CANTIKA.COM, Jakarta - Tahukah Anda, berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8 persen dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8 persen. Meresahkan bukan? Padahal, target angka obesitas di 2024 tetap sama 21,8 persen , upaya diarahkan untuk mempertahankan obesitas tidak naik. Ini adalah upaya yang sangat besar dan cukup sulit.
Masalah memang masih menjadi problematika yang belum berujung. Obesitas merupakan masalah kesehatan umum yang ditandai dengan persentase lemak tubuh yang tinggi. Indeks massa tubuh (BMI) 30 atau lebih tinggi merupakan indikator obesitas. Terlebih, masalah obesitas juga dialami oleh anak-anak yang tentunya akan berpengaruh pada kesehatan mereka kelak.
Hal tersebut dikatakan oleh ahli gizi Nazhif Gifari, menurutnya penyebab utama overweight dan obesitas terjadi karena ketidakseimbangan energi antara asupan dan pengeluaran kalori, seperti peningkatan asupan makanan terutama tinggi gula, garam dan lemak, kurangnya aktivitas fisik pada anak, dan gaya hidup yang kurang baik.
"Anak dengan masalah obesitas berdampak pada jangka pendek dan panjang. Dalam jangka pendek anak akan mengalami masalah pernafasan, penurunan tingkat kebugaran dan kesehatan, terjadi diskriminatif, serta prestasi akademik yang lebih rendah. Untuk jangka panjang, anak dengan masalah ini cenderung lebih berisiko mengalami masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti diabetes, kardiovaskuler, dan lain-lain," ucapnya saat dihubungi Cantika melalui pesan instan, Selasa, 7 Maret 2023.
Lantas, bagaimana pemenuhan gizi yang sesuai usia anak, dalam hal ini usia Balita?
Ilustrasi Salad Buah/Mayumi-Ajinomoto
Pemenuhan gizi optimal maka berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik dan bisa cegah obesitas pada anak. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi, pemenuhan gizi sebesar 1350 kkal untuk anak pada usia 1-3 tahun dan 1400 kkal untuk anak usia 4-6 tahun. Untuk pemenuhan gizi dari MPASI juga bertahap umur 6-8 bulan (200 kkal), 9-11 bulan (350 kkal) dan 12-24 bulan (550 kkal).
WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Children pada tahun 2003 merekomendasikan agar pemberian MPASI memenuhi 4 syarat, yaitu tepat waktu, bergizi lengkap, cukup dan seimbang, aman, dan diberikan dengan cara yang benar (IDAI 2015).
"Pemenuhan gizi melalui pemberian makanan tambahan ini harus bervariasi dan tekstur makanan dari bubur kental makanan lumat, makanan dicincang halus sampai makanan keluarga, hal ini disesuaikan dengan kelompok umur. Jika sudah pada tahap makanan keluarga, maka pemenuhan asupan makan harian perlu diperhatikan," tambah Nazhif yang juga Dosen Gizi ini.
Begitu pula dengan asupan camilan atau makanan selingan, orang tua bisa diberikan pada anak dari umur di atas enam bulan, untuk frekuensi diberikan 1-2 kali per hari sesuai dengan kemampuan anak. Untuk jenisnya camilan bisa dalam bentuk buah atau puding. Untuk waktu pemberian juga harus diperhatikan. Secara umum, pemberian makanan tambahan ini yang kaya akan zat gizi, mudah dicerna, mudah disajikan, mudah penyimpanan, perhatikan kebersihan tangan peralatan dalam mempersiapkan MPASI serta harga terjangkau.
"Boleh diberikan tips camilan yang sehat untuk anak (yang sesuai dengan angka kecukupan gizi). Pemenuhan gizi melalui camilan sehat pada dasarnya sesuai dengan gizi seimbang, yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh anak. Beberapa contoh camilan yang praktis dan sehat bagi anak adalah buah seperti pisang, apel, jeruk serta yoghurt, puding, salad dan smoothie namun juga harus diperhatikan mengenai jenis, waktu, jumlah dan porsi makannya. Untuk camilan kemasan perlu diperhatikan dan dibaca mengenai label gizi, hal yang harus dibatasi yaitu lemak, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, atau natrium. Komposisi ini menjadi catatan penting dalam pemilihan camilan dalam kemasan," papar dia.
Gula, Garam, dan Lemak untuk Balita, Kapan Bisa Diberikan?
Ilustrasi gula di dalam wadah. Foto: Freepik.com
Saat bayi sudah mampu mengenal rasa sejak usia dini sehingga rasa makanan pada saat pemberian MPASI perlu diperhatikan agar akseptabilitas baik. Pemberian gula, garam, dan lemak pada dasarnya merupakan proses pengenalan rasa dan penerimaan namun jumlah harus diperhatikan.
Rekomendasi asupan garam menurut Institute of Medicine (IOM) dan Health Canada menyatakan bahwa batas atas (upper level) asupan garam pada bayi belum dapat ditentukan, namun National Health Service merekomendasikan asupan maksimal garam pada bayi (0-12 bulan) adalah <1 g per hari (setara dengan <0,4 g natrium) sedangkan pada anak 1-3 tahun adalah 2 g per hari (setara 0,8 g natrium).
"Oleh karena itu, pendekatan yang bijak adalah memberikan garam secukupnya pada MPASI yang dimasak sendiri (home made) atau bila memberikan. Penambahan gula untuk MPASI yang diolah di rumah dengan tujuan memperkaya rasa dapat dilakukan bila dibutuhkan. Hal lain yang juga harus diperhatikan seperti minyak, mentega, dan santan dapat digunakan sebagai penambah kalori," saran Nazhif.
Kental Manis jadi Biang Kerok Masalah Obesitas
Seperti yang diketahui bersama, pemberian kental manis kerap menjadi jalan pintas bagi orang tua untuk menggantikan susu. Padahal, kental manis memiliki efek negatif bagi kesehatan anak. Beberapa dampak negatif pada anak karena mengonsumsi kental manis diantaranya, yaitu risiko obesitas, risiko diabetes, serta kandunganya gula tinggi maka anak berisiko mengalami masalah gigi pada anak.
BPOM juga menginformasikan kepada masyarakat melalui label pangan di kemasan, tidak untuk menggantikan ASI, tidak cocok untuk bayi sampai usia 12 bulan dan tidak dapat digunakan satu-satunya sumber gizi.
Pilihan Editor: Cegah Obesitas pada Anak dengan Buat Jadwal Makan
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika