Perbedaan Iri yang Baik dan Iri yang Jahat
Terlepas dari konotasi negatifnya yang terkenal (ini adalah salah satu dari tujuh dosa yang mematikan), penelitian psikologi modern menunjukkan bahwa iri tidak selalu buruk. Pada tahun 2009, para peneliti Universitas Tilburg, Belanda, mengusulkan bahwa ada dua jenis rasa iri yang dapat dialami manusia, yakni iri yang baik atau jahat.
Pengertian Iri yang Baik
Menurut Dr. Vinall, iri hati yang baik berakar pada rasa aman dan kepercayaan diri. Dengan rasa iri yang jinak, kita menjadi terpaku pada apa yang dimiliki orang lain dan bagaimana mereka mendapatkannya. Studi menunjukkan bahwa bentuk iri hati ini dapat memicu inspirasi dari dalam diri sendiri untuk meningkatkan kehidupan dan memotivasi untuk berubah menjadi lebih baik.
"Perbedaan utama antara iri yang baik dan iri yang jahat adalah rasa aman atau tidak aman secara pribadi," kata Dr. Vinall. "Mungkin saja kamu iri pada seorang teman karena kesuksesannya, dan menginginkan hal yang sama untuk dirimu sendiri, dan terinspirasi untuk meningkatkan upaya pribadi ke arah itu."
Karena bentuk rasa iri ini memungkinkan kita untuk menyadari bahwa pencapaian orang lain tidak mengurangi pencapaian kita sendiri, kita dapat menggunakannya sebagai sumber inspirasi untuk memperbaiki diri. Melihat orang lain mencapai tujuan mereka, kemudian, menjadi sumber motivasi.
"Ketika kita merasa aman, kesuksesan orang lain tidak akan mengancam," tambah Dr. Vinall " Kita bisa memiliki apa yang mereka miliki sekaligus merasa benar-benar bahagia untuk mereka."
Pengertian Iri yang Jahat
Sementara itu, iri hati yang jahat berakar pada rasa tidak aman dan terjadi ketika kita merasa marah atas keberhasilan orang lain. Iri yang jahat jauh lebih jahat daripada sekadar menginginkan apa yang dimiliki orang lain.
Iri yang jahat ini melibatkan keyakinan bahwa orang lain tidak pantas mendapatkannya seperti halnya kita. Jenis iri hati ini dapat menimbulkan perasaan dendam dan bahkan mendorong menjatuhkan teman sendiri, menurut Dr. Vinall.
"Hal ini menyebabkan kita merasa tidak bahagia atas keberhasilan orang lain, karena percaya bahwa hal itu akan meredupkan bintang kita sendiri," katanya.
"Jika rasa iri dipicu oleh rasa tidak aman, kamu mungkin merasa terancam oleh kesuksesan orang lain, dan terdorong untuk menjatuhkan temanmu, menyabotase kesuksesannya, atau mengecilkan pencapaiannya."
Selain meracuni pertemanan, bentuk iri ini dapat menghalangi diri untuk mencapai potensi, tambah Dr Vinall. Tidak seperti rasa iri yang baik, yang dapat menumbuhkan motivasi internal dan membantu mendorong diri menuju tujuan akhir, rasa iri yang jahat justru tidak akan membuat diri maju, dan mengarahkan energi ke arah yang tidak bermanfaat.
Halaman