Cerita Empat Perempuan Peneliti Jatuh Cinta Meneliti

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
(kiri ke kanan) Fikri Alhabsie; Dr. Ines Irene Caterina Atmosukarto; Prof. Dr. Herawati Sudoyo; Prof. Dr. Fenny Martha Dwivany; Dr. Pietradewi Hartrianti; Melanie Masriel dalam acara Women in Science L'Oreal Indonesia di Jakarta Selatan, Rabu, 22 Mei 2024. Foto: Istimewa

(kiri ke kanan) Fikri Alhabsie; Dr. Ines Irene Caterina Atmosukarto; Prof. Dr. Herawati Sudoyo; Prof. Dr. Fenny Martha Dwivany; Dr. Pietradewi Hartrianti; Melanie Masriel dalam acara Women in Science L'Oreal Indonesia di Jakarta Selatan, Rabu, 22 Mei 2024. Foto: Istimewa

IKLAN

3. Doktor Noryawati

Lain pula cerita Doktor Noryawati Mulyono. Hatinya terpaut dengan dunia penelitian bermula dari pelajaran kimia. Ya, kamu tidak salah baca, Sahabat Cantika. Dia mengatakan sudah "akrab" dengan nama bahan-bahan kimia sedari kecil. Dia belajar dari usaha sang ayah yang bergerak di bidang pewarna batik.

"Saya tinggal di Pekalongan, ayah saya punya usaha obat batik. Jadi semua pewarna batik, saya sudah familiar sejak kecil. Saya sudah belajar tentang sodium percarbonate, semua pewarna batik. Jadi menurut saya, satu-satunya mata pelajaran yang enak dan ga perlu belajar adalah kimia. Saya senang belajar kimia," ucapnya.

Akhirnya, Doktor Noryawati memilih jurusan kimia di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dan, dia semakin jatuh cinta dengan kimia karena beragam pertanyaan yang muncul di kepalanya bisa dijawab dengan baik saat kuliah.

"Contohnya, bagaimana tanaman bisa tumbuh. Jawaban itu ada di kimia, biokimia, kimia organik. Semakin belajar kimia seperti baca novel tentang kehidupan," katanya.

Doktor Noryawati Mulyono. Foto: Dok. L'Oreal Indonesia

Selain mengajar dan melakukan penelitian, Doktor Noryawati aktif menjalankan Biopac, perusahaan dia yang bergerak pada bisnis solusi untuk masalah sampah plastik dan produsen biopackaging yang memimpin pengemasan sirkuler yang dapat diperluas ke berbagai format varian kemasan.

"Kami menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda perkotaan yang berbakat namun kurang beruntung, serta bekerja sama dengan petani rumput laut untuk menyediakan bahan baku bioplastik. Ini membantu memberantas perdagangan manusia dan memberikan pendapatan yang stabil bagi komunitas pesisir," katanya.

4. Doktor Pietradewi Hartrianti

Pietradewi Hartrianti tertarik menjadi perempuan peneliti didorong oleh dua hal dari dalam dirinya sendiri, yaitu rasa ingin tahu yang besar dan penyakit autoimun yang dideritanya.

"Di keluarga saya tidak ada yang berkaitan dengan science. Papa saya lulusan SMA, ibu saya bekerja di perbankan. Dari kecil saya punya rasa ingin tahu yang besar. Saya juga punya penyakit autoimun. Saya selalu bertanya-tanya kenapa penyakit ini tidak ada obatnya. Ini pula alasan kenapa saya ambil jurusan S1 dan S2 farmasi di Universitas Indonesia," ujar Dekan School of Life Sciences di Indonesia International Institute for Life-Sciences.

"S3 saya material biomaterial. Dari situlah, saya keterusan, penelitian ke arah situ, dan masih ingin menjawab rasa penasaran saya dari kecil, yaitu bagaimana mengobati penyakit saya sendiri. Jadi, awalnya dari situ dan sampai sekarang, masih mengejar dan fokus ke arah situ," katanya.

Doktor Pietradewi Hartrianti. Foto: Dok. L'Oreal Indonesia

Melalui penelitiannya, Pietradewi berupaya untuk menciptakan model jaringan kanker buatan dalam bentuk 3D dengan menggunakan keratin yang diperoleh dari rambut manusia sebagai bahan dasar pencetakan. Dengan demikian, kita dapat menguji obat-obatan kanker dengan lebih akurat, efektif, dan efisien.

Metode ini tidak hanya meningkatkan akurasi pengujian, tetapi juga lebih efektif secara biaya dan mendukung aspek keberlanjutan dalam penelitian medis.

“Bekerja sebagai seorang perempuan peneliti tentu menjadi mimpi dan harapan saya. Selain itu, dengan perkembangan teknologi dan dukungan dari berbagai pihak, potensi karier sebagai peneliti semakin terbuka lebar. Saya melihat bahwa saat ini, semakin banyak peluang untuk melakukan penelitian yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat," ucapnya.

Menurut Pietradewi, kesempatan untuk berkolaborasi dan berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian semakin banyak baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Kisah keempat perempuan peneliti di atas mewakili dari ribuan alumni program L’Oréal for Women in Sciences. Sejak 20 tahun hadir di Indonesia, L'Oreal telah memiliki 71 orang pemenang program di tingkat nasional dan 5 perwakilan Indonesia yang mendapatkan penghargaan di tingkat internasional. Sepanjang itu, L'Oreal Indonesia telah berkolaborasi dengan 31 universitas dan berbagai institusi.

Pilihan Editor: 50 Persen Orang Alami Masalah Pigmentasi, Menurut Penelitian Terbaru L'Oreal

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Halaman

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."