CANTIKA.COM, Jakarta - Sebagaimana kekerasan-kekerasan lain, kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT berpotensi dialami oleh siapa saja, termasuk oleh orang-orang disekitar kita bahkan diri kita sendiri. Mengetahui jenis-jenis KDRT dapat membantu dalam mengidentifikasi bentuk-bentuk kekerasannya, yang meliputi kekerasan fisik, kekerasan verbal dan kekerasan psikologis. Sehingga, saat kita mengetahui langsung kekerasan-kekerasan tersebut tampak di sekitar kita, maka kita memiliki potensi untuk membantu korban dalam menyelesaikan persoalan kekerasan yang dialaminya.
Sahabat Cantika, perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, terkadang tidak mengetahui bahwa ia mengalami kekerasan atau telah memahami bahwa dirinya mengalami kekerasan namun tidak memiliki pilihan selain bertahan dalam sebuah hubungan yang dikendalikan oleh pelaku kekerasan. Banyak faktor dan alasan dapat terjadi, misalnya seorang perempuan yang bertahan dengan pasangan yang kerap melakukan kekerasan akibat tidak memiliki pilihan lantaran masih mengalami ketergantungan finansial hingga seorang perempuan yang masih bertahan di dalam hubungan kekerasan akibat sebuah pemahaman patriarkisme yakni pemikiran yang menjunjung tinggi wewenang, pengaruh dan keputusan pria secara absolut dalam sebuah rumah tangga karena didukung oleh nilai-nilai budaya, agama dan keyakinan setempat.
Jika kita ingin terlibat membantu individu-individu di lingkungan sekitar kita bebas dari kekerasan yang mereka alami, berikut hal-hal yang dapat kita lakukan untuk mendukung dan membantu para korban KDRT di sekitar kita untuk lepas dari belenggu kekerasan.
1. Memahami Posisi Korban
Mendengarkan cerita perihal kondisi korban KDRT saja tidak cukup. Kita perlu memahami posisi korban, misalnya ketika korban masih memilih bertahan atau korban memutuskan meninggalkan pelaku kekerasan maka ketika kita mendengar alasan korban untuk bertahan dengan pelaku, kita baiknya tidak terburu-buru untuk menyalahkan korban untuk keputusannya. Bisa jadi, korban mengambil keputusan tersebut karena telah memikirkan resiko-resiko pasca perpisahan seperti resiko finansial dan persiapan kesehatan mental. Memahami posisi korban juga membantu mendampingi korban selama masa transisi dari bertahan pada hubungan kekerasan akibat ketidakberdayaan hingga menemukan solusi, berani dan mempersiapkan diri untuk lepas dari kekerasan.
2. Ajak Serta Dalam Mengakses Layanan Konsultasi dan Komunitas
Korban KDRT membutuhkan dukungan karena kekerasan dalam rumah tangga tergolong sebagai kekerasan yang cukup sunyi atau senyap dari sorotan karena terjadi dalam rumah tangga yang bersifat sangat privat. Korban KDRT cenderung menyimpan permasalahan yang dialaminya sendiri sehingga tekanan psikologis cenderung dibiarkan berlarut-larut karena permasalahan rumah tangga dianggap sebagai permasalahan internal termasuk perihal kekerasan sehingga para korban memilih bungkam. Hal tersebut memberikan efek berupa persoalan pelanggaran hukum yang berpotensi terjadi selama kekerasan terus menerus terjadi. Pelanggaran tersebut dapat berupa kekerasan fisik seperti pemukulan, kekerasan psikologis seperti penelantaran dan kekerasan verbal seperti cercaan dan hinaan yang dilakukan secara tidak sedikit dan tidak sebentar.
Sahabat cantika, oleh karena itu kita perlu untuk membujuk, memberikan pengertian dan mengajak teman, kerabat atau orang yang kita kenal disekitar kita yang mengalami KDRT untuk membuka diri mengakses bantuan dan layanan seperti bantuan hukum, layanan konseling dan dukungan komunitas agar teman, kerabat dan orang yang kita kenal di sekitar kita yang mengalami KDRT karena dukungan dari akses yang membantu korban untuk mendapatkan pertolongan akan semakin memudahkan korban untuk lepas dari hubungan KDRT.
3. Mempersiapkan Rencana Keselamatan Jangka Panjang
Mempersiapkan keselamatan bukan serta merta meninggalkan sebuah hubungan begitu saja. Namun juga merencanakan keselamatan yang benar-benar berguna dan memiliki efek jangka panjang yang sangat penting bagi kehidupan perempuan korban KDRT dan anak-anaknya. Rencana keselamatan jangka panjang tersebut diantaranya daftar orang-orang yang dapat korban hubungi jika terjadi sesuatu pada korban dan anak-anaknya, membantu mengidentifikasi dokumen-dokumen penting milik korban, uang dan tabungan, kartu jaminan sosial serta barang-barang berharga milik korban yang dapat membantu menopang finansial korban pasca korban meninggalkan hubungan yang penuh KDRT.
Sahabat Cantika, demikian 3 langkah efektif membantu korban KDRT lepas dari belenggu kekerasan. Harapannya, langkah-langkah tersebut diatas dapat menjadi pertimbangan jika kita memiliki inisiatif untuk menjadi bagian dari individu yang membantu korban di sekitar kita untuk lepas dari persoalan KDRT.