Mengapa Kita Bermimpi? Ini 4 Peran Mimpi, sebagai Terapi hingga Menyimpan Kenangan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Ilustrasi tidur siang. Pexels/Ketut Subiyanto

Ilustrasi tidur siang. Pexels/Ketut Subiyanto

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Mimpi sebagian besar terjadi selama tidur REM (Rapid Eye Movement) ketika mimpi tersebut lebih sulit untuk diingat. Meskipun kita mengetahui peran tidur dalam mengatur kesehatan kita, tujuan dan peran mimpi lebih sulit dijelaskan.

Mimpi adalah halusinasi yang terjadi pada tahapan tidur tertentu. Mereka paling kuat selama tidur REM, atau tahap gerakan mata cepat, ketika Anda cenderung tidak mengingat mimpi Anda.

Banyak yang diketahui tentang peran tidur dalam mengatur metabolisme, tekanan darah, fungsi otak, dan aspek kesehatan lainnya. Namun sulit bagi para peneliti untuk menjelaskan peran mimpi.

Saat Anda bangun, pikiran Anda memiliki logika tertentu. Saat Anda tidur, otak Anda masih aktif, namun pikiran atau mimpi Anda sering kali tidak masuk akal atau tidak masuk akal. Hal ini mungkin terjadi karena pusat emosi di otaklah yang memicu mimpi, bukan wilayah logika.

Meskipun tidak ada bukti pasti, mimpi biasanya merupakan pemikiran otobiografi berdasarkan aktivitas terkini, percakapan, atau masalah lain dalam hidup Anda. Namun, ada beberapa teori populer tentang peran mimpi.

Peran mimpi

Para peneliti masih belum sepenuhnya sepakat mengenai tujuan mimpi. Namun, ada beberapa keyakinan dan teori yang dianut secara luas.

1. Mimpi sebagai terapis

Impian Anda mungkin merupakan cara untuk menghadapi drama emosional dalam hidup Anda. Dan karena otak Anda bekerja pada tingkat yang jauh lebih emosional dibandingkan saat Anda terjaga, otak Anda mungkin membuat koneksi mengenai perasaan Anda yang tidak dapat dibuat oleh kesadaran Anda.

2. Mimpi sebagai pelatihan respon melawan atau lari

Salah satu area otak yang paling aktif saat bermimpi adalah amigdala. Amigdala adalah bagian otak yang berhubungan dengan naluri bertahan hidup dan respons melawan-atau-lari (fight-or-flight).

Sebuah teori menyatakan bahwa karena amigdala lebih aktif saat tidur dibandingkan saat Anda terjaga, hal ini mungkin merupakan cara otak membuat Anda siap menghadapi ancaman.

Untungnya, batang otak mengirimkan sinyal saraf selama tidur REM yang mengendurkan otot-otot Anda. Dengan begitu Anda tidak mencoba berlari atau memukul saat Anda tidur.

3. Mimpi sebagai inspirasi Anda

Salah satu teori mengapa kita bermimpi adalah bahwa mimpi membantu memfasilitasi kecenderungan kreatif kita. Segala jenis seniman menghargai mimpi yang menginspirasi beberapa karya paling kreatif mereka. Anda mungkin pernah terbangun dalam hidup Anda dengan ide bagus untuk sebuah film atau lagu juga.

Tanpa filter logika yang biasa Anda gunakan saat terjaga yang dapat membatasi aliran kreatif Anda, pikiran dan ide Anda tidak memiliki batasan saat Anda sedang tidur.

4. Mimpi sebagai pembantu ingatan

Salah satu teori yang banyak dianut tentang tujuan mimpi adalah mimpi membantu Anda menyimpan kenangan penting dan hal-hal yang telah Anda pelajari, membuang kenangan tidak penting, dan memilah pikiran dan perasaan yang rumit.

Penelitian menunjukkan bahwa tidur membantu menyimpan kenangan. Jika Anda mempelajari informasi baru dan terus mengingatnya, Anda akan mampu mengingatnya lebih baik dibandingkan jika diminta mengingat informasi tersebut tanpa manfaat tidur.

Bagaimana mimpi mempengaruhi penyimpanan memori dan ingatan masih belum dipahami dengan jelas. Namun mimpi dapat membantu otak menyimpan informasi penting secara lebih efisien sekaligus menghalangi rangsangan yang dapat mengganggu memori dan pembelajaran.

Itulah 4 peran mimpi dari ahli. Namun para peneliti belum bisa mengungkapkan tujuan mimpi hadir saat kita tertidur. Semoga bermanfaat.

Pilihan Editor: Ternyata Ini Arti Mimpi Menikah dengan Orang Lain Bukan Pasangan

HEALTHLINE 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."