendiri (Aron, Paris, & Aron, 1995). Menolak ekspansi diri demi kemerdekaan total tidaklah ideal, tetapi juga tidak mengejar penggabungan diri dan pasangan secara total (Aron, Aron, & Smollan, 1992). Keseimbangan optimal adalah dosis otonomi dan keintiman yang sehat. Ambilah beberapa sifat atau kebiasaan baru, tetapi jangan sampai kamu kehilangan diri sepenuhnya.
Si dia harusnya membuatmu bahagia
Merupakan hal yang sehat bagi sepasang suami istri untuk berkontribusi pada kebahagiaan satu sama lain. Faktanya, pada pasangan suami istri heteroseksual, kebahagiaan perkawinan istri cenderung secara langsung mempengaruhi kebahagiaan hidup suaminya secara keseluruhan (Carr, Freedman, Cornman, & Schwarz, 2014). Namun, pasangan kamu tidak bisa bertanggung jawab atas kebahagiaanmu.
Bergantung pada seseorang untuk semua kebutuhan dan pemenuhan Anda adalah jenis ketergantungan yang berlebihan, yang terkait dengan keterampilan koping yang buruk dan kualitas hubungan yang lebih rendah (Feeney, Van Vleet, & Jakubiak, 2015).
Konseling tidak akan berhasil
Orang sering kali skeptis tentang konseling pasangan, tetapi ini bisa menjadi pilihan yang bagus jika hubungan kamu dan pasanganmu sedang bermasalah. Dikutip dari Psychology today, menurut John Gottman, seorang peneliti dan terapis perkawinan terkenal, pasangan biasanya menanggung enam tahun ketidakbahagiaan sebelum mengikuti konseling. Padahal jika itu dilakukan lebih awal bisa mendorong hasil yang lebih positif.
Mayoritas pasangan mendapat manfaat dari terapi ketika mereka termotivasi, ketika konselor terlatih dan berpengalaman, dan ketika pendekatannya tepat secara empiris, seperti terapi perilaku perkawinan, terapi berorientasi wawasan, atau terapi yang berfokus pada emosi. Jika kamu memiliki permasalahan dan tak tahu cara mempertahankan pernikahan, mungkin ini saatnya pergi ke konselor pernikahan.
Baca juga: 7 Tanda Pernikahan Berubah Jadi Toxic Relationship
PSYCHOLOGY TODAY