CANTIKA.COM, Jakarta - Puasa Ramadan didefinisikan sebagai berpantang sebagian atau seluruhnya dari makanan dan minuman, dan dapat dikaitkan dengan pembatasan asupan kalori, makanan tertentu, terutama makronutrien, atau keduanya Beberapa faktor perancu dapat mempengaruhi biomarker terkait kesehatan dan hasil seperti variabilitas dalam puasa, status merokok, perubahan kronoterapi obat, jenis diet, dan kebiasaan budaya.
Perubahan jumlah dan waktu makan dan pengurangan makanan sehari-hari asupan menjadi dua, bukan empat atau lima porsi biasa telah terbukti mempengaruhi lingkungan metabolisme.
Baca Juga:
Dikutip melalui “Special Issues in Hypertension” Adel E. Berbari, penelitian melaporkan beberapa masalah kesehatan yang biasanya terkait dengan beberapa orang yang berpuasa selama Ramadan, terutama di antaranya mengalami sakit kepala, mulas berulang, sembelit, dehidrasi, kualitas tidur berkurang, dan anemia.
Berikut penyakit atau masalah kesehatan yang bisa muncul saat Ramadan:
1. Penyakit Ginjal
Beberapa faktor telah didalilkan memiliki dampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan kelompok pasien yang berpotensi rentan ini. Seperti penurunan pengobatan atau kepatuhan rejimen obat, pembatasan cairan pada siang hari, dan kemungkinan keadaan hipohidrasi kronis.
2. Parameter Hematologi
Beberapa penelitian mengevaluasi efek puasa Ramadan pada hematologi tertentu parameter. Studi-studi ini melaporkan pengurangan volume sel yang dikemas sel darah merah (hematokrit) dan konsentrasi hemoglobin, dan anemia yang memburuk.
3. Profil Biokimia
Pada subjek sehat, puasa Ramadan dikaitkan dengan perubahan beberapa metabolisme parameter. Kadar glukosa darah umumnya tetap tidak berubah meskipun terjadi penurunan telah dilaporkan, tetapi tanpa gejala hipoglikemik. Namun, beberapa penelitian melaporkan peningkatan kadar glukosa darah menjelang akhir Ramadan, meskipun kadar hemoglobin terglikasi tetap normal.
4. Tekanan Darah dan Hipertensi
Dikaitkan dengan penurunan tekanan darah yang signifikan, terkait dengan penurunan fungsi metabolisme.
Ilustrasi hipertensi (Pixabay.com)
5. Gangguan Serebrovaskular
Sebagian besar penelitian telah melaporkan bahwa puasa Ramadan tidak memiliki dampak negatif berdampak pada kejadian stroke. Namun, pada mereka yang mengembangkan stroke, proporsi stroke iskemik lebih tinggi pada pasien diabetes, sedangkan proporsi stroke hemoragik lebih rendah pada subyek hipertensi.
6. Gangguan Kardiovaskular
Puasa dapat berdampak negatif pada pasien jantung karena kewajiban untuk mengkonsumsi asupan kalori harian dalam 1-2 kali makan daripada biasanya 3-5 kali makan, upaya berat yang terkait dengan ibadah fisik yang dilakukan setelah latihan yang berat makan, dan ketidakmampuan untuk minum obat apa pun di siang hari.
7. Diabetes Mellitus
Prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara Muslim tinggi, dan meningkat setiap tahun pada tingkat 10 persen sebagai akibat dari urbanisasi dan sosial ekonomi. Selanjutnya, puasa Ramadan menimbulkan tantangan bagi dokter dan pasien.
8. Penyakit Sel Sabit
Puasa Ramadan telah dilaporkan meningkatkan risiko krisis vaso-oklusif di penyakit sel sabit. Komplikasi sering melibatkan ginjal, telah dikaitkan dengan sabit di dalam dan oklusi pembuluh darah kecil di medula ginjal hipertonik akibat dehidrasi siang hari.
9. GERD
GERD dapat membuat mulas, regurgitasi, nyeri dada, serta nyeri epigastrium. Obat penekan dibutuhkan seperti obat antagonis reseptor H2 atau inhibitor pompa proton. Hindari dehidrasi namun perlu diingat minum terlalu banyak air sekaligus juga tidak baik karena melarutkan asam lambung yang ada.
10. Asam lambung
Bagian tubuh yang berfungsi mengontrol cairan asam lambung melemah dan tidak dapat berfungsi optimal. Akibatnya, asam lambung mudah naik bila tidak ada makanan yang dicerna. Cairan asam lambung bisa menumpuk dan menyebabkan nyeri di ulu hati dan cairan asam naik ke kerongkong.
Baca: 7 Tips Perawatan Diri Agar Tetap Glowing Selama Puasa Ramadan