Daftar Desainer Modest Fashion Perempuan di Indonesia, dari Dian Pelangi hingga Ria Miranda

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ria Miranda/Foto: Doc. Pribadi

Ria Miranda/Foto: Doc. Pribadi

IKLAN

5. Khanaan Shamlan

Khanaan Shamlan/Foto: Instagram/Khanaan

Khanaan Shamlan, Perancang muda Indonesia yang berasal dari kota Pekalongan, sebuah kota di jawa tengah dengan tradisi dan budaya yang kental. Tradisi dan budaya ini terekam dalam benak khanaan dan menjadi sumber inspirasi dalam membuat karya. Kecintaannya terhadap batik membawa khanaan menjadi salah satu designer tanah air yang konsisten mengangkat wastra Indonesia dalam setiap design nya, karya- karya khanaan selalu memliki ciri khas budaya Indonesia yang dikemas dengan sentuhan modern.

Khanaan memulai langkah dalam dunia fashion setelah menamatkan study nya di ESMOD Jakarta, dengan membuka butik pertama dibilangan jakarta selatan di tahun 2009. Antusiasme khanaan pada couture fashion melahirkan ready to wear collection pada tahun 2016 dan mendapat sambutan yang hangat khususnya dari para pecinta mode tanah air, pada tahun 2018 khanaan terpilih sebagai salah satu designer tanah air yang karyanya ditampilkan di de young Arts Museum di san farcisco bersanding dengan brand-brand Internasional seperti Yves Saint Laurant, Christian Dior dan lainnya

Khanaan Shamlan adalah orang di balik brand Khanaan yang didirikan pada tahun 2009. Khanaan mengkhususkan diri dalam pembuatan kustom bride dan koleksi couture. Ciri khas dari Khanaan adalah penggunaan Batik. Pada 2009, desainer ini mengembangkan brand-nya dengan merambah ke produksi ready-to-wear yang dibuat dari batik.

Khanaan juga percaya bahwa dirinya di hari ini adalah versi lebih baik dari kemarin, dan berharap bahwa esok dan seterusnya ia akan terus menjadi pribadi yang lebih baik lagi. “Oleh karenanya saya yakin bahwa apa yang saya lakukan telah menjadi pilihan yang terbaik, meski mungkin hasilnya belum sesuai rencana awal,” tambah Khanaan. 

Memiliki visi going global by being local, desainer muda yang karyanya pernah dipamerkan di de Young Museum San Francisco, bersanding dengan merek internasional seperti Christian Dior dan Yves Saint Laurent, berkata,” Setiap kesulitan yang dihadapi telah menjadikan diri saya sebagai versi yang lebih baik. Kemampuan untuk kembali berdiri saat jatuh juga menjadi kunci sukses saya saat ini.”

6.  Jeny Tjahyawati

Jeny Tjahyawati/Foto: Instagram/Jeny Tjahyawati

Jeny Tjahyawati mengawali perjalanannya di industri mode dengan memproduksi merek mode lini pertama 'JenY by Jeny Tjahyawati' dan 'Ethnicant' untuk label 'siap pakai'. Jeny Tjahyawati adalah selebriti terkenal dan desainer pemenang penghargaan di industri mode yang berfokus terutama pada mode Muslim. 

Dalam beberapa tahun terakhir, industri mode Muslim telah menjadi salah satu sektor penentu tren terkemuka. Berbasis di Indonesia, Jeny telah berkontribusi pada kebangkitan mode Muslim yang kini telah menjadi peran integral dalam Dunia Mode Indonesia yang menjadikan koleksinya salah satu merek terkemuka di industri Indonesia. 

Jeny Tjahyawati lulus dari ASRIDE ISWI Jakarta jurusan Desain Mode sebagai lulusan terbaik, ciri khasnya modern dan progresif membuat karyanya terlihat bergaya, unik, dan segar. Gairah Jeny terhadap dunia mode semakin besar, karena ia terus memanfaatkan keterampilan yang diperolehnya selama studi Sarjana Desain Mode di IKJ, Jakarta. Jeny memulai perjalanannya di industri mode dengan memproduksi merek mode lini pertama miliknya 'Jeny by Jeny Tjahyawati' dan 'Etnicant' untuk Label 'Ready to Wear'. Jeny juga merupakan penulis 'Gaya Praktis Berkerudung' (Gaya Sederhana untuk Tampilan Hijab).

7. Rani Hatta

Rani Hatta/Foto: Instagram/Rani Hatta

Rani Hatta merupakan label busana modest siap pakai yang dibentuk pada tahun 2012. Label ini berfokus pada busana kasual dengan garis desain modern dan minimalis. Dengan mengutamakan kenyamanan dan kualitas busana yang didesainnya, sang desainer, Rani Hatta yakin bahwa labelnya ini mampu bersaing di pasar internasional.

Rani Hatta adalah lulusan Sekolah Desain Mode Susan Budihardjo yang jatuh cinta dengan unisex clothes dan tailoring. Dia memegang prinsip "fashion has no religion and has no gender". Berdasarkan filosofi ini, dia memiliki keberanian untuk masuk ke modest fashion market. Prinsip  "minimalism  is  more"  telah menjadi  andalan  dari  fashion statement Rani Hatta. "Saya  suka pakaian  berkualitas  tinggi,  jadi  saya hanya  memproduksi  yang  terbaik," kata Rani Hatta.

Rani Hatta juga sudah melangkahkan kaki di pasar internasional pertamanya pada Bangkok International Fashion Fair & Bangkok International Leather Fair Ke-34 (BIFF & BIL) yang diselenggarakan 9-13 Maret 2016 di IMPACT Muang Thong Thani, Bangkok, Thailand.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."