CANTIKA.COM, Jakarta - Covid-19 varian Omicron setidaknya tiga kali lebih berisiko menyebabkan infeksi ulang jika dibandingkan dengan varian sebelumnya, seperti Beta dan Delta. Hal itu dikatakan para ilmuwan di Afrika dalam sebuah studi pendahuluan yang diterbitkan pada Kamis, 2 Desember 2021.
Berdasarkan analisis statistik dari sekitar 2,8 juta sampel virus corona positif di Afrika Selatan, 35.670 di antaranya diduga terinfeksi ulang, membuat para peneliti menyimpulkan bahwa mutasi Omicron memiliki ‘kemampuan substansial untuk menghindari kekebalan dari infeksi sebelumnya’.
Para ilmuwan mengatakan infeksi ulang memberikan penjelasan parsial tentang bagaimana varian baru telah menyebar. Mereka menemukan, peningkatan risiko terinfeksi ulang adalah ‘konsisten sementara’ dengan munculnya varian Omicron di Afrika Selatan seperti dikutip dari laman Washington Post, Jumat, 3 Desember 2021.
Makalah tim kini telah diunggah ke server pracetak dan belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Sementara itu, pertanyaan mengenai tingkat perlindungan yang diberikan vaksin terhadap varian baru tetap belum terjawab karena para ilmuwan tidak memiliki akses ke data vaksin. Tetapi, seorang ahli epidemiologi yang berbasis di Afrika Selatan dan salah satu penulis studi tersebut, Juliet Pulliam mengatakan bahwa vaksin kemungkinan masih menawarkan perlindungan paling efektif terhadap penyakit parah dan kematian.
Melalui akun Twitter-nya, Juliet menuliskan penting untuk mengetahui bahwa Omicron dapat menyebabkan lebih banyak infeksi ulang.
Kekebalan yang diperoleh dari infeksi sebelumnya telah menjadi kunci dalam membantu negara-negara seperti Afrika Selatan dan Botswana mengelola pandemi, mengingat tingkat vaksinasi di negara ini masih relatif rendah.
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. REUTERS/Dado Ruvic
“Prioritas kami yang paling mendesak saat ini adalah untuk mengukur sejauh mana kekebalan Omicron lolos dari kekebalan alami dan yang didapatkan dari vaksin, serta transmisibilitasnya relatif terhadap varian lain dan dampaknya pada tingkat keparahan penyakit,” kata Harry Moultrie, seorang ahli penyakit menular yang ikut terlibat dalam penelitian tersebut, dalam sebuah pernyataan.
Varian lain juga telah diketahui menyebabkan infeksi ulang. Beberapa pasien yang terinfeksi ulang dengan varian Beta diidentifikasi di Israel awal tahun ini. Tetapi studi terbaru menunjukkan risiko relatif terinfeksi lagi tetap stabil pada varian lain, menggarisbawahi pentingnya temuan pada Omicron.
Dalam pernyataannya, Juliet mengatakan bahwa ini berlawanan dengan ekspektasi dan pengalaman mereka dengan varian sebelumnya. “Kami sekarang mengalami peningkatan risiko infeksi ulang yang melebihi pengalaman kami sebelumnya,” ungkapnya pada Kamis, 2 Desember 2021.
Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan mengatakan pada Rabu, 1 Desember 2021bahwa Omicron mengambil alih varian virus lain pada bulan November, terhitung 74 persen dari genom yang diurutkan bulan lalu. Sebelumnya, Delta dominan di wilayah tersebut.
Jumlah kasus secara keseluruhan juga meningkat pesat selama tiga hari terakhir. Dan mungkin, Omicron adalah varian dengan penyebaran tercepat yang pernah ada di Afrika Selatan, menurut seorang profesor kesehatan masyarakat di Universitas Stellenbosch Afrika Selatan, Tulio de Oliveira.
Saat ini, populasi Afrika yang telah divaksinasi lengkap baru mencapai 6 persen. Di Afrika Selatan, orang yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap masih di bawah 30 persen menurut Our World in Data.
Varian B.1.1.529, sekarang disebut omicron, perdana diidentifikasi di Botswana, Afrika, pada 11 November 2021. Varian Omicron sekarang telah terdeteksi di Afrika Selatan, Inggris, Israel, Belanda, Hong Kong, dan Belgia. Ini adalah bentuk paling bermutasi dari Covid-19 yang ditemukan sejauh ini, dengan 32 mutasi pada protein lonjakan.
Baca juga: Gejala Varian Omicron, Kelelahan, Tak Kehilangan Indera Penciuman dan Perasa