Tanda Parfum Kedaluwarsa, Perhatikan Warna dan Aroma

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi botol parfum atau minyak wangi. shutterstock.com

Ilustrasi botol parfum atau minyak wangi. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Seperti produk kosmetik lainnya, parfum bisa kedaluwarsa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi parfum kedaluwarsa seperti bahan dan waktu dibuka. Sebagian besar produsen parfum akan merekomendasikan membuang parfum setelah dua hingga tiga tahun, tetapi karena wewangian tidak kedaluwarsa dalam arti yang sama seperti makanan, kadang-kadang parfum dapat digunakan selama empat sampai lima tahun.

"Parfum tidak memudar dalam intensitas, tetapi aroma cenderung menjadi teroksidasi. Dengan kata lain, terlalu banyak oksigen di dalam botol parfum Anda dapat mengubah molekul wewangian, yang dapat mempengaruhi aroma keseluruhan," ujar Direktur Kreatif Senior Bvlgari Parfums, Amandine Pallez dikutip dari laman Byrdie.

Proses oksidasi paling cepat terjadi pada notes seperti jeruk dan aromatik. Sementara itu, parfum dengan kandungan alkohol tinggi cenderung bertahan paling lama karena alkohol mencegah molekul aromatik dari pengoksidasi. Anda mungkin menganggap alkohol sebagai bahan yang harus dihindari dalam produk kecantikan. Lain cerita dalam parfum, alkohol adalah pengawet utama untuk mencegah oksidasi parfum lebih cepat.

Menurut Pallez, aromatik yang tahan lama memiliki banyak stabilitas kimia seperti woody, amber, dan kulit cukup stabil, bahkan setelah tiga tahun.

Tanda Parfum Kedaluwarsa

Menurut ahli parfum Pia Long, tanda parfum kedaluwarsa bisa dilihat dari perubahan nyata dalam aroma teratas atau top notes. Tak sewangi seperti semprotan pertama saat dibuka.

Warna parfum juga akan berubah saat kedaluwarsa. "Sebagian besar parfum memiliki warna kekuningan dari minyak. Dan ketika kedaluwarsa, warna parfum bisa berubah menjadi coklat lebih gelap," ucap ahli kimia kosmetik Ginger King.

Lantas apakah aman menggunakan parfum kedaluwarsa? Jawabannya cukup berisiko negatif untuk kulit dan pakaian. Menurut Long, produk teroksidasi tertentu dapat menyebabkan iritasi kulit dan meninggalkan noda di pakaian.

Cara Menyimpan Parfum yang Benar

1. Jauhkan dari cahaya

Meskipun mungkin terlihat lucu untuk menempatkan botol parfum Anda di dekat jendela, ini adalah tempat terburuk untuk menyimpan parfum jika Anda ingin mempertahankan usia pakainya. Pallez mengatakan bahwa cahaya akan memecah moleku-molekul parfum yang membuat komposisinya tidak stabil dan rentan terhadap oksidasi.

2. Jauhkan dari panas (dan kelembapan)

Panas juga akan memecah molekul wewangian dan mengubah formula kimianya. Pallez menyarankan Anda menyimpan parfum di bawah 15 derajat Celcius atau 59 derajat Fahrenheit. Long juga mengatakan untuk menghindari menyimpan wewangian di kamar mandi.

3. Simpan parfum dalam botol asli

Beberapa di antara kita memindahkan parfum ke botol kecil saat bepergian karena alasan praktis. Tetapi hal itu bukan langkah yang tepat untuk mempertahankan usia parfum karena mempercepat oksidasi.

4. Simpan di kulkas

Untuk menjaga parfum Anda pada suhu yang ideal, kulkas adalah pilihan yang baik. Namun, Pallez memperingatkan kulkas bukanlah tempat yang sempurna jika seluruh keluarga terus membuka pintunya.

Anda bisa membungkus parfum dalam aluminium foil sebelum disimpan di kulkas, atau lebih baik lagi, simpan di freezer. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, sebagian besar parfum mengandung alkohol sehingga mereka tidak akan membeku, ditambah rasanya menyegarkan pada suhu yang lebih dingin.

So, coba cek koleksi parfum Anda. Semoga belum ada yang menunjukkan tanda parfum kedaluwarsa. Dan, perhatikan cara menyimpannya untuk cegah proses oksidasi yang mempercepat kedaluwarsa.

Pilihan Editor: Industri Parfum Indonesia Terus Bertumbuh, Dua Jenis Wewangian Ini Diminati

BYRDIE

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."