Jamu pula yang menjadi inspirasi Metta membuat produk perawatan kulitnya, Juara Skincare. Menurut Metta jamu yang biasa diminum sebenarnya adalah bentuk seseorang merawat diri dari dalam. Produk perawatan diri yang berbahan herbal ini pun bisa dibuat untuk perawatan kecantikan.
Jamu pun menjadi salah satu cara menjaga kesehatan alami dengan cara yang menyenangkan, yaitu melalui pola pikir penuh kegembiraan.
Jamu di Kalangan Anak Muda
Mungkin masih ada yang menganggap bahwa jamu hanyalah minuman untuk orang tua. "Bila masih ada anak muda yang berpikir seperti itu, mereka harus memuka mata lebar-lebar. Dalam sepuluh tahun terakhir, sebenarnya sudah banyak anak milenial yang fokus mengembangkan jamu," kata Metta.
Ia pun mengingatkan, tradisi jamu yang ia yakin sudah ada sejak 100 tahun itu, pasti sempat dianggap sebuah tradisi kuno oleh ayah-ibu kita. Padahal tentu saja, tradisi minum jamu itu memiliki banyak sekali manfaat kesehatan.
Jamu sebenarnya sudah tidak terlalu kuno. Hingga saat ini, jamu terus mengalami kesempurnaan. Ketika dulu berbagai rempah dasar diparut dan diolah secara manual oleh para Mbok Jamu, saat ini orang bisa menikmati jamu dengan mudah dan nyaman. Ada yang tersedia dalam bentuk pil, ada pula yang hadir dalam bentuk sirup juga tablet. Warung-warung pun menyediakan jamu dalam bentuk kemasan di toko mereka.
Saat diwawancarai Cantika, Metta sedang menikmati minuman herbal dalam sebua mug. Minuman itu harapannya bisa menyembuhkan tenggorokannya yang sedang tidak nyaman. Kebiasaan minum jamu itu tidak bisa dilakukannya setiap hari, khususnya saat sedang tinggal di Amerika Serikat. Salah satu faktornya adalah karena dia agak sulit mendapatkan aksesnya.
Metta Murdaya founder Juara Skincare dan penulis buku Jamu Lifestyle, Jakarta. Kamis, 16 Februari 2023. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Di Amerika Serikat, tempat tinggal Metta, mendapatkan rempah-rempah tidak semudah di Indonesia. Di negeri Paman Sam itu, tidak ada pula toko jamu yang hadir di hampir setiap sudut seperti di Negeri Khatulistiwa ini. Bahkan keanekaragaman rempah di Amerika Serikat pun tentu saja tidak sebanyak di Indonesia. Ketika di negeri Barat sana mungkin hanya ada kunyit, di pasar Indonesia pilihannya ada kunyit putih, atau kunyit biasa (yang berwarna kuning). Ada pula beragam jenis jahe, seperti jahe merah, atau jahe biasa (yang berwarna putih). Padahal semakin beragamnya rempah, semakin banyak pula jenis jamu yang bisa dibuat. Pilihan membuat minuman berkhasiatnya pun bisa semakin banyak. "Makanya kita sering take it for granted (menyepelekan) atas jamu ini," katanya berharap agar masyarakat Indonesia semakin bangga dan menghargai nilai jamu.
"Indonesia itu salah satu negara dengan beragam rempah, dan kita bisa menjadi influencer atau ahli secara internasional dalam hal rempah-rempah," kata Metta yakin.
Kampanye Jamu di Amerika Serikat
Bersama temannya, Nova Dewi dari Suwe Ora Jamu, Metta memulai kampanye “Jamu Lifestyle USA Roadshow 2022” di Amerika Serikat. Ia merasa perlu untuk mengenalkan tradisi jamu kepada masyarakat Barat agar mereka mengerti makna penting dari gaya hidup jamu ini. Wawasan luas tentang jamu pun bisa membantu konsumennya untuk memahami lebih dalam produk-produl perawatan kulit berbasis herbal.
Dalam mengkampanyekan jamu, Metta mengikuti berbagai acara dan ceramah di seluruh negeri dengan menampilkan sejarah, bangsa, dan beragam inovasi jamu untuk kecantikan dan kesehatan bagi masyarakat Amerika. Mereka berencana untuk terus melanjutkan kampanye ini hingga 2023. Meski sudah banyak produsen dan pendukung jamu, Metta percaya bahwa dengan bekerja sama, maka dampak yang dihasilkan pun lebih besar daripada bekerja sendiri-sendiri. Mereka mencari kolaborator-kolaborator untuk menjadikan tradisi Jamu Indonesia dikenal luas sebagai sebuah pendekatan hidup sehat yang diakui di dunia kesehatan internasional.
ilustrasi jamu (pixabay.com)
Yang terbaru, awal April lalu laman Vouge menulis soal tradisi jamu di Solo. Metta Murdaya menjadi salah satu narasumber yang memberikan informasi tentang budaya ini. Bahkan, Metta bercerita, ketika melakukan liputan itu di Solo, sang jurnalis Vouge sempat merasa tidak enak badan. Metta pun memberikannya jamu minuman herbal dalam kemasan. "Dia jadi merasa lebih enak. Jurnalis itu jadi bisa merasakan khasiat jamu secara langsung," kata Metta.
Setelah buku karya Metta, Jamu Lifestyle, dirilis, sudah ada banyak media nasional dan internasional yang mencari tahu tentangnya. Hal itu membuat Metta yakin, masyarakat dunia semakin tertarik dengan kesehatan holistik dari jamu untuk kehidupan sehari-hari mereka, khususnya di masa pandemi. "Saya merasa bangga bisa berkolaborasi dengan ahli jamu di Indonesia, serta bisa menjadi jembatan antara perbedaan budaya. Bersama-sama, mari membangun momentum jamu di seluruh dunia," katanya.
Pilihan Editor: Dokter Ungkap Kebaikan Minum Jamu saat Buka Puasa
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika
Halaman