CANTIKA.COM, Jakarta - Asmaul Khusna tidak menyangka bisa lolos program beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di Monash University, Melbourne. Perempuan 27 tahun ini mendaftar untuk program Pascasarjana atau S2.
"Soal aku pengen kuliah di luar negeri sebenarnya bukan rencana sih. Mungkin bukan seperti teman-teman lain yang merencanakan dari SMA atau awal S1. Bahkan kayaknya dulu berpikir S2 ke UGM (Universitas Gajah Mada) saja enggak bisa," kata Khusna kepada Tempo melalui saluran telepon pada Senin, 10 Juni 2024.
Khusna saat ini menempuh pendidikan S2 jurusan Master of Accounting sekitar satu setengah tahun. Tahun ini menjadi program terkhirnya menjelang kelulusan sebelum kembali ke Indonesia untuk mengabdi.
Dia pun menceritakan, soal nasib yang tidak direncanakan bisa lolos beasiswa. Saat itu, pada 2020, dunia terkena dampak pandemi Covid-19, termasuk Indonesia. Setiap negara menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), sehingga banyak sekolah yang sistem pembelajarannya daring dari rumah atau WFH (work form home).
Sebagai pengajar di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta di Surakarta, Jawa Tengah, Khusna merasa banyak memiliki waktu luang yang harus dimanfaatkan untuk belajar. "Nah di situ mulai nih berpikir aku punya waktu banyak nih, kalau gak ada sesuatu yang menghasilkan rugi dong. Terus akhirnya mulai nih kita belajar bahasa Inggris gitu kan," kata Khusna.
Kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki Khusna dianggap lemah sehingga berawal sekedar dari iseng ingin meningkatkan kemampuan bahasanya dengan belajar dari YouTube, akhirnya Khusna tertarik untuk mencari beasiswa LPDP. "Awalnya hanya belajar di YouTube, terus saya menonton cerita-cerita motivasi beasiswa di luar negeri akhirnya tertarik," ujarnya.
Progress pembelajaran dan tingkatan belajarnya dicatat di sebuah buku. Ketika tekadnya sudah bulat, Khusna mengaku mengambil les bahasa Inggris secara daring untuk ikut IELTS (the International English Lenguage Testing System) atau tes bahasa Inggris untuk sekolah di luar negeri.
Akhirnya pada awal 2021, Khusna mencoba mencari informasi bagaimana cara mendaftar LPDP. Tepat pada pertengahan atau sekitar September 2021 dia lolos. Dia terbang ke Melbourne untuk belajar.
Khusna merupakan alumni Univesitas Sebelas Maret jurusan akutansi. Dia menceritakan latar belakang keluarganya, ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Sedangkan, ayahnya sudah meninggal sejak dia belum kuliah. Perempuan asal Mojokerto ini kuliah di UNS pada 2015 dan lolos beasiswa Bidikmisi. Pada 2019, dia mengajar di salah satu SMK swasta mata pelajaran akutansi.
Dia membeberkan ada perbedaan yang cukup signifikan pembelajaran di Indonesia dan saat dia mengenyam pendidikan di luar negeri. "Menurutku di sini lebih diperhatikan misal saat bimbingan. Ada sesi khusus juga bertemu dosen langsung setelah pembelajaran," kata Khusna.
Program beasiswa LPDP, kata Khusna, mahasiswa yang menerima beasiswa diwajibkan untuk mengabdi ke negara (Indonesia) atau ada komitmen kembali ke tanah air selama 5 tahun. "Kalau saya kemarin rencananya lebih tertarik di pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)," ujarnya.
Khusna mengatakan untuk program belajar di Monash University hanya 12 minggu. "Kuliah di sini hanya 12 minggu tapi itu kayak ini berat banget study hard, play hard," ucapnya. Pada saat liburan pertama, Khusna memilih pulang ke Indonesia menikah dan setelah itu kembali kali ke Melbourne lagi untuk menyelesaikan pendidikannya. Khusna menceritakan perjuangannya kuliah mendapatkan dukungan dari suami sehingga dia lebih semangat menyelesaikan pendidikannya.
Khusna berencana setelah pulang ke Indonesia akan kembali mengajar. Dia memberi pesan kepada anak muda yang tertarik mengikuti program beasiswa LPDP untuk konsisten, terutama saat belajar bahasa asing.
Menurut dia, keuntungan mendapatkan beasiswa LPDP yakni mendapat biaya pendidikan dari mulai tempat tinggal, biaya semester kuliah, biaya pembelian buku, tiket pesawat pulang pergi dan biaya hidup yang masing-masing nominalnya di setiap negara berbeda. "Biaya buku sekitar Rp 10 juta per tahun dan biaya hidup AUD 2.800 (atau sekitar Rp 30 juta dalam kurs Rp 10.722)," ujarnya. Semangat ya kuliahnya, Khusna!
Pilihan Editor: Incar Beasiswa Luar Negeri, Simak Contoh Menulis Motivation Letter
DESTY LUTHFIANI | NINIS CHAIRUNNISA
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika