Benarkah Makan dengan Porsi Kecil Bisa Menurunkan Berat Badan?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi berat badan. Shutterstock

Ilustrasi berat badan. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ada anggapan umum bahwa untuk menurunkan berat badan ekstra, kita perlu mengurangi makanan yang kita konsumsi. Sering kali orang yang mencoba diet, mulai dengan mengurangi asupan makanan mereka. Tetapi apakah itu aman dan efektif? 

Dalam sebuah wawancara dengan HT Lifestyle, Dr. Rituja Ugalmugle, Penyakit Dalam, Rumah Sakit Wockhardt, Mumbai Central menjelaskan sebaliknya, ketika Anda secara signifikan mengurangi asupan kalori, tubuh Anda mungkin memasuki mode kelaparan, mekanisme bertahan hidup yang berevolusi untuk menghemat energi selama masa kelangkaan makanan. 

"Mode ini memperlambat metabolisme Anda untuk menjaga simpanan lemak, sehingga lebih sulit menurunkan berat badan dan dalam beberapa kasus, menyebabkan penambahan berat badan karena tubuh menjadi lebih efisien dalam menyimpan energi yang diterimanya," kata Dr. Rituja Ugalmugle.

Ketika Anda mengurangi asupan kalori secara signifikan, tubuh Anda mungkin memasuki mode kelaparan, mekanisme bertahan hidup yang berevolusi untuk menghemat energi selama masa kelangkaan makanan.

Inilah alasan mengapa porsi makan lebih sedikit dapat memiliki efek sebaliknya pada penurunan berat badan:

1. Kehilangan otot

Makan terlalu sedikit kalori juga dapat mengakibatkan hilangnya massa otot. Jaringan otot membakar lebih banyak kalori saat istirahat daripada jaringan lemak, jadi kehilangan massa otot dapat menurunkan laju metabolisme Anda secara keseluruhan. Penurunan metabolisme ini berarti Anda membakar lebih sedikit kalori sepanjang hari, sehingga penurunan berat badan menjadi lebih sulit dan penambahan berat badan lebih mungkin terjadi.

2. Kekurangan nutrisi penting

Pola makan yang ketat sering kali kekurangan nutrisi penting, yang dapat mengganggu fungsi tubuh yang normal. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon, terutama hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang, seperti ghrelin dan leptin. Ketidakseimbangan hormon ini dapat meningkatkan rasa lapar dan menyebabkan makan berlebihan atau keinginan makan, yang selanjutnya berkontribusi pada penambahan berat badan.

3. Peningkatan produksi kortisol

Pola makan yang ketat dapat menimbulkan stres secara mental dan emosional. Stres ini meningkatkan produksi kortisol, hormon yang terkait dengan penambahan berat badan, terutama di area perut. Kadar kortisol yang tinggi dapat mendorong tubuh untuk menyimpan lemak, terutama lemak visceral.

4. Termogenesis adaptif

Termogenesis adaptif adalah proses di mana tubuh mengurangi pengeluaran energinya lebih dari yang diharapkan berdasarkan asupan kalori. Ini adalah mekanisme perlindungan lain terhadap kelaparan, tetapi dapat meringankan upaya penurunan berat badan.

Pilihan Editor: Tips Menurunkan Berat Badan ala Lady Gaga, Diet Makanan Tinggi Protein

HINDUSTAN TIMES

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."