CANTIKA.COM, Jakarta - Lemak trans adalah jenis lemak tak jenuh yang dapat diproduksi secara alami atau buatan melalui proses industri yang dikenal sebagai hidrogenasi. Lemak trans alami ditemukan dalam jumlah kecil pada beberapa produk hewani, seperti daging dan susu.
Namun, kekhawatiran utama muncul dari lemak trans yang diproduksi secara industri, yang terbentuk ketika hidrogen ditambahkan ke minyak nabati untuk menjadikannya lebih padat pada suhu kamar. Proses ini meningkatkan umur simpan dan stabilitas produk makanan, menjadikannya bahan umum dalam makanan olahan dan makanan yang dipanggang secara komersial.
Pada tahun 2018, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meluncurkan inisiatif untuk menghilangkan lemak trans yang diproduksi secara industri dari pasokan pangan global pada tahun 2023.
“Kami sangat senang bahwa banyak negara telah memperkenalkan kebijakan yang melarang atau membatasi lemak trans dalam makanan," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dikutip dari Times of India, Selasa 30 Januari 2024.
"Namun memperkenalkan suatu kebijakan adalah satu hal; menerapkannya adalah hal lain. Saya mengucapkan selamat kepada Denmark, Lituania, Polandia, Arab Saudi, dan Thailand, yang memimpin dunia dalam memantau dan menegakkan kebijakan lemak trans mereka. Kami mendesak negara-negara lain untuk mengikuti jejak mereka,” tegasnya.
Dampak Baik Tak Menggunakan Lemak Trans
Organisasi Kesehatan Dunia diketahui memberikan sertifikat pertamanya kepada lima negara tersebut karena mengadopsi praktik menghilangkan lemak trans yang diproduksi secara industri atau iTFA.
“Sebanyak 53 negara kini memiliki kebijakan praktik terbaik untuk mengatasi ITFA dalam pangan, yang secara signifikan meningkatkan lingkungan pangan bagi 3,7 miliar orang, atau 46 persen populasi dunia, dibandingkan dengan 6 persen pada lima tahun lalu. diharapkan dapat menyelamatkan sekitar 183.000 nyawa setiap tahunnya," kata WHO dalam sebuah pernyataan.
Dampak Buruk Lemak Trans untuk Tubuh
1. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung
Mungkin masalah kesehatan yang paling banyak diketahui terkait dengan lemak trans adalah dampak buruknya terhadap kesehatan jantung. Lemak trans telah terbukti meningkatkan kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL), yang umumnya dikenal sebagai kolesterol "jahat", sekaligus menurunkan kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL), atau kolesterol "baik".
Pergeseran kadar kolesterol yang tidak menguntungkan ini meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan meningkatkan kemungkinan serangan jantung serta stroke.
2. Resistensi Insulin
Lemak trans telah dikaitkan dengan resistensi insulin, suatu kondisi di mana sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap efek insulin. Resistensi insulin ini dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2.
Efek inflamasi dari lemak trans juga berkontribusi terhadap resistensi insulin yang diamati pada individu dengan asupan tinggi lemak ini.
3. Berdampak Buruk pada Kehamilan
Wanita hamil harus sangat berhati-hati dalam mengonsumsi lemak trans. Penelitian menunjukkan bahwa asupan lemak trans yang lebih tinggi selama kehamilan dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi, seperti diabetes gestasional dan preeklampsia. Selain itu, terdapat bukti bahwa lemak trans dapat berdampak buruk pada perkembangan janin dan menyebabkan berat badan lahir rendah.
4. Merusak Fungsi Kognitif
Ada penelitian yang menunjukkan adanya hubungan potensial antara konsumsi lemak trans dan gangguan kognitif. Asupan lemak trans yang tinggi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit Alzheimer dan bentuk demensia lainnya.
Mekanisme pasti di balik hubungan ini masih dieksplorasi, namun efek inflamasi dan stres oksidatif dari lemak trans dapat berkontribusi terhadap kerusakan neurologis.
5. Meningkatkan Risiko Obesitas
Meskipun tidak berdampak langsung seperti masalah kesehatan lainnya, lemak trans dapat menyebabkan penambahan berat badan dan obesitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola makan tinggi lemak trans dapat menyebabkan peningkatan timbunan lemak perut, yang berkontribusi terhadap obesitas sentral—faktor risiko yang diketahui untuk sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular.
Pilihan Editor: Tips Kurangi Makanan Berlemak Demi Jaga Gizi Seimbang
TIMES OF INDIA
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika