CANTIKA.COM, Jakarta - Sebuah studi tahun 2018 oleh para ilmuwan di Universitas Miguel Hernández di Elche, Spanyol, menemukan bahwa migrain lebih sering terjadi pada wanita dan hormon berperan penting di dalamnya. Temuan yang telah dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Molecular Biosciences ini merupakan salah satu dari beberapa studi tentang migrain.
Sebelumnya, migrain adalah jenis sakit kepala yang menyebabkan nyeri berdenyut parah di satu sisi kepala. Sakit kepala jenis ini terasa seperti sensasi mendorong pada salah satu bagian kepala saja.
Migrain bisa berlangsung selama beberapa jam hingga berhari-hari dan rasa sakitnya sangat parah sehingga memengaruhi kualitas hidup. Dalam banyak kasus, migrain menyebabkan mual, muntah, dan kepekaan ekstrem terhadap cahaya dan suara.
Sebelum serangan migrain, individu mengalami beberapa tanda, dan tanda-tanda tersebut tidak pasti dan bervariasi dari individu ke individu. MayoClinic menggambarkan tanda peringatan ini sebagai aura. Aura dapat mencakup gangguan penglihatan, seperti kilatan cahaya atau titik buta, atau gangguan lainnya, seperti kesemutan di satu sisi wajah atau di lengan atau kaki, dan kesulitan berbicara.
Mengapa Perempuan Rentan Migrain Ketimbang Pria
"Hormon, terutama estrogen, memainkan peran penting dalam perkembangan migrain. Wanita lebih rentan karena pola siklus siklus menstruasi, perubahan seismik yang terjadi selama kehamilan, dan fase transisi menopause," kata Dr. Sonia Lal Gupta, Direktur - Metro Group of Hospitals, Konsultan Senior, Ahli Saraf (Spesialis Stroke & Sakit Kepala), dikutip dari Times of India, Rabu, 16 Agustus 2023.
Baca Juga:
Perubahan kadar estrogen, yang terjadi selama siklus menstruasi, kehamilan, dan menopause, dapat memicu atau memperparah migrain pada beberapa wanita.
Selain hormon, ada faktor lain yang memicu migrain. Dr Gupta mengatakan faktor lain seperti stres, pola tidur yang tidak teratur, kebiasaan makan, dan faktor gaya hidup lainnya dapat berkontribusi terhadap terjadinya migrain pada wanita.
"Penelitian menunjukkan bahwa wanita mungkin memiliki ambang rasa sakit yang lebih rendah dan sensitivitas yang lebih tinggi terhadap rasa sakit daripada pria. Sensitivitas yang meningkat ini berpotensi berkontribusi pada peningkatan frekuensi migrain pada wanita," katanya.
Dia juga menambahkan bahwa faktor sosiokultural, termasuk perbedaan stresor, mekanisme penanganan, dan perilaku mencari perawatan kesehatan, juga dapat berperan dalam perbedaan gender yang diamati pada prevalensi migrain.
Cara Mengurangi Rasa Sakit saat Serangan Migrain
Serangan migrain bisa sangat menyakitkan. Sakit kepala parah ini bisa diobati dengan cara sederhana. Cara pertama dan utama untuk mengatasi sakit kepala ini adalah dengan memahami apa yang menjadi pemicu migrain pada diri Anda.
Stres, makanan, nafsu makan rendah, kafein, kepekaan, obat-obatan, aktivitas fisik, dan perubahan pola tidur memicu migrain pada banyak individu. Hindari pemicu ini dan dapatkan bantuan sedini mungkin.
Ada beberapa obat yang mengurangi dampak migrain. Untuk mengurangi rasa sakit cobalah terapi suhu dengan meletakkan kompres panas atau dingin di kepala dan leher, matikan lampu, bersantai di ruangan gelap, tenangkan diri dengan musik yang bagus, pertahankan jam tidur yang teratur, jangan melewatkan waktu makan dan terlibat dalam pekerjaan produktif.
Pilihan Editor: Penyebab Migrain saat Menstruasi dan Cara Mengatasinya
TIMES OF INDIA
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika