Daftar Sutradara Perempuan di Indonesia, dari Kamila Andini hingga Mouly Surya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Mouly Surya/Foto: Instagram/Mouly Surya

Mouly Surya/Foto: Instagram/Mouly Surya

IKLAN

5. Lasja F. Susatyo

Lasja F. Susatyo Dok. https://entertainment.kompas.com/read/xml/2017/03/06/224812410/dua.sutradara.perempuan.favorit.lasja.f.susatyo

Sutradara muda Lasja F. Susatyo mengaku dirinya memiliki perhatian serius dengan wilayah-wilayah di Indonesia. Dia mengakui, kesempatannya membuat film berlokasi di Wamena merupakan salah satu impiannya. "Ini adalah impian yang terwujud nyata, Wamena betul-betul daerah yang ingin saya datangi," katanya. Lasja menyutradarai film Cinta dari Wamena.

Dia memaparkan sangat ingin mengeksplor daerah yang ada di Indonesia. Alasannya sederhana, sebagai seorang nasionalis-tradisionalis dia menginginkan segala sesuatu yang berbau kedaerahan yang sangat menarik perhatiannya.

"Saya punya darah Jawa, Padang dan Sunda. Saya sangat menyukai apa-apa yang sifatnya otentik," ungkap wanita yang sudah menyutradarai berbagai film layar lebar seperti Lovely Luna (2004), Dunia Mereka (2006), Bukan Bintang Biasa (2007), Perempuan Punya Cerita (2008), Langit Biru (2011), Kita Versus Korupsi, segmen Aku Padamu (2012), dan Mika (2013).

Lasja sangat menanti kesempatan lain untuk dapat mengeksplorasi kekayaan tanah air. Baik dari segi daerah juga warisan budaya yang ada di dalamnya. Harapan Lasja tersebut berbanding lurus dengan keinginannya menanamkan rasa cinta dan kesadaran bertanah air pada diri pemuda di Indonesia.

"Kalau boleh saya ingin lebih banyak eksplor daerah di Indonesia, tapi nggak dengan cara yang kaku. Lebih pada bagaimana caranya anak muda mengerti akar dan peduli dengan negerinya sendiri."

6. Upi Avianto

Upi avianto

Dilansir dari wikipedia, Upi Avianto juga dikenal dengan nama depannya Upi. Ia lahir di Jakarta, Indonesia , 21 Juli 1972. Ia adalah sutradara dan penulis skenario Indonesia.

Kariernya di dunia perfilman Indonesia mulai dikenal setelah menjadi sutradara dalam film 30 Hari Mencari Cinta pada tahun 2004 yang dibintangi Nirina Zubir, Maria Agnes, Revaldo, dan Dinna Olivia dengan di produksi oleh perusahaan Rexinema Production dan komposernya Andi Rianto.

Upi merupakan salah satu dari sedikit sutradara wanita yang namanya menonjol di dunia perfilman Indonesia. Kecintaannya pada film terjadi sejak ia masih kanak-kanak. Sejak umur 5 tahunan, ia sudah suka menulis. Tidak hanya itu.

Saat masih kelas 3 SMA, ia sudah dipercaya membuat konsep cerita sitkom ‘Opera Tiga Zaman’ yang tayang disalah satu televisi swasta tanah air. Setelah lulus SMA di Perguruan Cikini, ia melanjutkan kuliah di jurusan Komunikasi, Universitas Prof. Dr Moestopo (Beragama).

Suatu ketika ia memilih bekerja dirumah Produksi milik Rizal Mantovani, Broadcasting Indonesia. Pekerjaan pertamanya, menjadi ‘tukang mengelap’ keringat musisi-musisi yang membuat video klip. Disinilah ia banyak belajar.

Berkat keuletannya bekerja, ia pun kemudian dipercaya menyutradarai video klip pertamanya dari grup band Zamrud. Ia menghadirkan konsep kelam di dalam Video Klip tersebut, sehingga ia pun ketika itu mendapat imej baru sebagai sutradara ‘bersetting gelap’. Di luar dugaan, video klip tersebut, menjadi runner up Video Musik Indonesia.

Setelah sukses menangani beberapa program untuk televisi serta video klip, ia kemudian akhirnya di percaya Rexinema untuk membuat skenario film besutan sutradara Dimas Djayadiningrat, ‘Tusuk Jelangkung’ (2003), yang bergenre horror.

Dari situ ia kemudian mendapat tawaran dari produsernya untuk mengajukan sebuah cerita dan menyutradarainya, maka kemudian hadirlah film pertama karyanya yakni ‘30 hari Mencari Cinta’ (2004) yang dibintangi Nirina Zubir, Maria Agnes, Revaldo dan Dinna Olivia.

Sukses lewat film pertamanya, ia kemudian kembali membuat film dengan genre yang berbeda-beda diantaranya, ‘Realita’ (2006), ‘Cinta dan Rock’n Roll’ (2006), ‘Perempuan Punya Cerita’ (2007), ‘Radit dan Jani’ (2008), ‘Serigala Terakhir’ (2009), dan ‘Red CobeX’ (2010). Tidak hanya itu, penulis skenario ‘Lovely Luna’ (2004) ini, juga pernah menjadi produser sekaligus penulis skenario untuk filmnya ‘Coklat Stroberi’ (2007).

Ibu satu anak ini pada tahun 2013 kembali meluncurkan film garapannya ‘Belenggu’ (2013). Film ini menjadi satu-satunya film Indonesia yang lolos seleksi mengikuti kompetisi tingkat internasional 16th Puchon International Fantastic Film Festival/Pifan 2012 di Korea Selatan.

7. Sammaria Simanjuntak

Sutradara Sammaria Sari Simanjuntak. Instagram

Sammaria Simanjuntak adalah seorang yang menginspirasi dengan keahliannya yang bukan biasa sebagai seorang sutradara, penulis dan juga produser. Sammaria lahir di Bandung, Indonesia. Meskipun berlatar belakang pendidikan dan pernah bekerja sebagai seorang arsitek, Sammaria menyadari bahwa membuat film adalah impian sesungguhnya, dan ia memutuskan untuk mengikuti jalan impiannya. Film-film yang dihasilkan Sammaria kental mempromosikan toleransi dan keberagaman.

Setelah membuat sebuah dokumenter Lima Menit Lagi Ah Ah Ah yang mengikuti kehidupan seorang penyanyi dangdut cilik setelah menang kontes menyanyi di TV, di tahun 2011 Sammaria memutuskan mendirikan PT Kepompong Gendut yang berfokus pada produksi film-fim kecil dengan efek kupu-kupu.

Film panjang pertamanya, cin(T)a bercerita tentang cinta yang terhalangi karena memanggil Tuhan dengan nama yang berbeda. Film keduanya, Demi Ucok bercerita tentang seorang anak yang ingin mengejar mimpi karena tidak ingin berakhir hidup membosankan seperti mamanya. Film ini meraih penghargaan sebagai Film Indonesia Terbaik oleh Majalah Tempo. Film-film pendek Sammaria selalu berusaha membuka ruang untuk cinta dan keberagaman.

Dalam perjalanan karirnya, berbagai penghargaan mengikuti film-film karya Sammaria yaitu: Skenario Asli Terbaik – Festival Film Indonesia 2009 – cin(T)a, Audience Award – Jakarta International Film Festival 2009 – cin(T)a, Film Indonesia Terbaik 2012 – Majalah Tempo – Demi Ucok, Official Selection – Berlin International Film Festival 2012 – 7 Deadly Kisses

Berikut daftar karya film Sammaria: cin(T)a (2009), Lima Menit Lagi Ah Ah Ah (2010, 7 Deadly Kisses (2012) Emit (2012), Demi Ucok (2013),Selamat Pagi, Malam (2014), Cabe (2014), Misteri Anu Jatuh (2015), dan Weaving Anteh (2016).

8. Pritagita Arianegara

Pritagita Arianegara (Foto: Metrotvnews/Purba)

Pritagita Arianegara, lahir 23 November 1976 adalah seorang pencatat adegan (Script Continuity ) dan sutradara berasal dari Indonesia. Selama dua belas tahun ia bekerja di bidang film sebagai Script Continuity dan asisten sutradara. Debut penyutradaraannya adalah dengan menyutradarai film Salawaku pada tahun 2016. Pada tahun 2019 Prita mendirikan rumah produksi film yaitu Titian Bintang Production.

Prita besar di Semarang lalu merantau ke Yogyakarta untuk kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Setelah menikah, ia pindah ke Jakarta. Untuk mengisi waktu luang, Prita ikut kursus public speaking. Saat itu para peserta kursus diajak mengunjungi RCTI untuk melihat Tantowi Yahya membawakan acara. Di sana Prita tertarik pada aktivitas para kru TV. Tapi waktu itu belum ada lowongan sehingga Prita tidak bisa mendaftar.

Meski begitu Prita selalu datang setiap hari hingga akhirnya menarik perhatian Guntur Soeharjanto, seorang sutradara sinetron. Lalu Prita diarahkan menjadi pencatat adegan di sinetron “Luv” (2005) oleh Guntur Soeharjanto.

Debut penyutradaraannya adalah menyutradarai film Salawaku pada tahun 2016 yang berhasil meraih penghargaan tiga piala Citra pada Festival Film Indonesia 2016. Dari dua ribu film yang mendaftar, “Salawaku” jadi 10 Finalis Kategori Best Asian Future Award di Tokyo International Film Festival (TIFF). Di Indonesia, “Salawaku” diputar akhir Februari 2017, sementara tayang perdananya di TIFF pada akhir tahun 2016.

9. Mouly Surya

Sutradara Mouly Surya memegang Piala Citra sembari mengucapkan rasa terima kasih saat menerima penghargaan kategori Sutradara Terbaik pada Malam Anugerah Piala Citra FFI 2018, di Gedung Teater Besar, TIM, Jakarta, Ahad, 9 Desember 2018. Mouly Surya memperoleh penghargaan tersebut lewat film "Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak". ANTARA

Mouly Surya adalah seorang sineas Indonesia yang dikenal karena karya-karyanya yang berkualitas. Lahir pada 1980, Mouly Surya tumbuh dan berkembang dalam dunia perfilman Indonesia yang sedang mengalami revitalisasi dan perkembangan yang pesat.

Mouly Surya dikenal karena gaya pengarahannya yang unik, dengan fokus pada narasi yang kuat dan penggambaran karakter yang mendalam. Sutradara itu sering kali menggabungkan elemen-elemen sinematik yang kuat dengan cerita-cerita yang bercabang, menciptakan pengalaman visual dan emosional yang mendalam bagi penontonnya.

Mouly Surya tampaknya memang membawa suara perempuan dalam karya-karyanya. Hal itu juga terlihat oleh juri Five Flavours Film Festival di Polandia yang memenangkan karyanya pada Nomber 2017 lalu. "Tidak diragukan lagi, Mouly Surya merupakan salah satu talenta Asia yang luar biasa saat ini dan ia membawa suaranya yang khas dalam film ini," kata para juri.

Film bagai jalan pedang bagi Mouly Surya. Lewat karya di layar lebar ini ia bertekad menghidupkan ide-idenya. Kepada Tempo ia pernah mengatakan bahwa ini adalah jalan sunyi. "Ini bukan bisnis making money. Film yang komersial pun bisa jeblok di pasaran," katanya.

Pilihan Editor: Profil Kamila Andini, Salah Satu Duta FFI 2024 yang Kerap Menyuarakan Nasib Perempuan

TEMPO  | BLOG ANGSA MERAH | STEKOM 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Halaman

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."