Daftar 15 Pahlawan Nasional Perempuan, dari Cut Meutia hingga Maria Walanda Maramis

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Cut Nyak Meutia. Wikipedia

Cut Nyak Meutia. Wikipedia

IKLAN

11. Rasuna Said    

Rasuna Said. Ditjen K2KRS Kemsos

Rangkayo Rasuna Said mungkin masih asing di telinga Anda. Namun, perannya dalam memperjuangkan hak-hak wanita perlu diacungi jempol.  Rasuna Said lahir di Agam, Sumatera Barat, 14 September 1910 dan diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada 13 November 1974 lewat Surat Keputusan Presiden RI No.084/TK/Tahun 1974. Saat itu, Rasuna Said mendidik kaum wanita di lingkungannya untuk belajar politik dan segala aspek bidang untuk menuju kesetaraan sosial.

12. Ratu Kalinyamat    

Ratu Kalinyamat hidup saat masa awal perkembangan Islam di Nusantara. Ia dikenal sebagai penguasa wilayah Jepara yang sangat pemberani dan ahli perang. Ratu Kalinyamat memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya dalam melawan bangsa Portugis pada abad ke-16. Berkat kemampuannya membangun kekuatan maritim yang hebat membuat raja-raja di kawasan lain meminta bantuannya untuk mengirimkan pasukan guna melawan Portugis. Foto: Istimewa

Ratu Kalinyamat yang bernama lahir Retna Kencana merupakan penguasa Jepara pada masa masuknya Islam ke Pulau Jawa. Semula nama aslinya adalah Retna Kencana, tetapi berubah setelah dilantik menjadi Penguasa Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat. Ia dikenal sebagai sosok pemberani dan heroik lantaran beberapa kali terlibat dalam peperangan melawan Portugis.

Ratu Kalinyamat adalah putri Pangeran Trenggana dan cucu Raden Patah, Sultan Demak pertama. Ia menjadi tokoh utama dalam menyelesaikan konflik di lingkungan keluarga Kesultanan Demak. Akibatnya, namanya menjadi termasyhur kala itu. Dengan gelar ratu, ia menjadi sosok yang memiliki kedudukan cukup tinggi di Jepara. Sebab, gelar tersebut hanya digunakan oleh orang-orang tertentu.  

Selama masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara mengalami perkembangan pesat. Menurut sumber Portugis yang ditulis Meilink-Roelofsz dikutip dari core.ac.uk, Jepara menjadi kota pelabuhan terbesar di Pantai Utara Jawa dan memiliki armada laut yang kuat pada abad ke-16. 

Ratu Kalinyamat menjadi ratu perempuan yang bertempat tinggal di salah satu daerah di Jepara, Kalinyamat. Pada abad ke-16, Kalinyamat menjadi tempat kedudukan raja-raja di Jepara. Tempat ini adalah nama daerah yang juga digunakan sebagai nama penguasanya. 

Masih pada abad ke-16 sekitar 1550, Ratu Kalinyamat membantu Sultan Johor melawan tentara Portugis. Ia mengirim 40 kapal perang dan 4.000 pasukan ke Selat Malaka. Sebab, tujuan dari pertempuran tersebut adalah membebaskan perairan Malaka dari dominasi Portugis. Selain itu, ia juga membantu masyarakat Hitu di Ambon untuk melawan Portugis pada 1565. Ia pun mengirim 300 kapal dengan 15.000 pasukan untuk membantu Sultan Aceh berperang melawan penjajah Portugis di Malaka.

Selama menjadi penguasa Jepara, Ratu Kalinyamat tidak pernah menetap di Kalinyamat. Ia bertempat tinggal di salah satu istana di kota pelabuhan Jepara. Lalu, pada awal abad ke-17, di kota pelabuhan tersebut, ada istana raja yang diduga sebagai tempat Ratu Kalinyamat. Sementara itu, daerah Kalinyamat hanya dijadikan sebagai tempat peristirahatan sang ratu.

Pada kehidupan pribadinya, Ratu Kalinyamat menikah dengan Pangeran Hadiri yang merupakan putra Sultan Ibrahim dari Aceh. Setelah menikah dengan Ratu Kalinyamat, ia diberi gelar Pangeran Hadiri yang berarti yang hadir (dari Aceh ke Jepara). Namun, pernikahan keduanya tidak berlangsung lama. Pada 1549, sang suami meninggalkan Ratu Kalinyamat untuk selama-lamanya. 

Di sisi lain, waktu meninggalnya Ratu Kalinyamat tidak dituliskan secara jelas dan pasti dalam kitab kesusastraan Jawa. Ia dimakamkan di dekat suaminya di pemakaman Mantingan, Jepara. Pengganti Ratu Kalinyamat adalah Pangeran Jepara yang berkuasa pada 1579-1599. Namun, saat masa kepemimpinan Pangeran Jepara, kota ini mengalami penurunan dan jauh dari masa kejayaan Ratu Kalinyamat.

13. Ruhana Kuddus    

Ruhana Kuddus. Wikipedia

Ruhana Kuddus lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam 20 Desember 1884. Pada 1911, Ruhana mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang. Sembari aktif di bidang pendidikan yang disenanginya, Ruhana juga menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia. Ketika dibredel pemerintah Belanda, Ruhana berinisiatif mendirikan surat kabar, bernama Soenting Melajoe. Dia meninggal di Jakarta pada 17 Agustus 1972 pada usia 87 tahun.

14. Nyai Ahmad Dahlan 

Nyai Ahmad Dahlan. Kemendikbud

Tokoh pahlawan nasional wanita lainnya yakni Nyai Ahmad Dahlan alias Siti Walidah. Semasa hidupnya, Nyai Ahmad Dahlan memprakarsai didirikannya asrama putri wanita untuk pendidikan Islam yang didalamnya mempelajari retorika hingga dakwah Islam. Selain itu, ia juga mendirikan Sopo Tresno pada 1941. Untuk memimpin perjuangan rakyat, Nyai Ahmad Dahlan bersama Soekarno dan Soedirman pernah diskusi bersama membahas perang melawan pemerintah kolonial.

15. Maria Walanda Maramis   

Maria Walanda Maramis. Kemendikbud

Pahlawan wanita tidak sekadar berperang melawan pendudukan kolonial, tetapi juga melawan bangsa sendiri untuk mendapatkan hak-haknya sebagai wanita terutama bidang pendidikan dan politik. Begitulah Maria Walanda Maramis, salah satu pahlawan nasional asal Sulawesi Utara. Pada 8 Juli 1917, mendirikan PIKAT untuk memajukan pendidikan wanita Minahasa. Hasil perjuangannya, yaitu kaum wanita Minahasa berhasil memiliki hak suara politik.

Pilihan Editor: Daftar 10 Pahlawan Nasional Perempuan, dari RA Kartini hingga Laksamana Malahayati

TEMPO | JOGJA PROV

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."