7 Tips Menerapkan Frugal Living untuk Karyawan Swasta Millennial dan Gen Z, Hindari FOMO

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

TEMPO

google-image
Ilustrasi wanita karir. Foto : Freepik

Ilustrasi wanita karir. Foto : Freepik

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Frugal living merupakan salah satu gaya hidup yang sedang tren di Indonesia. Frugal living atau gaya hidup hemat disebut sebagai solusi seseorang terhindar dari jebakan hutang. Gaya hidup yang frugal lebih menekankan intoleransi pada semua tindakan pemborosan.

Seseorang yang menerapkan gaya hidup ini akan membeli suatu barang yang benar-benar dibutuhkan. Mereka juga berusaha untuk mendapatkan suatu barang dengan harga yang paling murah namun berkualitas. Gaya hidup hemat ini bisa diterapkan oleh banyak kalangan.

Salah satu yang bisa mempraktikan frugal living adalah karyawan swasta. Di tahun 2023, yang mempunyai profesi sebagai karyawan swasta adalah generasi millennial dan gen Z. 

Karena umur yang masih dinamis, perhatian generasi ini terhadap lifestyle masih sangat tinggi. Tanpa sadar, gaji mereka dihabiskan ke hal-hal yang tidak penting dan cenderung boros, sehingga banyak kewajiban yang tidak terlaksana. Hal ini mengakibatkan seorang karyawan seringkali merasa kekurangan secara finansial karena tidak mengatur keuangannya dengan tepat.

Jika gaya hidup yang boros terus menerus dilakukan, maka mereka tidak akan mencapai kebebasan finansial. Oleh karena itu, gaya hidup frugal sangat direkomendasikan untuk para karyawan swasta. Berikut terdapat 7 tips frugal living yang bisa diterapkan oleh karyawan swasta millennial dan gen Z:

1. Lakukan budgeting

Melakukan budgeting per bulan sangat penting untuk menghindari pemborosan. Pada daftar budgeting pertama, tentukan prioritas kebutuhan seperti budget makan dalam satu bulan dan belanja kebutuhan produk-produk rumah tangga esensial.

Berikutnya adalah utamakan kewajiban lainnya seperti melunasi hutang kartu kredit, cicilan rumah dan lainnya, biaya internet, listrik maupun air. Bagi generasi millennial atau gen Z yang memiliki tanggungan seperti orang tua, adik maupun anak, hal ini juga bisa diutamakan.

2. Kurangi belanja barang yang tidak dibutuhkan

Belanja adalah kegiatan pertama yang menjadi alasan mengapa seseorang melakukan impulsive buying. Maraknya tempat belanja baru serta aktivitas promosi yang menggiurkan akan dengan mudah menggoda para karyawan swasta untuk mengeluarkan uangnya. Akhirnya, mereka jadi seringkali membeli barang yang sebenarnya tidak jadi prioritas.

Munculnya e-commerce juga menjadi hal terbesar yang mendorong seseorang untuk belanja. Disarankan untuk menginstall aplikasi e-commerce satu jenis saja. Akan lebih baik, install aplikasi tersebut saat akhir bulan ketika waktunya belanja bulanan tiba.

3. Pakai barang sampai rusak atau habis

Mungkin hal ini cukup sulit diterapkan, namun menahan diri adalah kuncinya. Apabila sudah membeli barang yang dibutuhkan, pakai dan rawatlah barang tersebut agar memiliki ketahanan yang lama. Latih diri agar tidak membeli barang baru apabila barang tersebut belum rusak atau habis.

Maka dari itu, belilah barang yang memiliki kualitas bagus namun dengan harganya terjangkau. Lalu, manfaatkan dengan maksimal fungsi dari barang yang dibeli tersebut.

Contohnya ketika membeli sepatu, jangan buang kardusnya lebih dulu. Kardus tersebut masih bisa berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan rumah tangga. Jadi tidak perlu membeli storage box yang akan mengeluarkan biaya tambahan. Lebih baik lagi, jika kardus tersebut bisa didaur ulang.

4. Pilih barang dengan harga yang lebih murah 

Hindari terburu-buru dalam membeli barang. Gunakan waktu yang ada untuk melakukan komparasi harga barang di beberapa toko terpercaya. Lalu, pilihlah harga dari toko mana yang paling murah. Jangan lupa juga untuk mempertimbangkan membeli barang bekas yang masih berfungsi dengan baik

Sebenarnya, seseorang yang menjalani kehidupan frugal juga harus perhatian dengan promosi atau diskon. Namun, harus dikontrol dengan baik. Manfaatkan diskon hanya untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan saja. Membeli barang diskon bertujuan untuk mendapatkan barang berkualitas dengan harga terjangkau.

5. Hindari FOMO!

FOMO merupakan akronim dari fear of missing out. Istilah ini sedang sering digunakan oleh generasi millennial maupun gen Z saat ini. FOMO berarti perasaan cemas akan “tertinggal” dari suatu yang sedang tren. Faktanya, tidak semua tren wajib dan pantas ditiru. Bahkan, banyak tren yang cenderung membuang waktu dan biaya.

Tertinggal dari sebuah tren bukan suatu kesalahan dalam hidup dan tidak perlu dicemaskan. Seringkali besarnya gengi menjadi alasan mengapa seseorang menjadi FOMO. Menjadi orang yang tahu akan banyak hal tidaklah salah. Namun, tidak semua hal harus diikuti. 

Biasanya, ketakutan seseorang akan “tertinggal” adalah dijauhi dari pergaulan. Maka dari itu, memilih pergaulan yang baik sekaligus memiliki visi dan misi kehidupan yang sama juga sangat penting.

6. Batasi penggunaan sosial media

Semua orang tahu akan baik dan buruk dari sosial media. Sosial media mempunyai pengaruh yang besar terhadap impulsive buying. Hal ini dikarenakan sosial media dipenuhi dengan beragam informasi yang cenderung mengajarkan budaya konsumtif. 

Misalnya, beredarnya informasi tentang barang-barang baru, tempat-tempat baru dan lain-lain, sehingga mempengaruhi pengguna untuk mengeluarkan uang untuk membeli apa yang tertera di sosial media.

Gunakan sosial media hanya untuk mencari inspirasi, untuk kebutuhan pekerjaan, atau membeli barang kebutuhan saja.  

7. Menabung dan investasi

Terakhir adalah menyisihkan gaji beberapa persen untuk ditabung. Alokasikan dana untuk tabungan masa depan dan dana darurat. Dengan menabung, pengeluaran bulanan bisa terkontrol karena ada target menabung yang sudah pasti. 

Bila ada dana lebih, bisa dipertimbangkan untuk melakukan investasi. Pilih instrumen investasi serta tempat berinvestasi sesuai dengan kemampuan dan pastinya aman.

Kunci dari frugal living yang harus diperhatikan millennial dan gen Z adalah menahan diri dari sesuatu yang akan menghabiskan biaya. Sebagai karyawan swasta, menambah skill untuk bisa mendapatkan promosi jabatan dari perusahaan sangatlah penting untuk menambah penghasilan, sehingga memiliki kehidupan finansial yang lebih baik.

Jika tidak, disarankan untuk punya pekerjaan sampingan, seperti menjadi freelancer atau berjualan. Hindari mengandalkan penghasilan dari satu sumber saja, karena seorang karyawan swasta harus siap dengan kondisi industri yang penuh ketidakpastian saat ini.

Berbagai Sumber

Konten ini kiriman dari Sahabat Cantika, bukan dari redaksi.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."