Ketahui Perbedaan Miom dan Adenomiosis, dari Tingkat Pendarahan hingga Nyeri

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
24_ksesehatan_ilustrasinyerihaid

24_ksesehatan_ilustrasinyerihaid

IKLAN

Penanganan Miom dengan FUA

Terkait penanganan miom, dokter Relly menyebutkan ada beberapa cara sesuai kondisi pasien, mulai dari obat-obatan, tindakan pembedahan seperti laparoskopi hingga prosedur non-invasif alias tanpa jarum seperti Focus Ultrasound Ablation (FUA).

Tindakan non-invasif ini sebetulunya sudah digunakan sejak tahun 1942, di mana energi ultrasonografi difokuskan untuk memicu nekrosis (kematian jaringan) pada area target tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.

"FUA adalah teknologi terapeutik non-invasif yang memusatkan pancaran ultrasonografi ke target area yang sakit, mengakibatkan peningkatan suhu di titik area target hingga 60 derajat Celcius hingga 100 derajat Celcius untuk menimbulkan kematian jariangan di area miom tanpa merusak organ sekitarnya," kata dokter Relly.

FUA ini dilakukan dengan pencitraan USG langsung secara real-time untuk memantau proses ablasi yang sedang berjalan. Hal ini memungkinkan dokter mengobati penyakit dengan aman dan terukur, tanpa sayatan, tanpa pendarahan, dan mempertahankan struktur dan fungsi organ.

Di Indonesia, baru RS Abdi Waluyo yang memiliki alat FUA untuk menangani pasien miom. Menurut dr. Sigit Pramono, Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Abdi Waluyo menghadirkan inovasi teknologi terbaru seperti FUA sesuai dengan visi misi mereka, yakni berkomitmen untuk meningkatkan perawatan dan hasil yang baik untuk seluruh pasien, termasuk pasien miom.

"Kami berharap FUA dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, karean teknologi ini memungkinkan pasien beraktivitas kembali seperti sediakala dalam waktu tiga hari setelah tindakan, dan diperbolehkan hamil tiga bulan setelahnya," ungkapnya.

RS Abdi Waluyo meluncurkan Focused Ultrasound Ablation (FUA), pengobatan miom tanpa operasi, pada Selasa, 19 September 2023. Foto: CANTIKA/Silvy Riana Putri

Yang Perlu Dilakukan sebelum FUA

Seperti tindakan operasi pada umumnya, pasien yang akan menjalani FUA wajib melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap, foto toraks, MRI, dan jika pasien berusia di atas 40 tahun wajib konsultasi dengan dokter penyakit dalam dan jantung untuk  melihat toleransinya.

"Lokalisasi dari tumor ini harus dapat kita pastikan dengan MRI," kata dokter Harianto Wijaya, Spesialis Obstetri dan Ginekologi RS Abdi Waluyo.

Pasien juga diimbau untuk menerapkan mengonsumsi makanan dalam bentuk cairan selama dua hari sebelum tindakan dan mencukur di area organ kelamin. 

Yang Terjadi saat Prosedur FUA 

Digambarkan pasien miom yang menjalani FUA akan berbaring tertelungkup, diberi antibiotik, dipasang kateter. Pasien dalam kondisi sadar, tapi ditenangkan. Selama prosedur, dokter akan bertanya secara berkala kepada pasien apakah merasa sakit di area perut, bokong, kaki.

"Selalu komunikasi dengan pasien apa yang dirasakan," jelas dokter Harianto. 

Lamanya tindakan FUA tergantung besaran miom, semakin besar ukurannya berarti membutuhkan waktu semakin lama.

"Kalau besar sekali, kita pisah dalam dua sesi. Sekarang di-FUA, tiga bulan lagi FUA lagi. Kalau miom-nya kecil antara 3-4 cm, kemungkinan kita membutuhkan waktu 1-1,5 jam. Kalau besar seukuran orang hamil empat bulan, kita membutuhkan waktu sampai empat jam," jelasnya.

Setelah Prosedur FUA 

Pasien diimbau menerapkan pola hidup sehat untuk mendukung pemulihan, mengonsumsi obat jika diberikan sesuai kondisi pasien, dan kontrol selama sebulan, lalu tiga bulan, enam bulan, kemudian satu tahun. "(setelah itu) kemungkinan masih kita berikan terapi jangka panjang untuk pencegahan, jangan sampai ada kekambuhan," ungkap dokter Harianto

Pilihan Editor: Angkat Rahim Bukan Pilihan Pertama Atasi Endometriosis

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Halaman

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."