Profil Paetongtarn Shinawatra, Perdana Menteri Baru dan Termuda Thailand

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Paetongtarn Shinawatra. REUTERS/Athit Perawongmetha

Paetongtarn Shinawatra. REUTERS/Athit Perawongmetha

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Paetongtarn Shinawatra resmi menjadi Perdana Menteri baru Thailand setelah mendapat dukungan dari parlemen pada Jumat, 16 Agustus 2024. Ketua Partai Pheu Thai itu merupakan bagian dari keluarga politikus dan miliarder Shinawatra. Di usia 37 tahun, Paetongtarn menjadi perdana menteri termuda dalam sejarah pemerintahan Thailand.

Pheu Thai dan para sekutunya memegang 314 kursi di parlemen, sehingga Paetongtarn membutuhkan persetujuan lebih dari separuhnya 493 anggota parlemen untuk menjadi perdana menteri. Jumlah itu berhasil dia dapatkan dengan 51 persen suara.

Paetongtarn ditunjuk sebagai perdana menteri hanya dua hari setelah sekutunya, Srettha Thavisin, dicopot dari jabatan tersebut oleh Mahkamah Konstitusi Thailand karena pelanggaran etik berat.

Selain menyandang gelar perdana menteri termuda Thailand, dia juga merupakan perdana menteri perempuan kedua dan anggota keluarga Shinawatra ketiga yang menduduki jabatan tersebut. Dia adalah putri dan keponakan dari dua mantan perdana menteri, Thaksin dan Yingluck Shinawatra.

Kakak ipar dari Thaksin dan Yingluck, Somchai Wongsawat, juga sempat menjabat perdana menteri sebelum dilarang berpolitik oleh Mahkamah Konstitusi pada 2008.

Perjalanan Politik Paetongtarn Shinawatra

Ayah Paetongtarn, yang memimpin Thailand mulai 2001, digulingkan dalam kudeta militer pada 19 September 2006. Thaksin dan partainya dilarang melakukan aktivitas politik, dan pebisnis itu kemudian hidup dalam pengasingan di luar negeri selama 15 tahun. Nasib serupa menimpa adik Thaksin, Yingluck, yang ditahan di kamp militer selama beberapa hari setelah pemerintahannya digulingkan oleh kudeta militer pada Mei 2014.

Semasa muda, Paetongtarn menemani Thaksin dalam pekerjaan politik di seluruh negeri dan menyerap pengetahuan politik darinya. Saat tumbuh dewasa, ia menyebut “DNA Thaksin” sebagai salah satu faktor pendorongnya untuk memasuki dunia politik.

Mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra dan putrinya Paetongtarn Shinawatra. (Foto: Facebook/Ing Shinawatra)

Paetongtarn resmi terjun ke dunia politik sebagai pewaris politik Thaksin, sementara kakak laki-lakinya yang bernama Panthongtae Shinawatra meniti karier sebagai pebisnis. Paetongtarn menjadi ketua Komite Penasihat Partisipasi dan Inovasi untuk Pheu Thai pada 28 Oktober 2021, kemudian mengambil peran sebagai kepala proyek Keluarga Pheu Thai pada 20 Maret 2022.

Bersama Srettha Thavisin dan Chaikasem Nitisiri, dia diajukan sebagai kandidat Partai Pheu Thai untuk perdana menteri dalam pemilu 2023. Kemudian, dia diangkat sebagai Wakil Ketua Komite Strategi Soft Power Nasional pada 13 September 2023, dan menjadi pemimpin Partai Pheu Thai pada 27 Oktober 2023.

Riwayat Pendidikan dan Kehidupan Pernikahan Paetongtarn Shinawatra

Perempuan yang dikenal dengan nama kecil Ung Ing itu lahir di Bangkok pada 21 Agustus 1986. Paetongtarn bersekolah di Saint Joseph Convent School untuk sekolah menengah pertama dan Mater Dei School untuk sekolah menengah atas.

Paetongtarn kemudian lulus dengan gelar sarjana dalam Ilmu Politik, Sosiologi, dan Antropologi dari Fakultas Ilmu Politik Universitas Chulalongkorn pada 2008, dan melanjutkan studinya di Inggris. Dia memperoleh gelar MSc dalam Manajemen Hotel Internasional dari Universitas Surrey.

Paetongtarn Shinawatra merupakan pemegang saham utama dan direktur di beberapa perusahaan milik keluarganya, termasuk SC Asset Corporation. Setelah menikah dengan Pitaka Suksawat, pasangan tersebut dikaruniai seorang anak perempuan dan laki-laki.

Pilihan Editor: Profil Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern yang Resmi Mengundurkan Diri

 

NABIILA AZZAHRA | THE NATION | REUTERS

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."