CANTIKA.COM, Jakarta - Tidur adalah kesempatan utama tubuh untuk beristirahat dan memulihkan energi fisik serta mental. Namun bagi banyak penderita sindrom ovarium polikistik atau PCOS, mendapatkan tidur malam yang berkualitas dapat menjadi tantangan.
PCOS menyebabkan kelebihan produksi androgen—atau hormon seks seperti testosteron—dan kekurangan produksi hormon yang dibuat oleh ovarium, seperti progesteron. Ketidakseimbangan hormonal ini menyebabkan beberapa kista kecil tumbuh di ovarium, bersama dengan gejala lain seperti menstruasi tidak teratur, infertilitas, obesitas, jerawat, dan pertumbuhan rambut lebat di dada, wajah, dan lengan, menurut Mayo Clinic.
Namun banyak orang yang tidak menyadari bahwa PCOS dan tidur juga ada hubungannya. Ada bukti yang menunjukkan bahwa penderita PCOS mempunyai peningkatan risiko masalah tidur seperti sleep apnea, insomnia, dan kelelahan.
“Diperkirakan wanita dengan PCOS memiliki prevalensi gangguan tidur 30 kali lebih tinggi dibandingkan wanita pada populasi umum,” kata dokter Chester Wu, peninjau medis untuk Rise Science yang memiliki sertifikasi ganda dalam bidang psikiatri dan pengobatan tidur dikutip dari laman Well+Good.
PCOS juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lain yang dapat memengaruhi tidur, seperti obesitas dan depresi, serta gangguan tidur seperti apnea tidur obstruktif (OSA).
Mengapa PCOS bisa memengaruhi kualitas tidur?
PCOS tidak hanya memengaruhi kesuburan dan kesehatan seksual, tetapi juga memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan, termasuk cara Anda tidur. Seperti yang telah kita pelajari, PCOS meningkatkan hormon androgen sekaligus mengurangi jumlah progesteron yang beredar di tubuh Anda—hormon yang berperan dalam cara otak Anda mengatur tidur, menurut Yale Medicine.
“Rendahnya kadar hormon ovarium yang bersirkulasi memengaruhi kemampuan otak untuk memproduksi dan menggunakan hormon GABA dan serotonin, yang secara langsung bekerja pada area otak yang mengontrol tidur,” kata Chelsie Rohrscheib, pakar tidur kepala dan ilmuwan saraf di Wesper.
Menurut Dr. Rohrscheib, rendahnya estrogen dan progesteron dapat memengaruhi kualitas tidur melalui tiga cara utama, yaitulatensi tidur yang berkepanjangan (atau waktu yang Anda perlukan untuk tertidur), sering terbangun di malam hari, dan ambang gairah yang lebih rendah, yang berarti otak Anda jauh lebih mudah untuk bangun dari biasanya. Akibatnya, penderita PCOS bisa merasakan gejala khas insomnia.
Selain itu, Dr. Rohrscheib mengatakan bahwa estrogen dan progesteron yang rendah meningkatkan risiko wanita terkena apnea tidur obstruktif, sejenis gangguan pernapasan yang menyebabkan jeda napas yang lama saat Anda tidur, karena penyumbatan saluran napas.
“PCOS meningkatkan jaringan adiposa di seluruh tubuh [lemak tubuh], termasuk di leher, perut, dan dada, yang membuat penyumbatan saluran napas lebih sering terjadi. Ditambah lagi, rendahnya hormon ovarium menyebabkan melemahnya otot yang membantu menjaga saluran udara tetap terbuka,” kata Dr. Rohrscheib.
Gangguan tidur ini—termasuk insomnia dan sleep apnea—juga dapat memengaruhi jam kerja Anda di siang hari. Tidak jarang orang yang mengalami gangguan tidur terkait PCOS juga mengalami kantuk berlebihan di siang hari, masalah kognitif seperti kabut otak atau konsentrasi buruk, kelelahan, dan sakit kepala di pagi hari.
Terakhir, penting untuk dipahami bahwa kualitas tidur yang buruk dapat memperparah PCOS Anda. Tidur sangat penting untuk mengontrol hormon dan tanpa istirahat yang cukup, fungsi hormon dapat terganggu.
Dalam studi pada bulan Maret 2020 di Journal of Circadian Rhythms, para peneliti menemukan bahwa kurang tidur menurunkan hormon seks baik pada pria maupun wanita, sehingga memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
Agar tidur lebih baik, intip sederet cara agar mendapatkan tidur lebih baik di halaman selanjutnya, ya.
Halaman