CANTIKA.COM, Jakarta - Bisnis skincare atau perawatan kulit di dunia tumbuh semakin pesat selama dua tahun terakhir, bahkan penjualan dari tahun ke tahun meningkat secara signifikan melampaui industri makeup, menurut laporan Forbes.
Salah satu faktornya adalah perubahan selera konsumen. Baby Boomers hingga Gen Z beralih ke tampilan yang lebih sederhana, lebih ringan, dan menggunakan lebih sedikit riasan. Didukung pula oleh tren kulit sehat dan bersinar alami yang digaungkan para pemengaruh di dunia kecantikan alias beauty influencer.
Pandemi Covid-19 pun menjadi faktor utama industri skincare kian melejit. Kondisi di rumah saja membuat konsumen lebih banyak waktu merawat diri dan mental, sehingga meningkatkanya penjualan lilin aromaterapi, produk perawatan kuku untuk manikur di rumah, dan, produk perawatan kulit.
“Pandemi telah mengubah perawatan diri, karena kami melihat lebih banyak orang mengambil kecantikan dengan tangan mereka sendiri dengan perawatan di rumah, seperti spa,” kata Michael Friend, pengusaha kecantikan berpengalaman yang baru-baru ini mendirikan perangkat kecantikan perawatan kulit, Spa Sciences, dengan mitranya Lewis Hendler dan Lila Friend.
Jika Anda salah satu pebisnis skincare, tentu tahu betul pentingnya riset, kekuatan identitas produk alias unique selling, kreativitas dan inovasi di tengah persaingan yang ketat. Selain itu, ada beberapa faktor penting untuk mengembangkan bisnis skincare yang perlu dicermati menurut Forbes.
1. Harga terjangkau mengalahkan kemewahan, terutama dengan Milenial dan Gen Z
Skincare lovers saat ini sangat berpengetahuan (atau mereka mencari pendapat dan ulasan dari orang-orang), sangat ingin tahu, dan aktif mempertanyakan apakah suatu produk benar-benar sepadan dengan harganya. Pendekatan ini telah memungkinkan mereka untuk menjangkau audiens yang lebih luas, dan tentunya tetap menjaga konsistensi kualitas.
2. Ketahuilah ulasan dan situs ulasan adalah pendorong utama penjualan
Saat ingin membeli skincare, konsumen bisa menghabiskan 80 persen waktu mereka dalam fase penelitian—itu lebih banyak daripada hampir semua kategori produk konsumen lainnya.
Apa saja yang dilakukan? Mulai dari membaca ulasan di situs retail, hingga menonton video demo oleh influencer kecantikan di kanal video, hingga meneliti bahan yang dipertanyakan atau kontroversial. Dan jika mereka melihat sesuatu yang tidak mereka sukai, akan sangat sulit untuk membuat mereka kembali ke merek Anda.
Jadi, kualitas adalah segalanya dalam produk skincare. Fokus pada memaksimalkan kualitas produk Anda sebelum diluncurkan. Jika Anda memasarkan produk yang tidak memenuhi standar tinggi konsumen saat ini, tidak akan lama sebelum orang-orang mulai menyadarinya.
3. Jangan abaikan kekuatan komentar
Pengaruh influencer di bidang kecantikan, baik untuk kosmetik maupun perawatan kulit, sangat besar. Menurut survei oleh Vettese, 62 persen wanita mengatakan mereka mengikuti influencer kecantikan, dengan 67 persen wanita mengatakan bahwa mereka beralih ke influencer terlebih dahulu untuk mendapatkan informasi tentang suatu produk, dengan ulasan pihak ketiga berada di urutan kedua.
Sebenarnya kecenderungan ini mirip dengan cara kerja pemasaran secara umum, yaitu konsumen mempercayai pelanggan lain, orang biasa seperti mereka. Konsumen ingin mendengar tentang pengalaman orang lain dengan suatu produk skincare sebelum melakukan pembelian sendiri.
Baca juga: Cerita Michella Ham Merintis Bisnis Skincare Lokal, Berawal dari 1.000 Krim Totol Jerawat
FORBES