CANTIKA.COM, Jakarta - Dermatitis perioral bermanifestasi dengan sensitivitas, kemerahan, kekeringan, dan benjolan yang umumnya terjadi di sekitar mulut, hidung, dan dagu, terkadang juga di sekitar mata dan dahi. Sayangnya, banyak informasi yang salah mengenai penyebab beserta cara mengatasi dermatitis perioral. Maka dari itu, mari kita luangkan waktu senjak A to Z terkait dermatitis perioral menurut dokter kulit.
Apa Itu Dermatitis Perioral?
Menurut dokter kulit bersertifikat Loretta Ciraldo, dermatitis perioral pertama kali dijelaskan pada tahun 1970-an sebagai ruam mirip jerawat yang terlokalisasi di sekitar mulut, meluas hingga lipatan nasolabial di atas dan bawah bibir, lalu ke dagu, biasanya menyisakan batas bibir berwarna merah terang. Namanya berasal dari fakta bahwa daerah anatomi ini disebut daerah perioral.
Dermatitis perioral menyerupai jerawat dengan benjolan merah (papula) dan terkadang pustula. “Ini bisa terasa lembut, gatal, dan tidak sedap dipandang, dan sayangnya, penyakit ini biasanya cukup kronis, berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun tanpa pengobatan,” kata Dr. Ciraldo dikutip dari PopSugar, Rabu, 1 Mei 2024.
Cara lain untuk mengetahui apakah Anda mengidapnya adalah kulit yang terkena bisa menjadi sensitif, mengalami sensasi perih atau terbakar, terutama saat menggunakan produk perawatan kulit.
Penyebab Dermatitis Perioral
Menurut dokter kulit bersertifikat Nancy Samolitis, dermatitis perioral dapat disebabkan oleh penggunaan krim steroid topikal (biasanya versi potensi tinggi/resep) atau pasta gigi berfluorinasi, tetapi dalam banyak kasus, penyebabnya tidak jelas.
“Meskipun bahan aktif perawatan kulit seperti retinoid dan asam pengelupas kulit tidak selalu menyebabkan kondisi ini, namun dapat memperburuknya,” katanya.
Selain itu, perubahan hormonal, seperti yang disebabkan oleh kontrasepsi oral, stres, dan produk perawatan rambut atau kulit yang menyebabkan jerawat, juga dapat berkontribusi terhadap timbulnya dermatitis perioral.
Bisakah Dermatitis Perioral Menyebar?
Dermatitis perioral biasanya hanya terlokalisasi di wajah. Namun, Dr. Ciraldo memperingatkan bahwa menggaruknya dapat memicu penyebaran, meskipun namanya menunjukkan bahwa penyakit ini terbatas pada area tertentu. Selain itu, penting untuk diperhatikan bahwa dermatitis perioral tidak menular, artinya tidak dapat menular dari orang ke orang.
Cara Mengatasi Dermatitis Perioral
Jika Anda telah didiagnosis menderita dermatitis perioral atau mencurigai Anda mengidapnya, tindakan terbaik adalah menentukan penyebab dan solusi potensialnya. Hal ini mungkin melibatkan penghentian penggunaan pil KB atau krim steroid/kortison pada wajah. “Saya biasanya merekomendasikan produk perawatan kulit yang lembut dan tidak mengandung bahan aktif atau exfoliant sampai semuanya hilang,” kata dokter Samolitis.
Sementara itu, ada beberapa obat dermatitis perioral dengan resep sering kali paling efektif jika tidak dapat disembuhkan dengan penerapan perawatan kulit yang lembut. “Kami sering menggunakan beberapa pengobatan yang sama yang efektif untuk rosacea, termasuk obat topikal dan oral,” kata dokter Samolitis.
Dokter Ciraldo menyarankan terapi LED biru serta antibiotik topikal seperti gel klindamisin atau doksisiklin oral, karena sering kali responsif terhadap perawatan ini.
Ada beberapa tanda bahwa dermatitis perioral sudah sembuh setelah Anda menemukan pengobatan yang tepat untuk Anda. Apa saja itu? Kemerahan, kekeringan, dan benjolan akan hilang. “Pastikan simpan catatan foto kemajuan Anda untuk memastikan bahwa obat apa pun, perubahan produk, atau perawatan lain secara efektif mengatasi kondisi ini,” kata dokter Ciraldo.
Pilihan Editor: Masalah Kulit Wajah yang Muncul Mulai Usia 20 hingga 50 Tahun dan Cara Merawatnya
POPSUGAR
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika