CANTIKA.COM, Jakarta - Batik sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia
memang sudah diakui dunia. Salah satu bentuk untuk melestarikannya, sudah banyak brand lokal dan desainer yang menggunakan batik yang digubahnya menjadi busana lebih modern. Masa depan batik memang perlu menjadi perhatian agar selalu lestari.
Hal ini juga yang dipedulikan oleh Jakarta Fashion Week atau JFW 2022. Berkolaborasi dengan Erasmus Huis, JFW menghadirkan webinar Fashion Conversation “Future of Batik”. Di episode ke-2 dari webinar persembahan JFW 2022 ini, Fashion Conversation mengajak Sabine Bolk (seniman Belanda dan aktivis batik), Laretna T. Adhisakti (Co-Founder Indonesian Heritage Trust, Co-Founder Jogja Heritage Society), dan Direz (Co-Founder Bluesville) untuk mendiskusikan hal ini.
Pameran batik di Moskow, Rusia, 7 September 2021. Foto: KBRI Moksow
Sabine mengatakan bahwa menyimpannya di mhttps://www.cantika.com/tag/museumuseum bukanlah jalan satu-satunya untuk melestarikan batik. “Tapi kita harus memastikan bahwa batik harus selalu terproduksi. Jika Anda ingin mendukung kelestarian batik, Anda bisa membelinya, mengunjungi kota-kota penghasil batik, dan menikmati kekayaan warisannya,” ujarnya.
Sementara itu, bagi Laretna, batik bukanlah sekadar bagian dari fashion. Batik merupakan sebuah masterpiece dari sebuah seni. Kemudian disambung oleh Direz, melalui brand-nya, Bluesville, ia menghasilkan koleksi busana dan produk gaya hidup yang selalu memasukkan unsur batik. “Batik akan selalu menjadi proses
awal dan kami akan terus memproduksinya hingga selalu relevan dengan generasi terkini,” ucapnya.
Namun, ketika membahas seputar batik, beberapa pertanyaan lainnya pun akan muncul. Semaju apa regenerasi di dunia batik? Apakah generasi selanjutnya akan bisa mempertahankan kelestarian batik? Seberapa besar kemajuan teknologi akan memengaruhi industri batik? Tentunya pertanyaan tersebut akan menjadi pekerjaan rumah bagi banyak pihak.
Baca: JFW 2022 Hadir Membawa Benang Merah Sustanaible Fashion, Seperti Apa Konsepnya?