CANTIKA.COM, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan cacar monyet atau monkeypox sebagai darurat kesehatan global atau public health emergency of international concern. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan hal tersebut dalam konferensi pers daring, Ahad, 24 Juli 2022, waktu setempat.
Ia juga mengatakan sudah ada lebih dari 16.000 kasus cacar monyet yang dilaporkan dari 75 negara di dunia, termasuk di antaranya 5 kematian.
Melihat kondisi tersebut, kita harus meningkatkan kewaspadaan untuk pencegahannya. Untuk menyegarkan kembali ingatan kita bersama, cacar monyet adalah infeksi ringan yang berasal dari hewan liar Afrika yang ganas.
Penyakit ini kali pertama terdeteksi pada tahun 1958 ketika dua wabah cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk diperiksa. Saat itulah penyakit ini disebut sebagai cacar monyet seperti yang dilaporkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDC. Sementara itu, cacar monyet pertama kali terdeteksi pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.
Gejala penyakit ini sangat mirip dengan gejala cacar. Tupai, tikus berkantung Gambia dan dormice juga telah terdeteksi dengan infeksi ini selain dari monyet. Sebagian besar hutan hujan tropis Afrika dijajah oleh hewan yang rentan terhadap penyakit ini. Namun, penyebaran cacar monyet di belahan dunia lain menciptakan kekacauan. Republik Demokratik Kongo (DRC) telah dilaporkan dengan jumlah kasus tertinggi.
Varian cacar monyet strain Kongo dan strain Afrika Barat adalah dua varian cacar monyet. Strain Kongo lebih fatal daripada strain Afrika Barat. Sementara strain Kongo memiliki tingkat kematian 10%, strain Afrika Barat memiliki tingkat kematian yang lebih rendah sebesar 1%.
Cara Penularan Cacar Monyet
Cacar monyet dapat menular ke manusia jika mereka digigit oleh hewan yang terinfeksi cacar monyet atau bersentuhan dengan darah, cairan tubuh, atau bulu hewan yang terinfeksi. Mengonsumsi daging hewan yang sakit tanpa dimasak dengan benar juga dapat menyebabkan penyebaran infeksi ini.
Penyakit ini pun dapat ditularkan di antara manusia melalui kontak dengan pakaian, tempat tidur atau handuk yang digunakan oleh orang yang terinfeksi yang mengalami ruam, kulit melepuh atau koreng. Tetesan batuk dan bersin dari orang yang terinfeksi juga dapat terkontaminasi.
Virus tersebut juga diduga menular secara seksual seperti dilansir para ahli. Namun, virus ini tidak begitu menular di antara manusia.
Gejala Cacar Monyet
Masa laten virus cacar monyet adalah 21 hari setelah gejala mulai timbul. Gejala cacar monyet lebih ringan dibandingkan dengan gejala cacar. Demam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan dan pembengkakan kelenjar getah bening adalah beberapa gejala dari virus cacar monyet.
Diikuti dengan gejala-gejala tersebut, orang mulai mengalami ruam pada kulitnya yang sering mulai muncul di wajah mereka dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam terus menyebar sampai membentuk keropeng dan terlepas.
Penyakit ini berlangsung selama dua sampai empat minggu. Tidak ada pengobatan khusus yang telah ditemukan untuk virus cacar monyet. Secara medis, pasien disarankan untuk tetap diisolasi di rumah sakit agar penyakitnya tidak menyebar dan gejalanya bisa sembuh jika kambuh lagi.
Vaksin cacar digunakan di Amerika Serikat untuk pasien cacar monyet yang 85% efektif. Antivirus dan vaccinia immune globulin juga terbukti dapat disembuhkan untuk pasien cacar monyet.
CDC telah menyarankan orang untuk menjauh dari koloni-koloni yang dihuni oleh hewan yang terinfeksi cacar monyet. Melakukan kontak dengan zat-zat seperti tempat tidur hewan yang sakit juga sangat dilarang.
Bila seseorang telah melakukan kontak dengan pasien atau hewan yang terinfeksi, maka ia harus mencuci tangan dengan benar dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih berbasis alkohol yang efektif. Para profesional kesehatan ataupun pengasuh wajib mengenakan alat pelindung diri atau APD saat merawat pasien.
Baca juga: 4 Fakta tentang Cacar Monyet
BISNIS | ANTARA