3. Lebih Rentan Terkena Infeksi Miss V
"Miss V biasanya bersifat asam, yang merupakan keseimbangan pH yang sempurna untuk banyak organisme pelindung yang semuanya hidup bahagia bersama di sana," jelas Dr. Ross. "Namun, apa pun yang mengganggu keseimbangan ini dapat menyebabkan infeksi vagina." tambahnya.
Selain itu, seiring bertambahnya usia, ada banyak pengganggu yang mungkin terjadi. "Perubahan hormon yang terkait dengan kehamilan, pascapersalinan, perimenopause dan menopause mengganggu mikrobioma normal miss V dan dapat meningkatkan risiko ragi vagina dan infeksi bakteri," ungkap Dr. Ross.
Selain itu, ada banyak iritasi umum lainnya yang dapat mengganggu keseimbangan pH vagina dan memicu infeksi seperti di bawha ini, menurut Dr. Ross:
- Sabun wangi, cairan mandi busa, garam mandi, bedak
- Deterjen, pelembut kain, dan seprai pengering
- Tisu dan pembalut sanitasi
- Gel penghangat dan pelumas beraroma
- Pakaian dalam atau pakaian renang berbahan nilon
- Produk karet dan lateks, seperti diafragma dan kondom
- Air liur atau air mani
- Spermisida seperti busa, krim, dan jeli
- Semprotan kebersihan kewanitaan, tampon, atau pembalut deodoran
- Krim atau salep yang dioleskan pada vulva
- Mencukur dan melakukan waxing pada rambut di sekitar vagina
- Obat-obatan termasuk beberapa pil KB, Accutane, obat alergi dan pilek, serta antidepresan tertentu
4. Vulva Berubah Warna
Apakah warna labia terlihat sedikit berbeda akhir-akhir ini? Percaya atau tidak, penuaan dapat menyebabkan perubahan warna kulit vulva dan vagina, jelas Dr. Ross.
Sekali lagi, hal ini terjadi bersamaan dengan pergeseran hormon yang terkait dengan estrogen, paling sering selama masa kehamilan dan menopause, yang dapat meningkatkan pigmen pada kulit vulva dan vagina, jelasnya.
Selain itu, trauma kulit akibat hubungan intim, mencukur, rambut yang tumbuh ke dalam, folikulitis, dan infeksi berulang juga dapat mengubah pigmentasi pada bagian pribadi, tambahnya.
Baca juga: 5 Sebab Bentuk Miss V Berubah
Halaman