CANTIKA.COM, Jakarta - Panggung Jogja Fashion Tren 2024 menjelma adu gaya para desainer dan creative director brand fashion lokal. Bukan hanya membawa subtil tampilan wastra Nusantara, tetapi juga look yang lebih playful dan atraktif untuk generasi z atau gen z. Berikut dua desainer yang merepresentasikan pesan tersebut:
1. Farah Button by Sutardi
Koleksi ready to wear Farah Button by Sutardi di Jogja Fashion Trend 2024, kamis, 8 Agustus 2024/Foto: Doc. Asmat Pro
Membawa tema Gen-Z style of the past, Farah Button by Sutardi terinspirasi dari sesuatu yang terlupakan oleh gen z di mana kita meningatkan masa bermain bersama tanpa gadget. Bisa ceria bersama dengan bermain dan bersantai bersama. Kumpul dan bertemu di setiap momen tanpa adanya grup komunikasi dari gadget.
Bahkan saat ini generasi muda tidak mengenal permainan masa kecil yang sangat dirindukan oleh generasi milenial dan beberapa genesi sebelumnya. Bebas bergerak dan pantas untuk hangout merupakan kesan yang didapat dari desain Farah Button ini.
Sutardi mengenakan kain flanel dan tenun modifikasi motif modern dengan tambahan bahan corduray. Kenapa pilih kain tersebut karena bisa menyatukan bahan tersebut dalam desain dan mempu membuat Wastra Nusantara dapat dilirik oleh gen z.
Proses pembuatannya sendiri memakan waktu satu minggu untuk enam look koleksi dengan warna dominan blue sea, terakota, dan warna cerah lainnya dengan konsep ready to wear. "Kenapa pakai konsep itu, agar terlihat santai dan bisa dipakai kemana pun dan di mana pun. Nyaman untuk pakai setiap waktu dan selalu tampak muda dengan cuttingan apa saja baik dress, atasan, dan celana.
2. Gorilland by Isa Setyawan
Koleksi ready to wear Gorilland by Isa Setyawan di Jogja Fashion Trend 2024, kamis, 8 Agustus 2024/Foto: Doc. Asmat Pro
Mengusung konsep urban, Gorilland by Isa Setyawan juga menampilkan koleksi gen z edition yang terinspirasi dari emosional Gen-Z edition di mana Gen-Z dalam berbusana saat ini sangat dipengaruhi oleh emosional mereka sehari-hari. Tema besarnya kali ini adalah Gen-Z yang sedang patah hati dan bebas untuk berekspresi meski harus ditahan sekuat mungkin
"Untuk kain yang saya pakai merupakan kolaborasi kain polo linen dan corduroy, sedangkan untuk kain wastranya sendiri mengolaborasikan Wastra Nusantara dari Tenun Badui dan Tenun NTT dengan motif kotak-kotak yang menggambarkan pemberontakan dan kebebasan. Sementara untuk cutting baju sendiri yaitu ada jumpsuit, outer, dan inner yang dipadukan dengan teknik jahit alusan," ucap Isa.
Kain tersebut dipilih karena secara look sangat kontras namun tetap dapat bersinergi sesuai dengan harapan emosional saya untuk design kali ini. Selain itu, kombinasi tiga karakteristik tersebut menurutnya sangat pas dengan disesuaikan porsinya sesuai fungsi baju itu sendiri.
"Jujur saja untuk proses pembuatan baju ini saya kerjakan dengan waktu hanya dalam waktu 1 minggu saja untuk ke-6 look yang saya tampilkan. Sementara warna yang ingin saya angkat yaitu dengan tiga palet warna (biru, putih, dan oranye). Di mana biru dan putih menggambarkan keselarasan, tetapi dipadukan dengan orange yang secara look sangat kontras dengan harapan menggambarkan karakter pemberontakan itu sendiri.
Penggunaan topeng sendiri ia terapkan untuk menunjukkan ekspresi amarah yang disembunyikan karena kondisi "broken heart" dan digambarkan oleh lagu yg berjudul "Lose Control by Teddy Swims". Karena di balik topeng tersebut tersembunyi amarah yang luar biasa namun sulit untuk diungkapkan.
Pilihan Editor: Jogja Fashion Trend 2024 Digelar, Hadirkan Paduan Wastra Nusantara dan Look ala Gen Z
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika