CANTIKA.COM, Jakarta - Pascamelahirkan, tubuh dan pikiran wanita mengalami perubahan akibat ketidakseimbangan hormon. Hal itu berdampak pada kesehatan mentalnya, dan ada dua istilah yang kerap kita bahas, yakni baby blues dan depresi pascamelahirkan atau postpartum depression. Meskipun pengertian istilah-istilah tersebut kerap disamakan, faktanya sama sekali berbeda. Yuk, kita simak apa bedanya dari gejala dan durasinya.
Baby blues adalah kondisi jangka pendek yang berlangsung selama seminggu atau sebulan, sementara depresi pascamelahirkan adalah kondisi kesehatan mental yang parah di mana perasaan putus asa dan hampa dialami dan berlangsung lebih lama.
Dalam kasus baby blues, ibu baru merasakan fluktuasi suasana hati, kesedihan, kewalahan, karena perubahan tubuh, pikiran, rutinitas dan tanggung jawab baru. Sedangkan postpartum depression mungkin dialami berbulan-bulan setelah melahirkan, dan ibu terus-menerus merasa putus asa, mengalami perubahan dalam nafsu makan, merasa terlepas dari anaknya dan dunia, serta tidak dapat merasakan apa pun.
Baby blues dan depresi pascapersalinan adalah dua kondisi berbeda yang dapat terjadi setelah melahirkan. Meskipun memiliki beberapa kesamaan, keduanya berbeda dalam hal keparahan, durasi, dan dampak pada kesejahteraan emosional wanita. Berikut ikhtisar perbedaan antara baby blues dan depresi pascapersalinan, menurut Dr Pooja Chaudhry Thukral, Associate Director, Cloudnine Group of Hospitals, Faridabad, India.
Baby Blues
Postpartum blues, juga dikenal sebagai 'baby blues', adalah kondisi yang relatif umum yang mempengaruhi banyak wanita setelah melahirkan. Ini biasanya dimulai dalam beberapa hari setelah melahirkan dan dapat bertahan hingga dua minggu.
Gejala Baby Blues
- Perubahan suasana hati
- Menangis
- Kecemasan
- Mudah marah
- Kesulitan tidur
- Merasa kewalahan
- Kesedihan ringan atau kepekaan emosional
Apakah Baby Blues Normal?
Baby blues dianggap sebagai respons normal terhadap penyesuaian hormonal dan emosional yang terjadi setelah melahirkan.
"Diperkirakan sekitar 50-80% ibu baru mengalami beberapa derajat postpartum blues. Gejalanya biasanya ringan dan sembuh sendiri, dan kebanyakan wanita sembuh tanpa memerlukan intervensi medis," kata Dr Thukral, dikutip dari laman Hindustan Times, Kamis, 6 Juli 2023.
Depresi pascamelahirkan
Depresi pascamelahirkan adalah kondisi yang lebih parah dan bertahan lama yang terjadi pada beberapa wanita setelah melahirkan. Terkadang disebut depresi peripartum karena dapat dimulai selama kehamilan dan berlanjut setelah melahirkan.
Ini ditandai dengan perasaan sedih, putus asa, dan putus asa yang bertahan selama lebih dari dua minggu.
Gejala depresi pascamelahirkan
- Perasaan sedih atau hampa yang terus-menerus
- Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas
- Perubahan nafsu makan dan berat badan
- Gangguan tidur (insomnia atau tidur berlebihan)
- Kelelahan atau kehilangan energi
- Sulit berkonsentrasi atau mengambil keputusan
- Perasaan bersalah, tidak berharga, atau menyalahkan diri sendiri
- Pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri
Apakah depresi pascapersalinan serius?
“Depresi pascapersalinan dapat mengganggu kemampuan seorang wanita untuk merawat dirinya sendiri dan bayinya. Jika tidak ditangani, dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi ibu dan anak. Diperkirakan depresi pascapersalinan memengaruhi sekitar 10-20% ibu baru, " ujar Dr Thukral.
Penting untuk diperhatikan bahwa depresi pascamelahirkan berbeda dengan 'baby blues' karena keparahan dan gejalanya menetap. Sementara baby blues biasanya sembuh dengan sendirinya, depresi pascapersalinan membutuhkan dukungan dan perawatan profesional.
Penyebab Wanita Alami Baby Blues atau Postpartum Depression
- Tantangan dalam menyusui
- Dukungan yang tidak memadai dari keluarga
- Mitos seputar makanan, asupan air dibuat oleh orang tua saya di keluarga
- Tinggal jauh dari pekerjaan untuk pecandu kerja
- Nyeri pada episiotomi untuk bekas luka operasi caesar
- Sejarah keluarga
- Riwayat episode serupa pada kehamilan sebelumnya
Berbicara tentang perasaan Anda setelah melahirkan dengan orang-orang terdekat dan tersayang adalah yang terbaik. Namun, jika gejalanya menetap, maka jangan menghindar untuk melanjutkan pengobatan. Jika Anda menduga bahwa Anda atau seseorang yang Anda kenal mungkin mengalami baby blues atau depresi pascapersalinan, sangat penting untuk mencari bantuan dari penyedia layanan kesehatan. Ingat, hanya layanan kesehatan profesional dapat memberikan diagnosis yang akurat dan memandu Anda menuju pilihan pengobatan yang tepat
Pilihan Editor: Mengenal Apa Itu Baby Blues, Gejala, dan Cara Mengatasinya
HINDUSTAN TIMES
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika