CANTIKA.COM, Jakarta - Asosiasi Produsen dan Eksportir Garmen Bangladesh (BGMEA) telah mengumumkan penutupan total semua fasilitas manufaktur garmen, yang menyebabkan gangguan signifikan pada industri garmen vital negara tersebut, menurut laporan BBC. Keputusan ini menyusul pengunduran diri dan kepergian Perdana Menteri Sheikh Hasina secara tiba-tiba. Penutupan pabrik garmen di Bangladesh, pusat utama produksi pakaian global, akan berdampak parah pada merek-merek pakaian seperti H&M dan Zara.
H&M mendapatkan garmen dari lebih dari 1.000 pabrik di Bangladesh, sementara Zara bergantung pada klaster manufaktur di negara tersebut.
Tanggapan H&M
Di tengah kekacauan politik yang sedang berlangsung di Bangladesh, H&M telah menyatakan bahwa mereka memantau situasi di Dhaka, ibu kota Bangladesh, dengan saksama dan tidak akan meminta diskon dari pemasok untuk setiap penundaan yang disebabkan oleh keadaan saat ini. Seorang juru bicara perusahaan mengatakan,
"Menurut informasi terbaru, sebagian besar pabrik secara bertahap dibuka kembali, dan keselamatan tetap menjadi prioritas kami. Kami telah meyakinkan pemasok kami bahwa kami tidak akan meminta diskon karena penundaan dalam situasi saat ini. Kami terus menilai situasi setiap hari," kata juru bicara perusahaan dikutip dari Times of India, 8 Agustus 2024.
Dampak Industri yang Lebih Luas
Konfederasi Industri Tekstil India (CITI) telah memperingatkan bahwa banyak merek global yang mengandalkan pemasok Bangladesh akan menghadapi gangguan. Keterlambatan dan berkurangnya ketersediaan produk dapat menyebabkan dampak signifikan pada tingkat inventaris dan penjualan di pasar retail global.
Inditex, perusahaan induk Zara dan Bershka, memiliki operasi manufaktur yang besar di Bangladesh, dengan 150 pemasok dan 273 pabrik jahit, yang mempekerjakan hampir satu juta pekerja.
Signifikansi Ekonomi
Industri garmen siap pakai sangat penting bagi perekonomian Bangladesh, yang menyumbang sekitar 83 persen dari total pendapatan negara tersebut. Pada tahun 2023, Bangladesh mengekspor garmen senilai USD38,4 miliar, menempati peringkat ketiga secara global dalam ekspor pakaian jadi setelah Tiongkok dan Uni Eropa, menurut Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Kerusuhan dan Ketidakpastian Politik
Krisis politik di Bangladesh telah menciptakan ketidakpastian yang signifikan. Laporan penjarahan di Dhaka dan kota-kota besar lainnya telah muncul, dengan gambar-gambar pengunjuk rasa yang menjarah kediaman resmi Perdana Menteri Sheikh Hasina menjadi viral di media sosial. Bangladesh saat ini berada dalam fase transisi, menunggu pembentukan pemerintahan sementara.
Penutupan pabrik garmen Bangladesh di tengah krisis politik menimbulkan tantangan besar bagi industri pakaian global. Dengan merek-merek besar yang sangat bergantung pada produksi Bangladesh, gangguan tersebut dapat mengakibatkan konsekuensi yang luas di seluruh pasar retail global. Seiring perkembangan situasi, para pemangku kepentingan terus memantau perkembangan dengan saksama, berharap akan ada resolusi yang akan memulihkan stabilitas dan kenormalan pada industri penting ini.
Pilihan Editor: Tahukah Kamu Beberapa Produk H&M Terbuat dari Serat Botol Plastik Aqua
TIMES OF INDIA
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika