Rutin Bercinta Bisa Bikin Sehat dan Panjang Umur, Menurut Studi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi pasangan bercinta. Shutterstock

Ilustrasi pasangan bercinta. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Apakah berhubungan seksual atau bercinta setiap minggu berpotensi memperpanjang umur dan mencegah masalah kesehatan serius? Temuan studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam Journal of Psychosexual Health, mengungkap hubungan yang mengejutkan antara tingkat kematian dan frekuensi seksual. 

Dari data Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES) 2005–2010, studi tersebut menemukan risiko kematian yang tinggi di antara wanita yang tidak berhubungan seks setidaknya seminggu sekali. Berikut fakta menarik soal berhubungan seks yang bermanfaat untuk kesehatan. 

1. Sekali Setiap 7 Hari

Tampaknya berhubungan seksual setidaknya sekali setiap tujuh hari adalah angka ajaib. Seks lebih dari sekadar aktivitas santai; seks menawarkan banyak manfaat kesehatan, meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Meskipun tidak ada manfaat tambahan untuk berhubungan seks lebih dari seminggu sekali, tentu saja minggu yang kering dapat merugikan dalam jangka panjang.

2. Manfaat Kesehatan

Seks menghasilkan hormon seperti endorfin dan oksitosin, yang meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres serta kecemasan, keduanya berbahaya dalam jangka panjang. Terlibat dalam aktivitas seksual memastikan pelepasan hormon bermanfaat ini secara berkala, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit. 

Pelepasan endorfin, khususnya, mengurangi risiko masalah kesehatan yang serius. Seks teratur juga meningkatkan kesehatan kardiovaskular dengan meningkatkan detak jantung dan sirkulasi darah. Selain itu, kualitas tidur meningkat karena pelepasan prolaktin, hormon yang umumnya dikaitkan dengan relaksasi dan perasaan tenang.

3. Mengurangi Keparahan Depresi

Dr Srikanta Banerjee yang memimpin penelitian tersebut, menjelaskan dalam sebuah wawancara dengan Daily Mail bahwa mereka yang memiliki frekuensi seks yang lebih tinggi mengalami lebih sedikit efek berbahaya dari depresi, dan tingkat keparahan depresi pun lebih rendah. Yang terpenting, wanita dengan depresi dan frekuensi seksual yang rendah memiliki risiko kematian dini 197% lebih tinggi. Temuan ini berlaku khusus untuk wanita, karena tingkat keparahan depresi berbeda antara pria dan wanita.

4. Seks Bukan Pengganti Terapi

Seks bukanlah pengganti terapi. Seks tidak dapat menggantikan terapi dan perawatan lain untuk penyakit mental atau fisik. Mungkin saja, aktivitas seksual memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Berdasarkan penelitian ini, ada korelasi antara frekuensi seksual yang rendah dan kemungkinan kematian dini yang lebih tinggi, yang menunjukkan adanya faktor risiko. 

Namun, korelasi tersebut tidak menyiratkan adanya sebab akibat yang tak terelakkan. Sekali lagi, moderasi adalah prinsip dasar kehidupan manusia, dan hal itu berlaku untuk hampir setiap skenario manusia. Manusia perlu menyeimbangkan gaya hidup mereka pada titik yang 'tepat', karena segala sesuatu yang terlalu banyak atau terlalu sedikit akan memengaruhi keseimbangan.

Pilihan Editor: Teknik Edging Bantu Mencapai Orgasme saat Bercinta, Tahan Energi dan Melambat

HINDUSTAN TIMES

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."