CANTIKA.COM, Jakarta - Bagi Diana Cristiana Da Costa Ati, Kartini merupakan tokoh penggerak yang luar biasa pada zamannya. Tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini, ialah hari lahir Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat (21 April 1879-17 September 1904) atau sering disebut dengan gelarnya sebelum menikah: Raden Ajeng Kartini.
"Kartini sebagai seorang perempuan yang membuat pengaruh bahwa wanita layak mendapat pendidikan yang sama seperti laki-laki pada umumnya," ucap Diana kepada CANTIKA melalui pesan tertulis, Jumat, 19 April 2024.
Kegiatan belajar di sekolah dasar Kampung Atti, Kabupaten Mappi, Papua Selatan bersama guru penggerak daerah terpencil Diana Cristiana Da Costa Ati. Foto: Istimewa/Yusuf Yudo.
Diana adalah guru penggerak daerah terpencil di Kabupaten Mappi, Papua Selatan, sejak tahun 2018. Dia terpilih sebagai penerima apresiasi program 14th SATU Indonesia Awardas 2023.
SATU Indonesia Awards adalah agenda tahunan Astra bersama beberapa media massa termasuk Tempo. Penghargaan ini diberikan kepada individu atau kelompok yang memiliki inovasi di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, teknologi, dan kewirausahaan. Diana menerima penghargaan atau awards di bidang pendidikan.
Nama Kartini pun kerap digambarkan sebagai perempuan di Indonesia. Lantas bagaimana dengan Kartini masa kini atau zaman now? Menurut Diana, tantangan perempuan masa kini justru berat. Mengapa?
"Karena kita dihadapkan dengan segala sesuatu yang serba instan dan harus bijak memilih dan memilah ini baik atau tidak untuk kehidupan kita," ujar Diana. Di zaman ini, kata dia, memperjuangkan hak sebagai perempuan gampang-gampang susah. "Kita sekarang melanjutkan semangat perjuangan Kartini jadi harus tetap bijak. Menjadi Kartini yang bijak itu susah."
Lantas, solusi menerima tantangan tersebut, menurut Diana, adalah dengan menjadi bijak dalam segala hal.
"Dalam mengatasi tantangan, saya hadapi dengan bersikap bijak. Selebihnya saya percaya alam dan Tuhan."
Diana yang saat ini mengabdi di wilayah terpencil, mengamini ada stigma di masyarakat bahwa perempuan punya kendala untuk bekerja di wilayah pedalaman. Baik dari segi keamanan dan kekuatan fisik.
Tetapi Diana ingin membuktikan bahwa perempuan bisa berkontribusi di wilayah terpencil untuk membangun dan mendukung masyarakat. "Seiring perjalanan waktu, sesuai pengalaman saya bertugas di pedalaman, walau kadang banyak pro dan kontra akan tetapi di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin selagi kita mau dan berusaha," tutur perempuan asal Atambua, Nusa Tenggara Timur itu.
Selebihnya, kata Diana, dia menyerahkan urusannya ke pencipta. "Dan puji Tuhan selama kurang lebih enam tahun di pedalaman, saya mendapat berkat keamanan dan kesehatan. Maka saya nyaman di pedalaman," kata perempuan 25 tahun tersebut.
Meski demikian, tantangan yang ia temui sebagai guru di pedalaman saat ini yaitu tidaknya ada listrik serta sinyal atau jaringan yang kadang hilang. Begitu pula jika dia sakit. "Rumah sakitnya sangat jauh serta medan tempuhnya ekstrem."
Lagi-lagi, dalam mengatasi tantangan itu, Diana memilih seperti Kartini. "Mengatasi tantangan itu, saya bersikap bijak dan mengambil prinsip yaitu apapun itu saya harus hadapi karena saya tahu dan mau, selebihnya saya percaya alam dan Tuhan merestui saya di tanah ini. Jadi apapun tantangannya mau besar atau kecil, tetap bisa teratasi," tuturnya.
Kunci utama, ucap dia, adalah mau bertahan di pedalaman, hal itu membuatnya merasa nyaman.
Selamat Hari Kartini untuk Diana, para guru, dan perempuan hebat Indonesia. Gapai cita-citamu dan terus belajar!
Pilihan Editor: 16 Kutipan Kartini yang Menginspirasi Perempuan, Kuat dan Penuh Makna
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika