CANTIKA.COM, Jakarta - Pro kontra orang tua cium bibir anak masih mengemuka di masyarakat. Ada sejumlah orang tua yang menganggap itu praktik tidak biasa, sementara orang tua lainnya menganggap itu salah bentuk kasih sayang yang sudah diwariskan turun-temurun dari keluarga. Bagaimana hal tersebut ditinjau dari sisi psikologi?
Dari segi kepantasan, menurut pakar etiket sosial, Liz Brewer kepada BBC UK, cium bibir anak kembali kepada pilihan orang tua masing-masing. Apakah mereka menganggapnya pantas atau tidak. Dalam banyak budaya, berciuman di bibir tidak dianggap seksual, dan diterima sebagai sarana platonis untuk menunjukkan kasih sayang.
Sementara itu, psikolog Charlotte Reznick menjelaskan kepada News Australia bahwa bibir dan mulut adalah batasan pribadi. Jadi, mencium bibir anak dapat menimbulkan kesan bahwa siapa pun dapat mengganggu ruang dan tubuh pribadinya. Anak juga dapat mengembangkan ketidakmampuan untuk mengatakan tidak.
Profesor psikologi klinis di Universitas California, Amerika Serika itu juga berpikir bahwa mencium seorang anak di bibir mereka bisa membingungkan anak itu, terutama ketika mereka tumbuh dewasa.
Para ahli juga mencatat bahwa jika kamu menganggap cium bibir anak adalah tindakan seksual, maka kamu juga perlu mempertanyakan mengapa melakukan tindakan tersebut.
Baca Juga:
Pada akhirnya, konteks dan kenyamanan anak itu penting. Kita perlu menerima bahwa apa yang biasa di satu keluarga, belum tentu bisa diterima di keluarga lain. Kembali lagi, orang tua mencium bibir anak tergantung pada nilai keluarga, norma budaya, pengalaman, dan persepsi kasih sayang lahiriah.
TIMES OF INDIA
Baca juga: Dear Orang Tua, Simak Hal yang Perlu Diperhatikan saat Memberi Reward untuk Anak
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika