CANTIKA.COM, Jakarta - Kebutaan bisa dialami oleh para penyandang lepra. Penyakit lepra atau kusta yang menyerang jaringan kulit, tidak hanya menyebabkan masalah kulit namun juga dapat mengakibatkan kelainan pada mata hingga menimbulkan kebutaan. Penyakit yang disebabkan oleh mikro baktirum ini, banyak ditemukan di Indonesia.
Biasanya masalah kebutaan dicegah dengan metode gold weight implant yaitu dengan menambahkan implan emas di bagian kelopak mata atas. Dengan teknik ini, penderita lepra bisa kembali menutup matanya, sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya kebutaan.
Baca Juga:
Akan tetapi teknik gold weight implant dianggap sebagai teknik yang kurang efektif karena menelan banyak biaya, dan memiliki banyak dampak lainnya bagi kesehatan seperti alergi, inflamasi, migrasi, ptosis, hingga astigmatisme.
Head of Trauma Center sub Spesialis Divisi Plastik dan Rekonstruksi Mata JEC, Yunia Irawati pun memperkenalkan metode lain untuk mencegah kebutaan pada penderita lepra. Melalui zoom meeting yang dilakukan pada 9 Agustus 2021, Yunia menyampaikan bahwa teknik modifikasi tarsorafi miliknya, diniliai lebih murah dan minim risiko komplikasi.
“Teknik modifikasi tarsorafi yang saya teliti, terbukti sama efektifnya dengan metode gold weight implant - yang paling sering digunakan untuk menangani lagoftalmus paralisis pada penderita lepra. Bahkan, dibandingkan metode tersebut, teknik ini juga teruji lebih efisien dari sisi komplikasi dan biaya operasi. Harapan saya, teknik modifikasi tarsorafi segera menjadi langkah penanganan yang bisa menjangkau lebih banyak penyandang lepra dari berbagai kalangan,” kata Yunia Irawati.
Bahkan dirinya mengungkapkan bahwa teknik ini, lebih murah hingga 3 kali lipat daripada teknik implan emas. “Misalkan untuk modifikasi bahan pakainya kurang lebih satu juta, misalnya yang ini bisa Rp 3 jutaan lebih, apalagi sekarang harga emas mahal,” kata Dr. Yunia dalam melakukan perbandingan harga modifikasi tarsrafi dan gold weight implant.
Teknik modifikasi tarsorafi yang diperkenalkan oleh Yunia Irawati merupakan tenik gabungan dari tenik tarsorafi llaletral permanen levator recess, dan teknik kontapeksi/lateral tarsal strip (LTS) dan kantoplasti. Yunia mengungkapkan bahwa teknik modifikasi tarsorafi, dapat digunakan oleh pasien penderita lepra yang tidak dapat menutup kelopak matanya dengan rapat. “Pasien yang mengalami lagoftalmus atau kelopak mata tidak bisa tertutup rapat kita bisa melakukan teknik operasinya dengan modifikasi tarsorafi ini,” ungkapnya.
Selain memperkenalkan teknik terbarunya, Yunia juga menyarankan agar penyandang lepra rutin melakukan pemeriksaan mata setidaknya 6 bulan sekali. Hal ini dapat menjadi salah satu upaya yang dilakukan, guna meminimalisir kebutaan dini penyandang lepra. “Oleh karena itu, pendeteksian dini penting. Melakukan kontrol secara rutin tidak hanya ke dokter kulit bahkan juga dokter mata,” ujar Dr. Yunia.
Dia juga menjelaskan bahwa pemeriksaan 6 bulan sekali dapat dilakukan meskipun pasien belum memiliki gejala kelainan. “Seperti kelainan mata yang lain, tentu 6 bulan sekali kita memeriksakan mata. Mata sehat pun yang paling baik 6 bulan sekli, jadi kalo ada sesuatu kita bisa lakukan intervensi lebih awal,” katanya.
Baca: Waspada, 6 Kelainan pada Mata Penyandang Lepra
FAHIRA NOVANRA