Benarkah Susu Sapi Bukan Minuman yang Dianjurkan, Lalu Apa Manfaatnya?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi minum susu. Shutterstock

Ilustrasi minum susu. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Mulai dari segelas susu sapi dan yogurt, hingga es krim dan keju yang lembut, begitu banyak makanan favorit anak-anak yang terbuat dari atau mengandung susu. Meskipun demikian, susu merupakan produk sampingan hewani yang tak lagi direkomendasikan untuk keluarga Anda.

Dr. T. Colin Campbell dan Thomas M. Campbell, adalah peneliti sekaligus penulis buku terlaris The China Study yang telah menulis berjilid-jilid mengenai bahaya susu bagi kesehatan manusia. T. Colin Campbell mengatakan bahwa susu lebih penting untuk dihilangkan dari menu makanan Anda daripada daging untuk alasan kesehatan. 

Anda telah menelan mitos bahwa manusia membutuhkan susu untuk asupan kalsium. Padahal, terdapat penelitian klinis yang menunjukkan bahwa kalsium hanya terdapat sedikit dalam produk susu atau bahkan tidak ada manfaatnya bagi tulang. 

Jika alasan meminum susu untuk mendapatkan vitamin D, Anda juga harus sadari bahwa vitamin D sebenarnya bisa didapatkan dari sumber lain, termasuk berjalan kaki sepuluh menit di luar pada siang hari. Sebenarnya, hanya sedikit makanan yang secara alami mengandung vitamin D-dan tidak ada produk susu yang secara alami mengandung vitamin D. Sereal, biji-bijian, roti, jus jeruk, dan susu kedelai atau sari beras adalah pilihan yang sangat baik untuk menyediakan vitamin D melalui makanan. 

Protein susu, gula susu, lemak, dan lemak jenuh dalam produk susu menimbulkan risiko kesehatan dan mendorong perkembangan obesitas, diabetes, dan penyakit jantung-pada anak-anak. Jadi, mengapa para orang tua diharapkan tidak memperkenalkan produk susu kepada bayi mereka yang baru saja disapih.

Menurut Campbell lagi, menambahkan segelas susu ekstra juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung sebesar 15 persen. Sebuah studi baru-baru ini, yang diterbitkan dalam British Medical Journal, meneliti asupan susu dan hubungannya dengan risiko patah tulang, kematian akibat "sebab apa pun", dan kematian akibat penyakit kardiovaskular dan kanker pada sekelompok besar pria dan wanita Swedia. 

Berlawanan dengan apa yang Anda duga, di antara wanita lansia, setiap gelas susu tambahan yang dikonsumsi setiap hari dikaitkan dengan peningkatan risiko patah tulang pinggul sebesar 9 %.

Diskusi dan perdebatan terus muncul mengenai potensi efek positif dan negatif dari susu sapi pada komunitas pediatrik, juga di bawah tekanan opini publik.  Efek negatif dari konsumsi susu sapi tampaknya terbatas pada status zat besi pada usia 9 hingga 12 bulan. Tidak ada efek negatif yang teramati, asalkan susu sapi, hingga asupan harian maksimum 500 mL, dilengkapi dengan makanan yang diperkaya zat besi secara memadai. Intoleransi laktosa dapat diatasi dengan mengonsumsi susu 250 mL/hari saja. 

Susu sapi dan produk olahannya merupakan makanan yang umum dikonsumsi dan berkontribusi dalam menjaga kondisi gizi yang sehat, menyediakan sumber energi, kalsium, protein, dan vitamin yang unik, terutama pada masa anak-anak. Susu formula biasanya dibuat dari susu sapi dan merupakan makanan pertama yang diperkenalkan ke dalam makanan bayi ketika pemberian ASI tidak memungkinkan atau tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Ada kebutuhan yang kuat untuk meningkatkan kesadaran tentang komposisi nutrisi kualitatif dan kuantitatif dari berbagai formula susu. 

Pilihan Editor: Catat, Ini Waktu Terbaik Anak Minum Susu di Malam Hari

JOURNAL OF NUTRIENS | JOURNAL OF PEDIATRIC GASROENTEREOLOGY 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."