CANTIKA.COM, Jakarta - Penyakit autoimun pada kulit menjadi satu hal yang perlu ikut diperhatikan selama pandemi akibat penyintasnya yang terus bertambah. Jika didefinisikan, maka autoimun sendiri adalah sistem imun yang tidak mengenali tubuhnya sendiri dan dianggap sebagai benda asing, sehingga mereka menyerang sel tubuhnya sendiri.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Amelia Setiawati Soebyanto di Klinik Pramudia mengatakan hingga saat ini, setidaknya ada 3 jenis penyakit kulit autoimun yang umum diderita oleh pasien yakni psoriasis, vitiligo dan urtikaria. Untuk faktor penyebabnya sendiri dapat dibedakan menjadi dua yakni internal dan eksternal.
Faktor internal dapat dipengaruhi dari riwayat genetik keturunan keluarga yang sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit autoimun. Lalu, ada pula faktor eksternal yang berasal dari pengaruh lingkungan seperti kebiasaan merokok, stres, pola hidup tidak sehat, obesitas serta sering terpapar sinar UV berlebih. Dengan tingkat stres yang tinggi di masa pandemi inilah yang menyebabkan penyakit autoimun pada kulit jadi meningkat.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Amelia Setiawati Soebyanto menjadi pembicara webinar mengenai autoimun kulit/Foto: Doc. Pribadi
Psoriasis merupakan peradangan kulit jangka panjang yang disebabkan karena tumbuhnya kulit baru dengan waktu lebih singkat dibandingkan dengan yang lain. Umumnya orang akan berganti kulit dalam waktu 28 hari, tapi bagi pengidap psoriasis berubah menjadi 14 hari saja dan kemudian menyebabkan penumpukan kulit.
Lain cerita soal Vitiligo yang dapat diidentifikasi lewat warna kulit yang berbeda seperti adanya bercak putih seperti kapur yang tersebar pada tubuh. Hal ini dikarenakan adanya kelainan kulit akibat kurangnya pigmen melanin pada tubuh sehingga kulit menjadi lebih terang ataupun pucat.
Kemudian, ada urtikaria atau yang lebih umum dikenal dengan sebutan biduran ini merupakan kondisi pada tubuh yang berupa bentol berwarna merah dan terkadang terasa perih dan gatal. Biduran akan menjadi hal yang darurat apabila sudah membuat kondisi saluran pernapasan membengkak dan dapat mengakibatkan pasien sesak hingga pingsan.
Namun, sayangnya penyakit autoimun pada kulit masih belum bisa disembuhkan secara total. Hal ini dikarenakan autoimun memiliki sifat kronis yang sering kambuh dan harus terus dikontrol. Meski begitu, para dokter dapat membantu untuk mengurangi tingkat kekambuhan dan mengontrol pada taraf yang tidak akan mengganggu aktivitas pasien.
Baca: Skincare Tak Dianjurkan bagi Penyintas Autoimun Kulit, Ketahui Sebabnya
LAURENSIA FAYOLA