CANTIKA.COM, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyayangkan masih banyak masyarakat yang takut menghadapi kenyataan. Salah satu cirinya adalah masih banyak yang takut untuk melakukan tes kesehatan atas dirinya sendiri. Padahal cek kesehatan bisa menjadi salah satu cara untuk mendeteksi dini penyakit yang mungkin sedang dialami masyarakat itu.
Ia mengingatkan agar masyarakat tak perlu takut untuk melakukan cek kesehatan, khususnya skrining kanker sejak dini untuk hidup yang lebih sehat dan berkualitas. "Permasalahannya masyarakat kita itu sulit hadapi realitas. Masih ada stigma tentang kanker, ada kultur sosial. Mereka takut nanti kalau periksa ternyata positif (kanker), bagaimana? Padahal kami sudah menyediakan fasilitasnya dan bisa diakses secara gratis," kata Budi pada acara bertajuk “Impact and opportunity: the case for investing in women’s cancers in Asia Pacific” di Jakarta, Rabu 8 November 2023.
Budi menghadiri acara Penguatan Strategi dan Implementasi untuk Menanggulangi Kanker Payudara dan Serviks di Indonesia yang diselenggarakan oleh Asia Pacific Women's Cancer Coalition (APAC WCC) dan United Nations Populations Fund (UNFPA).
Budi menyatakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini fokus menggencarkan sosialisasi untuk deteksi dini penanganan kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) pada wanita dan kanker paru pada pria. "Kami perlu mengedukasi masyarakat, kalau ingin punya umur panjang dan terhindar dari kanker itu sebenarnya gratis dan mudah, asal mau datang ke faskes untuk skrining dan deteksi dini," ujar Budi.
Budi mengingatkan bahwa semakin cepat seseorang melakukan deteksi dini terhadap penyakit yang dialaminya, semakin mudah pula pada dokter mengobatinya. Artinya, bila diusahakan dengan maksimal, kesembuhan yang akan dialami orang itu pun persentasenya akan jauh lebih tinggi.
Selain mengajak untuk segera lakukan deteksi dini, Budi pun mengingatkan soal pentingnya pola hidup sehat dan konsumsi antioksidan untuk melindungi diri dari berbagai penyakit, termasuk kanker. "Rajin minum temulawak misalnya, atau melakukan exercise (olahraga) untuk menciptakan antioksidan di dalam tubuh," katanya.
Saat ini Budi menargetkan sebanyak 80 persen dari pasien kanker dapat melakukan deteksi dini untuk mendapatkan pengobatan yang lebih cepat dan tepat. "Kami memastikan selama dua tahun terakhir ini Kemenkes cukup menaruh perhatian pada kanker serviks dan kanker payudara, kami selalu menyosialisasikan tentang pentingnya Sadari (Periksa payudara sendiri)," kata Budi.
Ia juga menyebutkan Kemenkes secara aktif melatih para dokter hingga tingkat puskesmas untuk menggunakan teknologi ultrasound dalam mendeteksi kanker sejak dini. "Ultrasound tidak hanya bisa digunakan untuk mendeteksi bayi, tetapi juga bisa digunakan untuk menanggulangi kanker payudara. Untuk itu kami latih para dokter dan general practitioner agar bisa menggunakan teknologi ini secara efektif," kata Budi.
Untuk menangani kanker, pihaknya sudah menyiapkan 10.000 mesin ultrasound yang disebarkan pada 534 fasilitas pelayanan kesehatan di seluruh kabupaten/kota se-Indonesia.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Koalisi Kanker APAC WCC meluncurkan sebuah laporan tentang investasi untuk mencegah kanker pada perempuan di Asia-Pasifik, beserta dampak dan peluang yang bisa didapatkan untuk masa depan penanganan kanker yang lebih baik.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di Indonesia kejadian kanker payudara diperkirakan akan meningkat sebesar 25,9 persen antara tahun 2020-2030, dengan angka kematian sebesar 29,4 persen. Selain itu kejadian kanker serviks diperkirakan meningkat sebesar 25,8 persen dan angka kematian sebesar 33,9 persen para periode yang sama.
"Laporan ini meneliti kesenjangan pada kesiapan penanggulangan kanker yang menyerang wanita di tingkat nasional. Indonesia memiliki skor yang berkisar dari rendah hingga sedang di lima kategori penilaian," kata Associate Director Crowell and Moring International (salah satu organisasi pendiri APAC WCC) Omair Azam.
Omair menjelaskan dari kelima kategori penilaian tersebut, ruang perbaikan yang dibutuhkan berada pada kategori terkait kebijakan dan perencanaan, pencegahan, dan skrining, serta diagnostik, dan kapasitas sumber daya.
"Kita dapat mengatasi kesenjangan ini dan melakukan perbaikan dengan mengambil pendekatan kolaboratif dari seluruh ekosistem layanan kesehatan. Ini diharapkan dapat membantu dan melindungi lebih banyak wanita dari ancaman kanker di tahun-tahun yang akan datang," ujarnya.
Pilihan Editor: Angka Harapan Hidup Pasien Kanker Stadium 4 Hanya 15 Persen, Segera Deteksi Dini
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika