CANTIKA.COM, Jakarta - Tempat kerja yang seharusnya menjadi ruang aman, ternyata tidak selalu bebas dari perilaku perundungan. Workplace Bullying atau perundungan di tempat kerja adalah tindakan menyakiti yang dilakukan secara berulang oleh seorang individu atau kelompok, kepada seorang pekerja atau sekelompok pekerja dalam bentuk kekerasan verbal, perilaku ofensif, ancaman, mempermalukan, dengan maksud mengintimidasi pekerja.
Menurut survei Workplace Bullying 2021, sebanyak 76,3 juta pekerja mengalami bullying di tempat kerjanya. Tindakan workplace bullying ini jika dibiarkan, maka akan menjadi bentuk diskriminasi yang membudaya bahkan dinormalisasi di tempat kerja sehingga dapat berdampak buruk pada korban yang mengalaminya.
Menurut Volunteer Komunitas ‘Sudah Dong’, Tantri Arihta Sitepu, mengatakan bahwa tindakan workplace bullying ini memiliki dampak internal pada korban dalam segi kesehatan mentalnya, dan dampak eksternal yakni dalam segi produktivitas kerjanya.
“Workplace Bullying adalah tindakan dari eksternal yang menargetkan seseorang atau kelompok yang membuat seseorang atau kelompok itu tertekan secara psikologis yang mana itu membuat kelompok atau seorang pekerja ini menjadi demotivasi, pasti terganggu aktivitasnya, performanya, dan bisa mempengaruhi fisik dan mental orang tersebut,” ujar Tantri dalam siaran langsung di Instagram Unilever Indonesia, pada Kamis, 17 November, 2022.
Menurutnya juga, tindakan workplace bullying ini juga mempengaruhi kepercayaan diri korban di lingkungan pekerjaannya. “Dampak langsungnya itu biasanya korban perundungan itu biasanya akan merasa nggak worth it ada di lingkungan tersebut,” tambahnya. Tantri juga mengatakan, jika tindakan workplace bullying ini dibiarkan, maka akan berdampak juga pada nama perusahaan yang berhubungan dengan pelaku individu terkait.
“Kalau itu dibiarkan terus terjadi, biasanya bullying tu bisa menjadi kekerasan fisik atau verbal ya, itu yang bisa membuat individu dalam perusahaan, atau perusahaan itu sendiri terekspos secara hukum dan pasti efeknya nggak akan baik di mata publik ataupun untuk bisnis si kantornya sendiri,” jelas Tantri.
Maka dari itu, untuk mencegah terjadinya workplace bullying ini tentu ada caranya. Menurut Tantri, ternyata caranya ialah harus bisa membangun relasi yang baik terhadap rekan-rekan di kantor. Dengan membangun relasi yang baik, maka akan terciptanya toleransi. “Caranya adalah, usaha bangun relasi, paling tidak rekan-rekan kantor yang paling dekat dengan kita. Biasanya paling tidak yang ada di sebelah kita, yang satu divisi, satu ruangan,” jelasnya.
Dengan melakukan relasi yang baik, maka pekerja bisa lebih mudah mengetahui masing-masing karakter rekan kantornya dan saling mengenal apa saja ketertarikan masing-masing rekan kantor. Melalui percakapan sehari-hari dengan rekan kantor juga dapat membantu pekerja untuk melihat prinsip personal lawan bicaranya seperti apa, sehingga disitulah bisa memunculkan toleransi.
Lalu, meskipun sudah berelasi baik dengan rekan kantor, tentu tetap harus ada batasannya. Menurut Tantri, tetaplah berfokus dengan diri sendiri dan jangan sampai menganggu rekan kantor. “Jangan ganggu batasan pribadi orang, peduli boleh, tapi jangan kepo. Dari situ diharapkan bisa tahu apa yang baik untuk kita dan orang lain,” jelas Tantri.
Tak kalah penting, jika pekerja semisal memiliki konflik dengan rekan kerjanya, alangkah lebih baiknya untuk membicarakannya dengan kalimat yang baik dan santun. Perlu diingat, bahwa tiap pekerja pasti suatu saat akan membutuhkan rekan kerjanya, begitupun sebaliknya. “Usahakan untuk menggunakan kata-kata yang santun, dari situ baru toleransi terbangun, dan diharapkan nggak ada bullying di kantor,” jelas Tantri.
Melihat persoalan tersebut, maka dari itu Unilever Indonesia melanjutkan kolaborasi dengan komunitas anti bullying Sudah Dong, dengan meluncurkan E-booklet bertajuk “Sadari, Kenali, Atasi Workplace Bullying” di tengah semangat peringatan Hari Toleransi Internasional 2022. E-booklet dapat diakses publik secara gratis melalui situs http://www.sudahdong.com/buku-panduan/
“Kami berharap seluruh fasilitas dan aktivitas yang kami persembahkan di Hari Toleransi Internasional ini dapat membuka jalan bagi terciptanya lingkungan kerja yang menjungjung tinggi keberagaman, rasa saling percaya, menghormati hak asasi manusia, dan memberikan kesempatan yang setara, tanpa bullying dan diskriminasi,” tutur Head of Communication Unilever Indonesia, Kristy Nelwan.
Baca: Pernah jadi Korban Bullying, Nafa Salvana Ungkap Beauty Standar yang Meresahkan
NABILA RAMADHANTY PUTRI DARMADI
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika