8 Cara Mengatasi Overthinking yang Perlu Anda Tahu

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi wanita berpikir. Unsplash.com/Chalis 007

Ilustrasi wanita berpikir. Unsplash.com/Chalis 007

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Berpikir dan menganalisis secara berlebihan atau overthinking sering kali merupakan aspek stres dan kecemasan yang tidak diungkapkan. Gejala overthinking antara lain suka menunda, kerap mengkritik diri, dan perasaan cemas terus-menerus. Hal itu tentunya membuat individu kelelahan secara mental. Inti dari mengatasi overthinking adalah kekuatan dukungan emosional. Berbicara dengan teman, mengalihkan pikiran dengan hobi, dan membuat jurnal termasuk cara mengatasi overthinking.

Bukan cuma itu, melampiaskan pikiran dan emosi melalui tulisan bisa membantu mengatur pikiran sekaligus sebagai catatan nyata kemajuan dan penemuan diri. Dibutuhkan waktu untuk memberantas overthinking, namun upaya yang gigih dapat membantu Anda mengembangkan pandangan yang lebih positif dan strategi yang masuk akal untuk menghadapi hambatan hidup. Berikut beberapa cara mengatasi overthinking yang bisa dicoba.

1. Merenung dan Bersyukur

Salah satu cara mengatasi overthinking adalah mengalihkan perhatian dari ide-ide yang mengganggu, dengan melatih kewaspadaan membantu Anda menjadi lebih sadar akan situasi saat ini. Kedua, menghindari overanalyzing, selalu menghargai, dan bersyukur. Dengan begitu, Anda lebih banyak waktu untuk merenung dan bersyukur terhadap aspek-aspek baik dalam hidup Anda.

2. "Mematahkan" Rasa Takut Berbuat Kesalahan

Aashmeen Munjaal, ahli ontolog sekaligus pakar kesehatan mental dan hubungan mengatakan, “Sifat siklus dari pemikiran berlebihan yang disebabkan oleh rasa takut melakukan kesalahan dapat dipatahkan dengan bantuan memperoleh kebijaksanaan dari kesalahan tersebut." Dia mengimbau untuk melihat sisi pembelajaran dari suatu kesalahan, yang berarti sudah selangkah lebih maju dari tidak berbuat apa-apa.

3. Fokus pada Penyelesaian

Cara ini dapat memberikan kebebasan bagi seseorang untuk memusatkan energinya pada pilihan-pilihan yang layak daripada memikirkan masalah tersebut. Menyalurkan apa yang Anda rasakan dan pikirkan ke dalam karya seni, tulisan, atau musik adalah salah satu metode untuk menghadapi hal yang sama.

4. Menerima Ketidaksempurnaan

Penting untuk memiliki tujuan yang dapat dicapai dan menyadari bahwa kesempurnaan tidak selalu mungkin dilakukan. Batasi asupan informasi Anda, terutama jika berkaitan dengan berita yang meresahkan, dan terimalah bahwa segala sesuatunya bisa tidak sempurna, tidak ideal, dan tidak sesuai harapan.

5. Rutin Aktivitas Fisik

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dapat membantu Anda membuat jadwal yang terencana dengan menghilangkan ketegangan, kecemasan, dan berpikir berlebihan sekaligus memberi Anda cara konstruktif untuk melepaskan energi ekstra.

6. Cari Bantuan Ahli

Mendapatkan konsultasi dari konselor atau terapis mungkin menawarkan solusi khusus untuk mengurangi overthinking menjadi terlalu berlebihan.

7. Berbagi dengan Orang Terdekat yang Dipercaya

Menjalin hubungan dan berinteraksi dengan teman dan keluarga memungkinkan Anda mengambil bagian dalam diskusi mendalam yang dapat berfungsi sebagai pengalih perhatian yang sangat baik dari analisis berlebihan dan sebagai sistem pendukung emosional tambahan.

8. Meningkatkan Empati terhadap Diri Sendiri

Untuk menjadi orang yang peduli pada diri sendiri, Anda harus bersikap baik dan ramah. Sederhananya, jangan terlalu keras pada diri sendiri. Hal ini juga berarti memperlakukan diri sendiri dengan perhatian dan kasih sayang yang sama seperti seorang teman dekat yang mengalami pengalaman serupa.

Semoga cara-cara mengatasi overthinking di atas bisa membantu.

Pilihan Editor: 4 Tips Berhenti Overthinking pada Pasangan, Cari Akar Masalah

 

TIMES OF INDIA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."