CANTIKA.COM, Jakarta - Mengusung tema kisah cinta tragis di dunia yang maskulin, film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas menjadi pernyataan bagi sutradara dan penulis skenario Edwin mengenai toxic masculinity.
Edwin yang tak hanya menyutradarai tapi juga turut menulis skenarionya bersama Eka Kurniawan mengatakan tumbuh besar di masa kejayaan rezim militer, cerita dan mitos mengenai heroisme dan kejantanan lelaki menjadi sangat familiar baginya.
Kejantanan adalah tolok ukur kelelakian. Budaya toxic masculinity memaksa lelaki untuk tidak terlihat lemah dan masih sangat terpampang di Indonesia hari ini,
di masyarakat yang seharusnya kini lebih terbuka pikirannya dan demokratis ketimbang di era 80a/90-an.
"Saya melihat Indonesia berusaha keras mencoba untuk mengatasi rasa takutnya akan impotensi. Ketakutan yang membawa kita kembali ke budaya kekerasan yang dinormalisasi," ucap Edwin dalam konferensi pers, Rabu 10 November 2021 di Jakarta.
Tak hanya Ajo Kawir (Marthino Lio) sang jagoan kampung yang terjebak dengan ekspektasinya sebagai laki-laki di dunia maskulin, ada juga sosok Iteung, karakter perempuan yang berhasil mengimbanginya dalam hal beraksi laga dan bernyali tinggi.
Pemeran film `Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas` bersama sutradara dan produser foto bersama saat penayangan perdana di XXI Epicentrum, Jakarta, Rabu, 17 November 2021. Film yang diangkat dari novel Eka Kurniawan ini telah memenangkan Golden Leoprad di Locarno Film Festival. Tempo/Nurdiansah
Iteung yang diperankan oleh Ladya Cheryl tampil berenergi sebagai perempuan dingin, badas, dan menyimpan lukanya sendiri. Ia bukan hanya menjadi kekasih bagi Ajo, tetapi juga jagoan yang punya kekuatan setara dengan Ajo Kawir.
Iteung juga punya traumanya sendiri sebagai perempuan yang harus hidup di dunia yang maskulin. Iteung tumbuh untuk berani mengambil risiko dan keputusannya sendiri yang menjadikannya seorang tak kalah kuat.
Sayangnya, Ladya Cheryl berhalangan hadir dalam konferensi pers bersama pemeran lainnya. Namun, dalam kanal YouTube Palari Films, perempuan kelahiran 11 April 1981 ini memiliki kesan tersendiri yang membuat dia memutuskan berperan sebagai Iteung.
Ladya Cheryl saat press conference film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Kemang, Jakarta Selatan, Selasa, 18 Februari 2020. ( TEMPO | Alfi Salima Puteri)
"Sosok Iteung itu smart mandiri, terampil, kuat, dan tipe orang yang enggak bisa menunggu. Iteung juga seperti menyembunyikan dalam hati dan menjadi budaya kita kalau punya masa lalu yang nggak enak kita tidak terbiasa meminta bantuan," ucapnya.
Dalam film yang diadaptasi dari novel karya Eka Kurniawan ini, Ladya merasa bahwa hubungan antara manusia di cerita ini terasa nyata. "Inilah dunia yang aku suka, seasli-aslinya dan gamblang. Tak ada yang ditutupi, karakter yang ada dalam novelnya memang punya dua sisi baik gelap dan terang," ucapnya.
Berbicara tantangan dalam film yang diganjar Golden Leopard tersebut, selain menjadi jagoan pemeran Alya di Ada Apa dengan Cinta ini juga dituntut buat bisa mengendarai motor manual dengan kopling di tong setan dan akting berkelahi. Saksikan penampial tidak biasa Ladya Cheryl dalam film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Lunas, pada 2 Desember 2021n mendatang.
Baca: 4 Fakta Menarik Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas