Mengulik Fat Filler, Manfaat, Jenis, dan Efek Samping untuk Kulit Wajah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi kulit wajah/Foto: Freepik

Ilustrasi kulit wajah/Foto: Freepik

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sebagai seorang ahli dermatologi dan estetika, dr. Ayu Widyaningrum menghadirkan inovasi perawatan kecantikan bagi perempuan Indonesia. Saat ini, dr. Ayu menghadirkan "fat filler" yang merupakan sebuah teknologi perawatan kecantikan terbaru untuk kulit wajah.

 "Teknologi yang saya pakai, mungkin bukan yang pertama kali di Indonesia. Ada beberapa dokter yang mengadopsi treatment serupa, namun beda teknologinya. Saya pakai teknologi tabung dari Jerman," papar dr. Ayu melalui siaran pers, Selasa, 16 Juli 2024. 

Fat filler adalah suatu teknologi terbaru seperti fat drop atau transfer lemak, yang diproses dengan centrifuge dan tabung khusus untuk mendapatkan pure lemak. Transfer lemak dilakukan untuk area smile line, cheek, teardrop atau kantong mata, dahi, marionette line, dan jaw line pasien. 

Proses tindakan fat filler adalah dengan mengambil 10-20 cc fat (lemak) pada pinggul atau bagian perut bawah pasien. Tindakan fat filler ini tanpa sayatan, hanya meninggalkan lubang kecil 0,2 milimeter yang kemudian akan menutup dengan sempurna. Menurut dr. Ayu, fat filler memiliki manfaat luar biasa untuk estetika yang tentunya sangat aman dilakukan.

"Manfaat fat filler adalah mengurangi pemakaian filler-filler dan simulator kolagen yang mempunyai efek granuloma, bleber (berlebihan), asimetris, dan pastinya aman bagi tubuh pasien karena efek samping mikrosisnya hampir tidak ada, hanya 0,01 persen. Aman karena ini dari tubuh pasien untuk tubuh pasien, dan lebih natural, tidak too much," ungkap dokter kelahiran 12 Agustus 1990 ini. 

Dermatologist dan estetika, dokter Ayu Widyaningrum/Foto: Doc. Pribadi

Berbicara mengenai efek samping yang umumnya dialami pasien setelah melakukan fat filler terbilang kecil. Ada bengkak sedikit dan memar juga rasa nyeri atau kram saat tindakan pengambilan lemak selesai, namun itu semua hanya berlangsung selama tiga hari.

Meskipun demikian, dr. Ayu mengungkapkan bahwa fat filler merupakan tindakan perawatan kecantikan semi permanen. Dalam arti, wajah bisa kembali mengalami loss fat (kekurangan lemak) saat tubuh mengalami penurunan berat badan yang drastis.

"Kekurangan fat filler adalah bisa diserap tubuh saat berat badan turun drastis seperti misalnya 20-30 kilogram, akan ada loss fat sehingga area tertentu butuh dilakukan fat filler ulang setiap dua minggu atau satu bulan sekali. Ini sangat aman karena sumbernya berasal dari tubuh pasien sendiri," jelas pemilik Widya Aesthetic Clinic di Banjarmasin ini.

"Tidak ada bahan apa pun untuk dicampurkan pada fat filler, murni dari lemak tubuh pasien yang disterilisasi dan dipisahkan dari jaringan-jaringan lain sehingga terbentuk pure fat," tegasnya.

Lemak murni itulah yang dimasukkan dengan cannula ke area wajah yang volumenya berkurang seperti kantong mata atau teardrop, smile line, marionette line, serta area-area temporal yang cekung akibat pertambahan usia atau akibat diet ekstrem yang dilakukan pasien.

Yang perlu diperhatikan adalah pasien dilarang untuk mengonsumsi seafood dan melakukan setrika wajah setelah melakukan tindakan fat filler. Jika wajah mendapat ultraformer, tingkat laser sampai titik burn tersebut dapat mengurangi efek fat filler, yang menyebabkan volume lemak lebih cepat diserap tubuh.

Formula yang diterapkan berangkat dari ilmu yang didapat dr. Ayu saat rutin mengikuti berbagai workshop dermatologi dan estetika di berbagai negara sehingga ia selalu mengetahui teknologi terbaru yang digunakan, terutama di negara-negara maju seperti di Eropa.

Pilihan Editor:  Efek Samping dan Manfaat Retinol untuk Kulit Wajah yang Perlu Kamu Tahu

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."