CANTIKA.COM, Jakarta - Ibu melahirkan dapat mengalami suatu kondisi yang disebut dengan postpartum depression. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan zat kimia di otak sehingga bisa membuat penderitanya merasa putus asa, merasa tidak pantas menjadi seorang ibu, tidak mau mengurus anak, bahkan dalam tahapan paling parah mempunyai keinginan untuk mengakhiri hidup.
Seperti halnya penyintas postpartum depression sekaligus pendiri Mother Hope Indonesia, Yana membagikan kisahnya ketika mengalami kondisi tersebut. "Saat anak pertama meninggal, setelah itu saya merasa kehilangan kemudian trauma melahirkan juga. Lalu, tiga bulan setelah itu dikasih lagi (hamil) akan tetapi masih dalam kondisi cemas dan trauma," ungkapnya.
Yana juga mengungkapkan bahwa di lingkungannya banyak stigma yang terbentuk, apabila melakukan operasi sesar akan dianggap belum menjadi ibu, menjadi perempuan yang gagal, dan lainnya. Sementara kurangnya dukungan karena orang-orang terdekat belum cukup mendapatkan edukasi mengenai postpartum depression juga jadi hal yang sulit dan membuatnya tertekan.
"Jadi diawal satu sampai tiga bulan gak merasa dekat dengan bayi, merasa gak berguna. Takut menggendong, takut berduaan dengan bayi karena ada pikiran mengakhiri hidup," katanya saat melakukan diskusi pada IG Live yang dsiarkan oleh LoveCare Indonesia. Pascamelahirkan, memang kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh ini turun drastis yang menyebabkan perubahan suasana hati pada sang ibu.
Yana menceritakan bahwa dirinya juga sempat diberi rujukan untuk datang ke psikolog, tapi karena masih ada penolakan dalam dirinya. Pada akhirnya ia mengabaikan hal tersebut. Pun karena dalam masyarakat Indonesia, terutama pada keluarga konvensional masih menganggap pergi ke psikolog merupakan hal yang tabu.
Veronica Tan sebagai moderator dalam diskusi tersebut juga menyampaikan pendapatnya. Dia setuju pada hal yang disampaikan oleh Yana, di Indonesia apabila ada seseorang yang mencari psikolog akan dianggap kurang iman dan lainnya. Padahal pasca-melahirkan dan mengalami postpartum depression, sang ibu juga perlu berkomunikasi untuk mencurahkan isi hatinya.
Namun, pada akhirnya setelah suatu kejadian terjadi dalam hidupnya dimana Yana hampir saja mengakhiri hidup. Tapi ada seseorang yang menolongnya, hal tersebut membuatnya sadar. Meskipun awalnya ragu dan masih terdapat penolakan dalam diri, tapi Yana akhirnya pergi ke psikolog. "Jadi setelah itu kaget juga kan akhirnya saya konsultasi ke teman saya, akhirnya saya pergi ke psikolog klinis.”
Baca: Veronica Tan Ungkap Pentingnya Orang Tua Mendongeng untuk Anak
DIAH RETNO ANDANI