CANTIKA.COM, Jakarta - Di Hari Obesitas Dunia atau World Obesity Day yang diperingati setiap tanggal 4 Maret, Cantika menyoroti obesitas pada anak. Seperti kita ketahui bersama, baru-baru ini viral balita laki-laki obesitas bernama Muhammad Kenzi Alfaro atau Kenzi di Bekasi. Di usia 1 tahun 6 bulan, berat badan dia mencapai 27 kilogram.
Menurut penuturan sang ibu, Pitriah, Kenzi lahir dengan bobot empat kilogram. Pola makannya normal dan tidak berlebihan. Kenzi juga hampir tidak pernah sakit.
Akan tetapi, saat perekonomian keluarga sulit, Kenzi sempat mengonsumsi kental manis selama beberapa waktu. Kala itu, usia Kenzi baru satu tahun. Kini, Kenzi diketahui tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo atau sering disebut RSCM.
Berkaca dari kasus tersebut, kita diingatkan lagi untuk semakin mencermati penyebab dan gejala obesitas pada anak. Waspadai pula dampaknya dan disiplin dalam menerapkan tindakan pencegahannya.
Pengertian Obesitas
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Indonesia, obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
Kenzie, bayi obesitas yang viral di Bekasi. ANTARA
Penyebab Obesitas pada Anak
Ada beberapa faktor penyebab anak mengalami obesitas. Menurut spesialis anak, profesor Rini Sekartini, faktor genetik salah satu pemicu obesitas pada anak.
"Asupan makanan yang belebihan, dan juga kondisi medis/penyakit yang memiliki dampak kondisi gizi anak menjadi obesitas. Ketidakseimbangan antara asupan makanan, pola tidur yang tidak baik serta aktivitas fisik yang kurang dapat memberikan kontribusi terhadap obesitas," tulisnya dalam pesan singkat kepada Cantika pada Kamis, 2 Maret 2023.
Saat ditanya apakah kondisi ekonomi bisa menjadi pemicu obesitas, dia mengungkapkan keterbatasan ekonomi memang memengaruhi skala prioritas dalam pemenuhan gizi.
"Kondisi sosial ekonomi keluarga yang terbatas, menyebabkan alokasi dana untuk pemenuhan kebutuhan makanan tidak menjadi prioritas. Sebenarnya bahan makanan pengganti dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan anak sesuai dengan dana yang dimiliki," ungkapnya.
Baca juga: Viral Bayi Obesitas di Bekasi, Dokter: Jangan Anggap Lucu Anak Gemuk
Halaman