Daftar Desainer Modest Fashion Perempuan di Indonesia, dari Dian Pelangi hingga Ria Miranda

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ria Miranda/Foto: Doc. Pribadi

Ria Miranda/Foto: Doc. Pribadi

IKLAN

8. Vivi Zubedi

Vivi Zubedi/Foto: Instagram/@mrsvivi

Setelah 10 tahun berkecimpung di industri modest fashion, Vivi Zubedi meluncurkan monogram dan mengembangkan produknya. Tak hanya merilis berbagai jenis pakaian dan abaya, Vivi Zubedi juga meluncurkan tas, sepatu, aksesoris, serta produk pendukung ibadah seperti mukena, sajadah, dan lain-lain. Tentu saja, hal ini membuat brand Vivi Zubedisiap menjadi pionir sebagai brand global di kategori modest fashion.

Vivi Zubedi juga berkomitmen dalam hal pengendalian kualitas. Kualitas yang baik dan desain yang unik membuat Vivi Zubedi  diterima dan digemari di segmen modest fashion. Melalui kreativitas produk dan kualitas, Vivi Zubedi menumbuhkan ketertarikan pasar dan membangun loyalitas pelanggan terhadap brand demi mempertahankan profitabilitasnya.

Vivi Zubedi selalu berusaha untuk menciptakan tren daripada mengikutinya, dan tahun 2023 pun tak terkecuali. Tahun ini, Vivizubedi telah melampaui batasan dan menjelajahi ranah kreatif baru dengan menghadirkan desain bunga yang segar dan cerah dalam koleksi Rayya 2023 serta warna-warna pastel dalam koleksi Mid-Year. Selain itu, tahun ini kami menunjukkan kepedulian kami terhadap kemanusiaan dengan meluncurkan syal khusus untuk Palestina dan menyumbangkan semua keuntungannya kepada orang-orang yang membutuhkan di Palestina. Ini adalah simbol cinta, solidaritas, dan kepedulian kami terhadap kemanusiaan.

Vivi Zubedisemakin melebarkan sayap dengan merambah pasar internasional. Antara lain membuka cabang di Riyadh, Arab Saudi sebagai langkah pertama penetrasi pasar Timur Tengah. Di pusat denyut agama Islam ini, desain-desain VIVIZUBEDI amat digemari. Most-wanted item yang paling dicari adalah abaya dengan set lengkap hijab, ciput, dan belt bermotif senada.

Vivi Zubedi mengatakan desain-desainnya tampil beda dibanding abaya-abaya lokal. Kalau abaya di Saudi itu kan umumnya satu warna saja. "Nah, inovasi kami ini begitu unik karena satu set lengkap dengan motif yang sama. Selain itu juga kita menghadirkan detail-detail embroidery, VZ monogram, tapi bentuknya tetap abaya, secara syariat juga memenuhi, sehingga respon pasar sangat luar biasa,” kata Vivi melalui siaran pers, Selasa 21 September 2021. 

Tak puas sampai di situ, selanjutnya Vivi kembali berekspansi ke Australia. Hadir dalam online platform allgoodjourney pecinta modest fashion Australia bisa memperoleh produk Vivi Zubedi  di ujung jari mulai 2020 lalu. Lain di Saudi, lain lagi di Australia. Di Negeri Kangguru, scarf  Vivi Zubedi yang selalu dinanti. Warga Australia jatuh cinta pada ragam desain dan motif atraktif scarf yang cantik. Kini, Vivi optimistis terus menduniakan modest fashion Nusantara.

Semangat Vivi memperkenalkan modest fashion Indonesia ke kancah internasional ini tak lain karena besarnya potensi fesyen muslim Tanah Air. Menurut Vivi, Indonesia layak menjadi kiblat modest fashion Muslim dunia. Dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia, harusnya kata Vivi Indonesia tampil memimpin perkembangan modest fashion dunia. Apalagi kekayaan budaya, etnis, dan asimilasi berbagai budaya serta tradisi di Asia; mulai dari pengaruh Tiongkok, Arab, hingga kolonial Eropa.

"Semua elemen itu memliki latar belakang cerita yang kuat serta simbolisme bermuatan filosofis. Belum lagi kalau kita bicara proses pembuatan yang handmade, tradisional. Karena kalau di luar kan semuanya sudah dibuat dengan mesin, serba otomatis, sedangkan kerajinan kita memiliki craftsmanship yang tinggi. Berdasarkan pengalaman saya, mereka sangat apresiatif dengan karya-karya Indonesia karena unsur-unsur ini,” urai Vivi.

9. Lisa Fitria 

Lisa Fitria/Foto: Doc. Pribadi

Lisa Fitria, pengamat mode sekaligus perancang busana yang dikenal sebagai salah satu pendiri Indonesian Fashion Chamber (IFC) itu bergelut di dunia fashion sejak kecil, tepatnya sejak duduk di kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Saat menempuh jenjang sekolah dasar, dia sudah gemar merancang busana dan membuat jepit rambut sendiri berbekal kain limbah jahitan konveksi orang tuanya. Hasil rancangan jepit dan busana lalu dia jual ke teman-temannya di sekolah.

Orang tua Lisa memiliki toko konveksi khusus produksi seragam dan juga menjual pakaian siap pakai. Ketertarikan Lisa pada dunia fashion bisa dibilang karena sudah terpapar dunia jahit menjahit yang digeluti orang tuanya.

Perempuan berhijab itu terjun ke industri fesyen secara profesional sejak tahun 1998, sebagai fashion merchandiser di sebuah perusahaan garmen. Kemudian mencapai level General Manager di perusahaan tekstil pada tahun 2008.

Lisa lalu mengundurkan diri dari jabatannya dan menekuni profesi sebagai desainer fesyen dengan bergabung bersama Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).

Pada tahun 2016, dia dan teman-temannya mendirikan IFC. Bagi Lisa, menjadi salah satu founder IFC merupakan suatu berkah dari Tuhan yang telah memberikan kepadanya sebuah keluarga kedua harmonis dan menjadi tempat nyaman untuk saling belajar, saling berbagi dan bebas berekspresi dalam berkarya. Meskipun, kadang timbul perdebatan, perselisihan namun ada saling menyayangi dan merindukan satu sama lain.

Bersama IFC, Lisa mengarungi suka dan duka dan ini pernah dia tuangkan melalui koleksi busana bertema "Teman Tapi Mesra" atau "TTM" pada Desember 2022. Dalam koleksi busana itu dia menjadikan warna oranye sebagai sorotan, yang dimaknai sebagai banyaknya manfaat IFC secara materi dan nonmateri bagi perubahan hidupnya.

Perancang busana sekaligus pengamat mode dari Indonesian Fashion Chamber (IFC) Lisa Fitria dalam perhelatan fesyen "SPOTLIGHT" pada Desember 2022. (Dokumentasi pribadi Lisa Fitria)

Sebagai perancang busana, Lisa juga kerap membuat koleksi sarung, yang dijual bersamaan dengan anggota IFC lainnya, saat menggelar pameran, salah satunya saat perhelatan SPOTLIGHT pada Desember 2022. Saat itu, Ketua Nasional IFC, Ali Charisma, mewakili asosiasi mengatakan ingin merayakan keragaman wastra dan budaya Indonesia yang menjadi kekuatan khususnya kepada generasi muda sebagai pembawa fesyen Indonesia ke kancah global.

Dia berharap, dapat terus mengampanyekan virus bersarung ini dan bermimpi agar Pemerintah tetap mendukung penuh salah satunya dengan membiayai pemengaruh internasional atau influencer international untuk memakai sarung buatan Indonesia baik dari kalangan selebritas maupun pesepakbola. Ada harapan selebritas Angelina Jolie, Cristiano Ronaldo, para personel grup idola K-pop BLACKPINK hingga Bangtan Sonyeondan (BTS) mengenakan sarung dari kain semisal khas NTT, Bali , Palembang dan lainnya.

Lisa mengatakan dirinya konsisten mengenakan sarung khususnya di acara-acara yang digelar IFC. Biasanya, dia yang termasuk sosok androgini, memadukan sarung dengan obi dari kain denim untuk tampilan kasual atau obi dari bahan kulit untuk memunculkan kesan maskulin. Menurut dia, sarung juga bisa dipadupadankan dengan atasan jaket, kemeja oversize, crop top dan alas kaki misalnya sneaker atau boots.

10. Ria Miranda

Desainer modest fashion Ria Miranda ditemui usai peluncuran koleksi khusus haji dan umroh dari RiaMiranda X Garuda Indonesia di Jakarta, Rabu, 7 Februari 2024/Foto: CANTIKA/Ecka Pramita

Lulus dari ESMOD Jakarta, Ria Miranda merintis lininya sejak 2007. Ria melihat setiap wanita terutama wanita muslimah harus terlihat lembut, rendah hati, dan tenang dengan warna-warna natural yang dikombinasikan dengan kain dari bahan yang nyaman dan tak lupa dengan pattern yang sophisticated. Tidak heran semua karya Ria memiliki potongan yang feminin dengan warna-warna seperti nude pink dan baby blue.

Ria Miranda mendirikan merek pertamanya dengan nama "Shabby Chic by riamiranda". Di samping itu, dia menciptakan area perbelanjaan lengkap untuk pasar muslim bernama "moshaict". "Shabby Chic by riamiranda" diganti namanya menjadi "riamiranda" sejak tahun 2009, dan secara konsisten memberikan tampilan feminin dalam potongan busana modest wear yang sederhana dan bersih dalam warna pastel yang lembut. Di bawah CV. Miranda Moda Indonesia, beberapa merek tambahan muncul, yaitu "RM by riamiranda", "RM Bride", dan "Luna" untuk anak-anak.

Bagi seorang Ria Miranda adalah sebuah konsistensi untuk terus melangkah berkarya dan menginspirasi setelah mencapai titik 10 tahun karya Minang Heritage yang telah menemani perjalanan desainer kenamaan, Ria Miranda di industri fashion.

Konsistensinya berkarya dan berinovasi, Ria Miranda kembali menggelar pagelaran show tunggal untuk yang ke-9 kalinya pada 2 Desember 2021 di Jakarta. Acara yang dikemas dalam bentuk Hybrid Presentation ini, mempersembahkan koleksi yang bertajuk Minang Heritage untuk RiaMiranda ready to wear 2021 dan Raya collection 2022.

Minang Heritage memiliki makna dan menjadi kekuatan tersendiri bagi brand RiaMiranda. penampilan perdana pada Jakarta Fashion Week tahun 2012, langsung memikat hati melalui busana yang memancarkan keindahan ornamen kain Songket Silungkang Padang.

Kini, eksplorasinya semakin istimewa dengan teknik printing, warna-warna pastel dan earth tone yang khas dalam ornamen minang dengan desain yang baru sehingga motif Minang telah menjadi ciri khas brand yang telah beranjak 12 tahun.

“Tahun ini, banyak hal baru yang dicoba lakukan. Kita perbaiki lagi dari mulai visual, branding dan proses kreatif desain. RiaMiranda Annual Show kali ini hadir dengan konsep hybrid presentation yang sudah dipersiapkan cukup lama. Melihat kondisi pandemi yang semakin membaik, sekaligus bertepatan dengan perayaan 10 tahun karya Minang Heritage, rasanya momentum ini nggak mau aku sia-siakan. Alhamdulillah, banyak kolaborator hebat yang membantuku untuk mempersiapkan ini semua”, ungkap Ria.

Pilihan Editor:  Fakta Menarik MUFFEST+ 2024 yang Digelar Mulai 8 Agustus, Siap Menuju Pasar Global Modest Fashion

JAKARTA FASHION WEEK | ANTARA | VIVI ZUBEDI | KHANAAN

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Halaman

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."